Sejak tadi, gadis yang tampak cantik dengan gaun berwarna peach berlapiskan brokat yang ia kenakan itu tampak sedikit gelisah. Berjalan mondar mandir ke kanan dan ke kiri sembari memainkan jemarinya. Membuat sang sepupu yang sedari tadi memperhatikannya itu pun menghela nafas kasar.
"Sooyoung.."
Panggilnya membuat langkah gadis itu terhenti. Ia lantas berbalik dan menatap bingung pada Seungwan yang terduduk di sofa.
"Duduk dan tenangkan pikiranmu."
"Kak.."
"Sudah 20 menit kau menggigiti kuku-kukumu dan itu membuatku gusar. Kau akan merusak nail art yang susah payah aku hias."
Protes gadis itu membuat Sooyoung mengalihkan pandangan pada kuku-kuku jemarinya yang nampak lentik. Seungwan lantas bangkit dan berjalan mendekat. Memegangi kedua bahu sepupunya yang terasa menegang.
"Ini hanya pertemuan biasa. Orang tuamu dan keluarganya hanya membicarakan perihal pernikahan kalian yang akan segera di gelar. Tak ada yang perlu di pikirkan."
"Tapi kak.."
"Kau sendiri yang mengatakan jika ini hanya formalitas. Kalian menikah karena sama-sama membutuhkan status pernikahan. Pria itu membutuhkan istri untuk mengelabui kakeknya dan awak media. Dan kau membutuhkannya sebagai sosok ayah untuk bayimu. Itu saja. Kau tak perlu berusaha terlalu keras."
Sooyoung menghela nafas panjang dan mengangguk setuju. Menghirup nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan. Suara pintu yang dibuka membuat kedua gadis dengan jarak usia dua tahun itu lantas menoleh keasal suara. Mendapati pria tinggi dengan setelan jas formal yang ia kenakan tengah melambaikan tangannya.
"Aku harus pergi. Kalian dapat mengobrol dengan santai."
Ucap Seungwan menepuk pelan lengan Sooyoung sebelum memutuskan pergi dan memberi ruang bagi keduanya.
"Kakekku sedang dalam perjalanan. Ia akan segera tiba."
"Em. Ayah dan ibuku juga."
Sahut gadis itu seraya duduk bersandar pada sofa. Hening. Tak ada lagi pembicaraan diantara keduanya. Suasana canggung yang selalu mereka hadapi meski telah berulang kali berada dalam situasi yang sama. Sooyoung hanya terduduk dan memainkan jemarinya, sedangkan Chanyeol masih terdiam di posisinya seraya mengedarkan pandangan.
"Sooyoung."
Panggil pria itu pada akhirnya membuat calon istrinya itu lantas mendongak.
"Hanya karena pernikahan kita terjadi secara mendadak dan tanpa kita duga sebelumnya.."
"Hm?"
Chanyeol berdehem pelan dan berjalan mendekat. Mengulurkan tangannya sementara Sooyoung menatap bingung pria itu.
"Aku serius."
"Apa.. maksudmu?"
"Mengajakmu menikah saat itu bukan hanya karena tuntutan ayahku untuk mencari pengganti calon pengantinku yang kabur. Tapi.."
Seulas senyum tipis terlukis di wajah Sooyoung membuat Chanyeol menghentikan kalimatnya. Ia membalas uluran tangan pria yang kini menyandang status sebagai calon suaminya itu kemudian bangkit.
"Kau tak perlu mengatakannya. Aku sudah cukup mengerti. Dan aku harus berterima kasih untuk itu."
"Sooyoung."
"Ah, berkatmu aku jadi merasa lebih tenang."
Tautan jemari diantara keduanya terlepas dengan Sooyoung yang melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Ia lantas berbalik dan memandangi pria yang kini masih terdiam di posisinya.
"Apa yang kau lakukan? Kau tak akan keluar? Keluarga kita pasti sudah sampai."
"O-oh.. Em."
Sahutnya seraya berjalan mendekat. Memandangi sepasang manik mata Sooyoung begitu lekat. Entah mengapa ia baru menyadari bahwa sepasang mata gadis dihadapannya terlihat begitu cantik.
"Ayo."
Ajak Sooyoung yang kini melingkarkan kedua tangannya di lengan Chanyeol. Hingga membuat pria itu tersenyum tanpa ia sadari.
-
Suasana menegangkan menyelimuti ruang private di salah satu restoran hotel bintang lima yang terletak di kawasan elit Gangnam. Baik Sooyoung maupun Chanyeol, keduanya saling bertukar pandang dan mengisyaratkan agar salah satu diantara mereka dapat mencairkan situasi memanas yang kini mereka hadapi.
30 Menit telah berlalu dan selama itu pula kedua keluarga yang memiliki niat awal untuk berdiskusi itu sedang melakukan tugasnya. Dengan sangat baik. Memperdebatkan perihal konsep pernikahan yang akan diadakan untuk dua orang yang kini duduk saling berhadapan dan tampak putus asa.
"Lakukan sesuatu."
Bisik Sooyoung dengan gerakan bibirnya yang ia tekankan. Sedangkan Chanyeol mengangkat kedua bahunya dengan sebelah alisnya yang turut terangkat.
"Apa yang kau ingin aku lakukan?"
Bisik pria itu juga membuat Sooyoung menghela nafas samar. Gadis itu lantas membenarkan posisi duduknya dan berdehem pelan.
"Untuk pernikahan sebaiknya diadakan secara sederhana saja."
"Aku ragu dapat melakukan itu. Seperti yang kau tau publik sangat penasaran dengan pernikahan mereka."
"Ini acara sakral. Bagaimana bisa acara penting seperti ini harus dihadiri oleh orang-orang yang tak ada sangkut pautnya dengan mereka? Terlebih putriku sedang hamil. Pernikahan biasa akan terasa lebih mudah baginya."
"Meski begitu-"
"Permisi.."
Sanggah Sooyoung membuat percakapan antar kedua belah pihak itu pun terhenti. Membuatnya menjadi pusat perhatian kini.
"Sampai kapan kalian akan membicarakan ini? Aku.. sudah lapar."
Dengan semburat merah muda yang menghiasi kedua sisi wajah gadis itu, Sooyoung menggigit bibir bawahnya kala menatap aneka macam hidangan di hadapannya yang sama sekali belum tersentuh. Chanyeol yang sedari tadi memperhatikannya pun berusaha menahan tawanya.
"Seperti yang kalian tau, aku sedang hamil. Dan bayiku.."
"Tentu saja anak kita butuh asupan makanan."
Potong Chanyeol yang kini bangkit dari duduknya. Bak suami idaman, pria itu tampak sibuk menyiapkan hidangan makan malam untuk calon istrinya.
"Ah benar. Sebaiknya kita makan dulu. Kita bisa melanjutkannya nanti."
Ujar sang kakek yang tertawa ringan melihat begitu lahapnya calon cucu menantunya itu yang kini menikmati makan malamnya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage by Accident [END]
Fanfiction{FANFICTION} "Tanggung jawab." Dua kata yang Sooyoung ucapkan pada sosok pria yang baru di kenalnya beberapa waktu lalu. Adalah Chanyeol, pria yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu pun mendongak dan menatap gadis yang berdiri tak jauh darinya...