"Semua dokumen rumah sakit sudah aku urus. Kau bisa mengantarnya pulang beberapa jam lagi."
"Baik pak."
Ketika Chanyeol hendak pergi, jemari lentik itu menahan pergelangan tangannya.
"Kau mau kemana?"
"Tentu saja pulang. Istriku menunggu di rumah."
"Meninggalkanku? Tidak, jangan pergi."
"Sepertinya kau salah paham akan satu hal Chaeyoung."
Ujar pria itu sembari melepas paksa genggaman tangan Chaeyoung.
"Aku datang bukan karena aku masih mengkhawatirkanmu. Tetapi karena rasa peduliku sebagai sesama manusia. Karena kau tak punya siapapun di Seoul yang bisa kau hubungi."
"Kau akan terus bersikap dingin seperti ini?"
"Sekertaris Cha akan mengantarmu pulang."
"Kau yakin anak yang ia kandung adalah anakmu?"
Sebuah pertanyaan singkat yang keluar dari bibir wanita itu membuat langkah Chanyeol terhenti. Melihat bagaimana ucapannya membuat pria itu berbalik menatapnya, Chaeyoung pun tersenyum tipis.
"Aku dengar jika ia bekerja di club malam sebelumnya."
"Kau mencari tau tentangnya?"
"Ternyata tidak sulit mencaritau informasi tentangnya."
"Sejauh mana kau akan bertindak?"
"Entah. Sampai kau kembali kepadaku?"
"Kau tau, ternyata selama berkencan denganmu aku baru mengetahui sifatmu yang lainnya."
"Benarkah? Apa itu?"
"Tidak tau malu. Kau baru saja menunjukkan sifat tak tau malumu itu kepadaku."
Lanjutnya sebelum ia pergi meninggalkan wanita yang kini berdecak kesal.
-
Chanyeol melangkahkan kakinya memasuki rumah yang kini tampak gelap karena beberapa lampu yang telah di padamkan. Dengan hati-hati ia membuka pintu kamar. Meyakini jika istrinya telah tertidur dan khawatir akan membangunkannya jika ia tak berhati-hati.
Namun dugaannya salah. Nyatanya Sooyoung kini tengah terduduk di tempatnya sejak tadi dengan membaca buku tentang kehamilan. Menyadari kehadiran sang suami, gadis itu pun menoleh kearah pintu kemudian tersenyum.
"Kau datang."
Sambutnya seraya menutup lembar buku yang dibacanya dan meletakkan di atas nakas. Chanyeol berjalan mendekat dan melepas jaket yang ia kenakan. Duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut puncak kepala gadis itu.
"Kenapa kau belum tidur?"
"Aku menunggumu."
Sahutnya singkat. Menghasilkan seulas senyum manis yang terlukis di wajah lelah pria itu.
"Kau tak ingin menanyakan sesuatu?"
"Tentang?"
"Apapun yang ingin kau ketahui. Tentang Chaeyoung, tentang alasanku pergi. Aku akan mengatakan apapun yang kau tanyakan."
Sooyoung tersenyum tipis menanggapi ucapan suaminya. Ia mengusap lembut punggung tangan pria itu.
"Kau tak perlu melakukannya. Aku mempercayaimu."
"Sooyoung."
"Aku mengantuk. Sebaiknya kita tidur."
Ujar wanita itu memberi isyarat Chanyeol untuk segera tidur. Pria itu pun tersenyum dan mengangguk setuju.
-
Chanyeol melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Pria yang kini tampak rapi dengan setelan jas formal yang ia kenakan serta tas dalam genggamannya itu mengedarkan pandangannya. Mencari sosok sang istri yang tak kunjung ia temukan.
Suara gaduh yang terdengar berasal dari arah dapur menuntun langkah pria itu mendekat. Sesampainya di dapur, kerutan di keningnya muncul begitu melihat beberapa pelayan yang nampak panik.
"Ada apa?"
Tanya Chanyeol membuat beberapa pelayan yang membelakanginya sontak berbalik dan semakin terlihat panik.
"Tuan."
Sapa beberapa pelayan membungkuk dan bergeser memberi jalan bagi sang tuan rumah untuk mendekat. Seketika rasa penasarannya terjawab begitu melihat sang istri yang nampak sibuk melakukan sesuatu. Pria itu pun tersenyum tipis dan memberi isyarat para pelayannya untuk menyingkir.
"Apa yang sedang kau lakukan?"
Tanya Chanyeol berhasil membuat pergerakan gadis itu terhenti. Perlahan Sooyoung berbalik dan tersenyum manis. Cantik. Senyuman istrinya itu selalu terlihat cantik baginya.
"Kau sudah bangun."
"Em. Aku harus berangkat pagi."
Sahutnya sembari mengalihkan pandangan pada arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kau sudah mau berangkat?"
"Ya. Aku tak punya banyak wak-"
Chanyeol tak melanjutkan kalimatnya begitu melihat perubahan raut wajah istrinya.
"Tapi aku memiliki cukup banyak waktu untuk sarapan di rumah."
Ujarnya yang membuat Sooyoung kembali memandang sang suami yang kini terduduk di kursi meja makan. Wanita itu pun tersenyum sumringah dan mengangguk mengerti.
"Tunggu sebentar. Aku akan segera menyelesaikannya."
"Tak perlu terburu-buru. Sudah kubilang aku punya cukup banyak waktu untuk makan. Ah, atau ada yang bisa ku bantu?"
"Tidak usah. Kau sudah berpakaian rapi seperti itu. Bisa jadi masalah jika pakaianmu terkena bumbu masakanku."
Sahut Sooyoung yang kini mempercepat pergerakannya. Namun tak lama terdengar teriakan darinya yang membuat Chanyeol beralih dari ponsel di genggamannya. Pria itu lantas bangkit dan berjalan mendekati istrinya yang tengah memegangi jarinya.
"Ada apa?"
"Aku lupa memakai pelindung saat menyentuh wadahnya."
"Ah kau ini. Sudah kubilang tak perlu terburu-buru."
Ucap pria itu menuntun sang istri kearah wastafel dan menyalakan keran air. Membasahi jemari Sooyoung yang kini meringis kesakitan.
"Duduk disini."
Ujarnya sembari membuka kotak obat dan mengeluarkan sebuah salep. Mengolesinya pada jari Sooyoung yang mulai memerah.
"Kau sangat ceroboh. Kau tau itu kan?"
Bukannya menjawab, wanita itu hanya tersenyum dengan semburat merah muda yang tergambar jelas di wajahnya. Hal yang selalu membuat Chanyeol gemas akan tingkah sang istri. Hingga tanpa disadari membuatnya mengecup kilat pipi Sooyoung. Membuat keduanya terdiam dengan raut keterkejutan mereka.
"K-kau.."
"Aku rasa aku harus pergi sekarang. Aku akan segera pulang begitu rapatku selesai. Saat itu aku akan memakan masakanmu."
Ucap pria itu segera bangkit dan berjalan terburu-buru meninggalkan Sooyoung dengan pipinya yang semerah tomat.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage by Accident [END]
Fanfiction{FANFICTION} "Tanggung jawab." Dua kata yang Sooyoung ucapkan pada sosok pria yang baru di kenalnya beberapa waktu lalu. Adalah Chanyeol, pria yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu pun mendongak dan menatap gadis yang berdiri tak jauh darinya...