Jangan lupa vote & komen.
Jadilah pembaca aktif dan baik hati 🙂👍🏻
Selamat membaca ~***
Chanyeol melangkahkan kakinya memasuki ruang kerjanya. Meletakkan tas yang sedari tadi ia tenteng di atas meja dan melepas jas yang membalut tubuhnya kemudian menggantungnya. Pria itu membenarkan letak dasinya sebelum ia duduk.
Suasana kantor yang sunyi membuat Chanyeol hanya terdiam di tempatnya. Kembali teringat kejadian beberapa saat lalu ketika ia mencium pipi Sooyoung begitu saja. Salahkan gadis itu yang begitu menggemaskan hingga membuatnya bergerak di luar nalar tanpa bisa ia kontrol.
Chanyeol menutupi wajahnya yang memerah dengan kedua telapak tangannya yang besar. Tak lama suara kekehan miliknya terdengar. Pria itu bahkan menggeleng berulang kali dengan kakinya yang ia hentakkan bak seorang gadis remaja. Tak menyadari kehadiran sekertaris yang sedari tadi hanya diam menatapnya di ambang pintu.
Suara ketukan pintu yang terdengar pelan membuat tawa pria itu seketika hilang. Bagai tertangkap basah melakukan suatu hal yang memalukan, perlahan Chanyeol menurunkan kedua telapak tangan dari wajahnya dan menatap horor pada seorang pria yang nampak kini canggung.
"Ma-maaf pak. Saya tidak bermaksud mengganggu anda. Ta-tapi.."
Chanyeol berdehem pelan berusaha membuat suasana kembali normal. Seolah tak ada yang terjadi. Dengan cepat raut wajah pria itu berubah dingin, menjadi atasan yang begitu di takuti karyawannya.
"Kemarikan."
Ujarnya seraya menadahkan tangannya. Sekertaris yang masih berdiri di tempatnya itu pun mengangguk dan berjalan cepat. Menyerahkan beberapa berkas yang dibawanya untuk Chanyeol periksa.
"Kau boleh pergi."
"Baik pak."
Sahut sekertaris yang kini segera berbalik dan bergegas meninggalkan ruangan. Tak lama, terdengar Chanyeol menghela nafas panjang. Memijit keningnya berharap kejadian memalukan yang baru saja terjadi dapat ia lupakan begitu saja.
Pria itu membuka berkas dan membacanya dengan seksama. Berpikir jika kesibukannya dapat mengalihkan ingatan memalukannya. Namun tak berselang lama, suara ketukan yang kembali terdengar membuat Chanyeol melirik kearah pintu yang perlahan membuka. Ia mendesah pelan begitu wajah Chaeyoung yang muncul dari balik pintu.
"Apa lagi yang kau inginkan?"
Ucap Chanyeol kembali membaca berkas di hadapannya. Sementara Chaeyoung berdecak pelan menanggapi pertanyaan pria itu.
"Mengapa begitu sulit untuk mendapatkanmu kembali Chanyeol?"
"Keluar. Aku sedang tidak ingin mengikuti permainanmu."
"Wanita itu, apa ia tau jika kita masih berhubungan?"
Chanyeol menghela nafas pelan sembari menutup kasar map dalam genggamannya. Ia beralih menatap datar wanita yang kini berada tepat di sampingnya. Duduk bersandar pada meja kerjanya.
"Lebih tepatnya kau yang memaksa untuk terus menghubungiku."
Chaeyoung tersenyum sinis menanggapi ucapan Chanyeol.
"Apa yang kau inginkan sebenarnya?"
"Bukankah aku sudah pernah mengatakannya? Aku menginginkanmu."
"Park Chaeyoung."
"Berhenti berpura-pura. Aku tau jika kau masih menyukaiku."
"Lalu?"
"Kembali padaku."
Chanyeol tertawa mengejek mendengar ucapan yang keluar dari bibir Chaeyoung. Ia lantas bangkit dan mencondongkan tubuhnya. Mengikis jarak diantara keduanya seraya berbisik.
"Teruslah bermimpi. Karena aku tak akan pernah mewujudkannya."
Ucapnya membuat Chaeyoung berdecak kesal. Tak lama wanita itu tersenyum miring dan menatap Chanyeol intens. Jemari lentiknya bergerak bebas memainkan dasi yang menggantung di leher pria itu.
"Chanyeol, apa kau masih memainkan peranmu sebagai calon ayah yang baik? Oh ayolah, bayi itu bahkan belum terbukti sebagai darah dagingmu."
Mendengar penuturan Chaeyoung, rahang pria itu mengeras. Ia meraih kedua tangan Chaeyoung dan menghempaskannya kasar.
"Jaga bicaramu Park Chaeyoung. Sebelum aku merobek mulutmu."
"Chanyeol, jangan menutup mata. Wanita yang menjadi istrimu itu dulunya pernah bekerja di klub malam. Tidak ada jaminan jika ia belum pernah melakukannya dengan pria lain sebelumnya."
"Keluar."
Chaeyoung terkesiap mendengar satu kata bernada dingin yang terucap dari bibir pria itu. Tatapannya yang begitu sengit membuat nyalinya sedikit menciut. Ia kembali tersenyum berusaha menyembunyikan ketakutannya. Perlahan melepaskan genggamannya pada dasi Chanyeol kemudian menepuk pelan kemeja yang pria itu kenakan. Seolah membersihkan debu yang menempel disana.
"Pikirkan ini baik-baik Chanyeol."
Ujarnya seraya berbalik dan melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Chanyeol. Membuat pria itu menghela nafas kasar untuk yang kesekian kalinya.
Sementara di lain tempat, Sooyoung menikmati salad buah di meja makan dengan senyum yang menggulum begitu indah di wajah cantiknya. Sesekali ia mengusap pipinya. Sial, bekas ciuman Chanyeol masih terasa begitu hangat baginya. Wanita itu kembali tersenyum begitu lepas.
Kakinya yang berada di balik meja bahkan menari-nari ke depan dan kebelakang. Suasana hatinya cukup baik hari ini. Hingga membuat wanita itu sudah merindukan suaminya bahkan ketika mereka baru saja berpisah dua jam yang lalu.
-
"Kau sudah pulang."
Sambut Sooyoung yang buru-buru menghampiri Chanyeol begitu mendengar deru mesin milik mobil pria itu. Senyum terlukis di wajah lelah Chanyeol kala mendapat sambutan antusias dari sang istri.
Lagi. Tubuhnya bergerak tanpa bisa ia kontrol. Chanyeol menghampiri Sooyoung dan membawa gadis itu ke dalam dekapannya. Mengusap lembut rambut istrinya dan mengeratkan pelukannya.
"Aku lapar."
"Aku akan menghangatkan lauk untukmu."
"Aku tak ingin makan itu."
"Lalu?"
"Aku ingin memakanmu."
Bisiknya lembut di telinga Sooyoung. Tak menyadari jika wanita itu mati-matian menahan panas yang menjalar memenuhi wajahnya yang memerah. Ia bahkan menahan nafas untuk sepersekian detik begitu mendengar ucapan sang suami.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage by Accident [END]
Fanfiction{FANFICTION} "Tanggung jawab." Dua kata yang Sooyoung ucapkan pada sosok pria yang baru di kenalnya beberapa waktu lalu. Adalah Chanyeol, pria yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu pun mendongak dan menatap gadis yang berdiri tak jauh darinya...