Nungguin gak?
Sampe berdebu ini cerita aku anggurin huhu ಥ⌣ಥ
Oh iya ini alurnya terlalu adem yaaa jadi kurang greget gitu.
Jadi aku akan mulai ciptain ombak di laut tenang ini untuk sedikit mengguncang kapal kita ahahahah
Happy reading dan jangan lupa vote + komen !!!****
"Sudah mau berangkat, suamiku?"
Goda Sooyoung begitu menyadari kehadiran Chanyeol di dapur. Senyum wanita itu mengembang begitu melihat sikap sang suami yang menjadi salah tingkah.
"Selamat pagi."
"Oh, selamat pagi."
"Apakah tidurmu nyenyak semalam?"
"Em."
Sahut Chanyeol seraya berjalan mendekat. Sementara Sooyoung mulai memasukkan beberapa bekal ke dalam tas.
"Aku sudah menyiapkan bekal makan siang untukmu."
"Kau melakukannya lagi? Bukankah aku sudah memintamu untuk berhenti melakukannya? Kandunganmu semakin besar dan kau tak boleh kelelahan."
"Hanya menyiapkan ini tidak akan menguras tenagaku. Dan juga, bayi kita sangat tangguh. Aku sama sekali tak merasa lelah."
Ucap Sooyoung seraya mengusap lembut perut besarnya.
"Ini, aku juga membuat sup pereda pengar. Kau sedikit mabuk semalam jadi aku ingin kau meminumnya saat tiba di kantor nanti."
"Sudah kubilang aku tak mabuk. Aku hanya minum sedikit semalam."
"Tetap saja, hari ini kau akan menghadiri rapat penting. Aku tak ingin kau mengacaukannya. Kau harus meminumnya. Harus."
Ucap Sooyoung menekankan. Pria itu pun tersenyum dan mengangguk mengiyakan.
"Siap nyonya."
"Sebaiknya kau segera berangkat. Ini sudah sia-"
Kecupan di kening membuat ucapan Sooyoung menggantung. Sebuah kecupan lembut dan cukup lama sebelum akhirnya Chanyeol menjauhkan wajahnya hanya untuk melihat raut wajah istrinya yang menggemaskan. Pria itu tersenyum memperlihatkan sepasang lesung pipi manisnya.
"Aku berangkat, istriku. Jaga dirimu baik-baik selama aku pergi."
"I-iya. Hati-hati di jalan."
Chanyeol kembali tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala wanitanya sebelum ia benar-benar pergi. Meninggalkan Sooyoung dengan pipinya yang bersemu merah.
Tak lama setelah kepergian sang suami, Sooyoung memutuskan untuk kembali ke kamarnya. Tak banyak yang bisa ia lakukan akhir-akhir semenjak kandungannya kian membesar. Ia hanya lebih sering tertidur atau menyantap makanan apapun yang ia inginkan. Seperti wanita hamil pada umumnya.
Sooyoung mendudukkan dirinya di atas ranjang dengan bersandar pada bantal yang ia tata sebelumnya. Senyumnya kembali mengembang kala ia mengusap lembut perutnya dan merasakan tendangan kecil dari dalam sana. Respon dari bayinya yang menjadi sentuhan favoritenya akhir-akhir ini.
"Cepatlah keluar anakku. Ibu dan ayah ingin sekali bertemu denganmu."
Gumam wanita itu dan seolah mengerti dengan yang di ucapkannya, Sooyoung kembali merasakan tendangan kecil dari bayi di dalam kandungannya.
"Kau juga ingin bertemu dengan kami? Saat itu tak akan lama lagi. Tunggulah sebentar dan tetaplah sehat. Ibu mencintaimu."
Ucapnya lagi bermonolog. Sebuah getaran yang berasal dari nakas tepat di sebelah ranjangnya membuat Sooyoung lantas beralih dan mendapati ponsel milik Chanyeol.
"Dia selalu saja teledor."
Gumam Sooyoung dan menghela nafas panjang sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan.
"Halo sekertaris Choi."
"....."
"Ponselnya tertinggal. Aku akan meminta supir untuk mengantarnya."
-
"Pak, supir Lee baru saja mengantarkan ponsel anda."
"Terima kasih."
Sahut Chanyeol setelah menerima ponsel miliknya. Ia menyalakannya dan melihat adanya satu notifikasi pesan yang membuat pria itu menghela nafas kasar.
01xxxxxxx
Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya.
Pesan dari Chaeyoung lagi-lagi mengganggunya. Membuatnya kembali teringat akan pertemuan mereka beberapa hari yang lalu.
"Jadi apa yang ingin kau katakan?"
"Bisakah kita makan malam dulu? Sudah lama kita tak kesini."
"Aku tak memiliki waktu untuk itu. Yang aku tau aku datang kemari karena kau berjanji tak akan menggangguku lagi setelahnya."
Sahut Chanyeol seraya menyandarkan bahunya pada sandaran kursi.
"Tidakkah kau ingin tau? Alasan mengapa aku meninggalkanmu saat itu?"
"Apakah itu penting sekarang?"
"Tentu saja penting. Setidaknya kau bisa memahami kondisiku."
"Lalu katakan apa alasanmu."
Chaeyoung tersenyum tipis dan sedikit mencondongkan tubuhnya. Tak lama raut wajah wanita itu berubah sendu.
"Saat itu ayahku memiliki hutang pada rekan kerjanya. Sementara disaat yang bersamaan bisnisnya bangkrut dan hanya menyisakan hutang yang tak bisa ia bayar. Sementara aku hanya puteri satu-satunya yang bisa ia andalkan. Aku tak memiliki pilihan lain selain mengencani putera teman ayahku untuk membantunya membayar hutang. Setidaknya aku harus membujuk puteranya atau-"
"Dan kau lupa bahwa saat itu kau memiliki aku disisimu untuk kau andalkan?"
Chanyeol yang semula tak tertarik kini merubah posisinya menjadi duduk tegak. Nampak raut marah yang tergambar jelas di wajah pria itu.
"Chanyeol, aku.."
"Kau memilih untuk membuangku hanya demi uang? Seberapa besar hutang yang ayahmu miliki hingga membuatmu meremehkanku? Kau pikir aku tak akan bisa melunasinya untukmu?"
"Bukan begitu. Aku-"
"Alasan yang kau berikan ini, sudah cukup untuk meyakinkanku. Bahwa meninggalkan istriku hanya untuk kembali padamu adalah hal yang tak masuk akal."
Ujarnya kemudian beranjak pergi.
"Pak?"
Chanyeol tersadar dari lamunannya dan beralih pada sang sekertaris yang entah sudah berapa lama menunggunya.
"Ah, apakah rapatnya akan segera di mulai?"
Chanyeol segera bangkit dan merapikan pakaiannya. Langkahnya kembali terhenti begitu sang sekertaris menghalau jalannya.
"Ada apa?"
"Rapat di undur oleh ketua."
"Kakek?"
Kerutan di kening pria itu pun muncul. Heran karena tak biasanya kakeknya memundurkan jadwal apapun.
"Apakah ada sesuatu yang terjadi?"
"Saya tidak tau. Tetapi beliau meminta anda untuk datang ke ruangannya."
Dengan raut wajahnya yang masih nampak bingung, pria itu pun bergegas keluar dari ruangannya. Berjalan menuju lift yang akan membawanya menuju 1 lantai tepat di atas lantai ruang kerjanya.
Tak lama pria itu pun tiba dan berjalan menuju satu-satunya ruangan yang ada di pintu tersebut. Salah seorang membukakan pintu untuknya.
Chanyeol mulai melangkah masuk dan seketika raut wajahnya menegang. Begitu mendapati kehadiran dua sosok wanita tak terduga yang kini saling duduk berhadapan. Sooyoung yang kini tertunduk dengan mengusap perut besarnya, dan Chaeyoung yang tersenyum menyambut kehadirannya.
~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage by Accident [END]
Fanfiction{FANFICTION} "Tanggung jawab." Dua kata yang Sooyoung ucapkan pada sosok pria yang baru di kenalnya beberapa waktu lalu. Adalah Chanyeol, pria yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya itu pun mendongak dan menatap gadis yang berdiri tak jauh darinya...