20

786 108 7
                                    

Jangan lupa vote + komen

***

(Cr : Pinterest)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Cr : Pinterest)

Segelas wine di tengah malam bukanlah hal buruk. Terutama bagi pria dengan banyak hal yang berkecamuk dalam pikirannya. Chanyeol, malam ini terserang insomnia. Salahkan Chaeyoung yang mengatakan hal-hal tak masuk akal yang dapat mengganggu pikirannya. Tidak. Bukan berarti ia meragukan istrinya. Ia sangat percaya bahwa anak yang berada di rahimnya itu adalah benar-benar puteranya. Ya. Putera. Bayi itu berjenis kelamin laki-laki setelah mereka memeriksakannya beberapa hari lalu.

Dengan menghela nafas samar, Chanyeol kembali meneguk segelas wine dalam genggamannya. Segelas? Setidaknya itu yang ia niatkan. Namun nyatanya ini sudah menjadi gelas keenamnya dan Chanyeol masih belum mengatuk. Beruntungnya besok memasuki akhir pekan jadi ia tak perlu khawatir akan bangun kesiangan.

Ruangan yang menjadi terang karena lampu yang di hidupkan membuat pria itu tersadar dari lamunannya. Ia lantas menoleh dan mendapati kehadiran sang istri dengan wajah mengantuk. Wanita itu mengusap matanya seraya menguap.

"Kau belum tidur?"

"Sebentar lagi."

Sahut Chanyeol tersenyum. Sooyoung berjalan mendekat hingga berada tepat di sampingnya kemudian mengusap lembut punggung pria itu.

"Ada masalah?"

"Tidak."

"Kau akan minum sampai pagi jika memiliki hal-hal yang kau pikirkan."

Chanyeol tersenyum lebar. Istrinya itu sangat memahaminya. Bahkan untuk hal-hal kecil sekalipun. Tangan besarnya bergerak meraih jemari Sooyoung dan menggenggamnya.

"Kau sendiri mengapa terbangun?"

"Aku haus. Dan lapar. Aku ingat di kulkas ada sisa cheese cake yang kakek belikan kemarin."

Sahutnya seraya mengusap perut besarnya. Pria itu pun terkekeh dan meletakkan gelas minumnya lalu bangkit.

"Kembalilah ke kamar. Biar aku yang mengambilkannya untukmu."

"Tidak usah. Biar aku saja. Aku tak ingin mengganggumu."

"Aku sudah selesai dan aku mulai mengantuk. Jadi biar aku saja."

Ujarnya yang mau tak mau harus Sooyoung ikuti. Wanita itu pun mengangguk dan berbalik melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sementara Chanyeol meneguk sisa wine di gelasnya sebelum ia melangkah menuju dapur. Mengambilkan gelas, sebotol air, dan juga kotak mini dari dalam kulkas.

Pria itu berjalan menuju kamar dan menutup pintu dengan punggungnya. Dilihatnya sang istri yang duduk bersandar dan nampak kesulitan mengatur nafas. Seiring dengan kandungannya yang semakin membesar, Sooyoung semakin kesulitan dalam mengambil posisi nyaman. Jadi sebisa mungkin ia tak akan membuat wanitanya itu bergerak ketika ia sudah berada di posisi nyamannya.

Chanyeol bergegas menghampiri Sooyoung dan duduk di tepi ranjang. Meletakkan nampan yang di bawanya diatas pangkuan wanita itu. Menuangkan segelas air untuknya dan meletakkanya di atas nakas. Sementara Sooyoung mulai menyantap makanannya tanpa mengucap apapun. Melihat wanita itu yang lahap dengan satu tangannya yang selalu ia usap di perut besarnya, membuat Chanyeol diliputi rasa bersalah. Rasa bersalah karena untuk sesaat, hanya sesaat pria itu memikirkan perkataan Chaeyoung padanya tadi pagi.

Helaan nafas Chanyeol berhasil menarik perhatian Sooyoung. Ia menghentikan kunyahannya dan meletakkan sendoknya. Menggenggam jemari Chanyeol yang berada di sampingnya. Membuat pria itu tersadar dari lamunannya.

"Ada apa? Kau tak menyukainya?"

Bukannya menjawab, Sooyoung menyendokkan kuenya dan mengisyaratkan pria itu untuk memakannya. Chanyeol menuruti keinginan sang istri dan mulai menyantapnya.

"Ini enak."

"Benar kan? Aku sangat menyukai cheese cake milik cafe dekat rumah. Biasanya aku tak terlalu suka cheese cake, tapi kue milik cafe itu rasanya benar-benar enak. Jadi kakek hanya akan membelinya disana jika datang berkunjung."

"Haruskah kita pergi kesana besok?"

Sooyoung beralih menatap pria yang kini tersenyum. Ada binar penuh harap di sepasang mata wanita itu.

"Boleh?"

Chanyeol tertawa pelan melihat ekspresi menggemaskan yang terlihat jelas. Tangannya bergerak mengusap lembut puncak kepala sang istri.

"Jika kau tak keberatan harus duduk lama."

"Ah benar. Itu akan sangat melelahkan."

Sesalnya melirik kearah perutnya. Mengingat jika dirinya bahkan tak bisa duduk terlalu lama atau pinggangnya akan terasa nyeri di usia kandungannya yang sudah memasuki bulan keenam. Melihat raut penyesalan di wajah Sooyoung, membuat Chanyeol tak mampu menahan diri untuk mengecup kening wanita itu.

"Nanti. Setelah kau melahirkan. Aku akan mengajakmu kesana."

"Benarkah?"

"Tentu saja."

Senyum manis itu terukir kini. Dengan bersemangat Sooyoung kembali menyantap makanannya. Mengabaikan Chanyeol yang masih setia menatapnya.

-

Sooyoung melambaikan tangan pada suaminya yang baru saja menginjak pedal gas mobilnya. Meninggalkan pelataran luas rumahnya menuju tempat kerja pria itu. Setelah memastikan mobil sang suami tak lagi terlihat, ia kembali ke dalam kamar dan mencoba untuk kembali tidur.

Kantung mata terlihat jelas di wajah wanita itu. Sebagai bukti betapa kehamilannya sering memaksanya untuk tetap terjaga karena rasa tak nyaman yang sering kali di rasakannya.

Ketika Sooyoung hendak memejamkan mata, suara dering telfon pada ponselnya membuat wanita itu terpaksa meraih ponselnya. Terdengar helaan nafas pelan yang meluncur begitu melihat nama pemanggil.

Sungjae. Mantan kekasihnya itu kerap mengganggunya akhir-akhir ini. Sebenarnya tak ada ajakan seperti memintanya untuk kembali atau hal tak menyenangkan lainnya. Pria itu hanya menanyakan kabarnya atau perkembangan janin yang di kandungnya. Namun hal tersebut membuat Sooyoung merasa risih. Bagaimana jika Chanyeol mengetahui bahwa mantan kekasihnya itu kembali menghubunginya? Apa yang akan ia katakan padanya?

Ingin rasanya wanita itu memblokir seluruh kontak Sungjae. Namun ia merasa tak enak hati. Khawatir jika hal tersebut dapat menyinggung perasaannya.

Di sela kesibukan Sooyoung dengan segala pemikirannya, panggilan itu pun berakhir. Tanpa jawaban, dan tanpa penolakan. Wanita itu pun kembali menghela nafas pelan seraya meletakkan ponselnya kembali pada tempatnya.

~~~

Marriage by Accident [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang