[08] Don't Say Goodbye

832 156 33
                                    

Sowon, Eunha, dan Yuju berakhir di rumah sakit. Bukan mereka yang terluka, tetapi seseorang yang menabrak mobil bagian belakang mereka. Mereka bertiga baik-baik saja, tapi tidak dengan si pengendara mobil lain yang entah sengaja atau tidak sengaja menghantamkan dirinya pada bagian belakang mobil tiga gadis ini.

"Bagaimana ini? Apa dia akan baik-baik saja?" tanya Yuju cemas.

"Tak apa, dia akan baik-baik saja. Kita percaya pada Yerin eonie," ucap Eunha sembari mengusap surai Yuju lembut.

Sowon menggigit bibir bawahnya cemas, tidak lama Jisoo dan Rose datang dengan tergesa-gesa. Saat menyadari posisi yang cukup dekat, dua gadis tersebut malah memutuskan untuk saling menjaga jarak. Dr. Kim Jennie pun tidak lama tiba, selepas ia menyelesaikan tugasnya.

"Lisa ah," panggil Jennie lirih.

Tanpa izin, Jennie masuk ke dalam ruangan tersebut. Dia tidak akan membiarkan adik bungsunya kenapa-napa. Tentu saja, rasa cemas itu mulai hadir saat seseorang yang pada awalnya selalu menerima perlakuan tidak adil mengalami hal nahas.

Jisoo mengusap wajahnya kasar, Sowon yang melihat hal tersebut pun segera merengkuhnya dan memberikan pelukan menenangkan. Eunha tanpa bicara menghampiri Rose, memberikan pelukan juga sebagai perantara penenang luka.

Yuju duduk di salah satu bangku panjang di sana, ia merasakan lututnya yang lemas akibat mobilnya yang ditabrak kuat. Mereka bertiga tidak terluka parah, tapi beberapa anggota tubuh mereka mengalami benturan yang menyebabkan luka-luka ringan.

Pada awalnya memang ringan, tapi bisa menjadi infeksi apabila terus dibiarkan. Itu akan sangat berbahaya, dan seharusnya mereka segera mengobati luka tersebut.

.
.
.

Sinb dan Umji masih menetap di halte, menanti kedatangan Sowon yang menjemput mereka berdua. Ini sudah menjelang malam, dan mobil jemputan belum juga tiba. Angin malam begitu dingin dan menusuk, membuat keduanya yang lupa membawa mantel kedinginan.

"Heol, apa kau kedinginan?" tanya Sinb dengan suara bergetarnya.

Umji mengangguk. "Kau juga?"

"Ya."

"Bagaimana jika kita saling mendekat?"

Sinb mengangguk tanpa rasa ragu lagi, keduanya saling mendekatkan diri satu sama lain. Sinb meraih tangan Umji, menggosok-gosok kedua tangan tersebut dengan cepat. Detik berikutnya bergantian, giliran Umji yang menggosok-gosok kedua tangan Sinb.

Mereka berdua tertawa, saat kedua telapak tangan itu memanas dan ditempelkan pada kedua pipi mereka. Senyuman terpatri di kedua bibir ranum tersebut.

"Sinb eonie, aku sangat kedinginan~"

"Sangat kedinginan?"

Umji mengangguk cepat, ia meniup kedua telapak tangannya yang menyatu. Sinb mendekat lagi, ia kemudian merangkul Umji dari samping, memeluk Umji dengan penuh kasih sayang.

"Sudah lebih baik sekarang?"

Umji menganggukan kepalanya, dia merasa sangat dilindungi dan sangat hangat. Bibirnya menyungging seulas senyuman, menatap Sinb dengan tatapan kagumnya.

"Eonie, hidungmu mengeluarkan sebuah cairan."

Sinb menarik cairan itu ke dalam lagi. "Bukankah aku terlihat agresif?"

"Ck, jorok sekali!"

"Tak apa, daripada aku mengusapnya pada bajumu?"

"Iya juga, sih ... "

Don't Say Goodbye || GfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang