"Wonwoo oppa, apa aku bisa sembuh?"
Dr. Jeon Wonwoo melihat hasil tes yang baru saja keluar dari lab. Dia tersenyum tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan gadis di hadapannya.
"Kau tahu, bukan? Aku sudah berobat ke sini selama bertahun-tahun lamanya."
"Kau ... Hebat."
"Ya?"
"Disaat anak berumur 10 tahun bermain-main dengan mainan mereka, kau harus bermain-main dengan obat-obatan, iyakan?"
"Ya."
"Jadi ... Kapan kau akan memberitahu kedua orang tuamu dan keluargamu?"
Gadis itu tersenyum manis, kepalanya menggeleng yang mengakhiri dengan air mata. Dia tersenyum, tapi dia juga menangis.
"Bagaimana cara aku memberitahu mereka?"
"Temui mereka, ajak mereka bicara, buat mereka mengerti bahwa kau itu istimewa."
Gadis itu malah tertawa kecil. "Sekarang sudah waktunya kau menjawab pertanyaanku, Oppa."
"Maaf?"
"Apa aku bisa sembuh?"
Wonwoo menghembuskan napas berat. "Kau mau melihat hasilnya?"
"Apa sudah boleh?"
"Umurmu sudah cukup untuk mengerti keadaan, aku harap kau ... Bisa menerimanya."
Mengambil secarik kertas yang diberikan oleh dokter yang sudah menanganinya saat ia masih 10 tahun. Sejak sebelum Dr. Jeon menjabat menjadi direktur, dia sudah sering ke sini hingga bersahabat baik dengannya.
"Kenapa semakin bertambah saja?"
"Pengobatanmu sudah melampaui batasnya, kemungkinan pihak rumah sakit pun akan kewalahan menanganimu."
"Apa itu berarti hidupku tidak akan lama lagi?"
"Ya."
.
.
."Jika sampai adikku terluka, jika sampai adikku kenapa-napa, jika sampai kau tidak bisa menyelamatkannya, aku tidak akan segan untuk melukaimu!"
Yerin menghembuskan napas pendek. "Kenapa kau datang terlambat? Kenapa tidak dirimu saja yang bertanggung jawab atas adikmu? Kau akan tahu betapa sulitnya mempertahankan pasien yang mengalami gangguan pada kepala bagian belakangnya."
Jennie melipat kedua tangan di bawah dada. "Aku tidak mau tahu, adikku harus selamat!"
Andai Yerin tidak punya prinsip untuk setia pada pasiennya, mungkin sudah ia serahkan Lisa kepada Jennie sekarang juga. Jennie pikir, merawat pasien yang nyawanya sudah berada di ujung tanduk itu mudah, tapi nyatanya sulit.
"Kenapa kau menjadi egois?"
"Egois? Yerin ah, apa maksudmu? Aku hanya ingin adikku baik-baik saja, karena aku terlalu sibuk sampai melupakan waktuku dengannya."
"Sebenarnya ... " ucap Yerin menggantung, ia berjalan memutari tubuh Jennie dengan perlahan. "Sebenarnya, kau tidak menyukai kedudukanku di sini, iyakan?"
Jennie menoleh cepat. "Apa maksudmu?!"
"Sudahlah, aku tidak mau berurusan dengan orang yang pandai membual." kata Yerin kesal, ia pun memutuskan untuk keluar dari ruangan Jennie.
"Awas kau!!" geram Jennie.
.
.
.Umji duduk termenung, dia terlihat sedang banyak pikiran di sana. Tidak lama, Yuju datang dan memeluknya dari samping.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Say Goodbye || Gfriend
Fiksi Penggemar[COMPLETED] There's a Good in Goodbye [16-11-21] #2 in Gfriend [29-05-21] #1 in Yumji-Sinju-Umb [10-11-21] #1 in Umji [02-06-21] #2 in Yuju