48. Foto Duka?

4.6K 408 83
                                    

Happy reading😢

Aku tidak sangup dengan kabar yang membuatku hancur.
❤😍❤

"Teteh, yakin tetap mau berangkat kerja?"tanya saka saat kalea turun ikut bergabung dengan mereka.

"Iya pa, lagian teteh bosen dirumah terus" ujar kalea sambil mengambil susu yang sudah disediakan oleh ziena.

Kalea meraih ponselnya malas saat notif pesan berbunyi berkali kali.

PRANK.

Tangan kalea bergetar membuat gelas yang ada ditanganya jutuh kelantai, hatinya hancur, dadanya sesak seperti ditimpa batu yang besar.

"Teh, kenapa?" Tanya saka, saga yang ada dibelakang kalea langsung menahan badan kalea yang seperti ingin jatuh.

Saka mengambil phonsel yang ada ditangan kalea, rahangnya mengeras saat melihat foto batu nisan yang bertuliskan nama angga disana.

"Hiks hiks, it-itu bohong kan pa, bo-bohong kan hiks" tanya kalea bergetar.

Hancur sudah pertahananya saat ini, hanya kerena sebuah foto yang tidak jelas pengirimnya siapa dan dari mana.

"Kamu selidiki nomor ini ga" suruh saka memberikan phonsel pada saga.

"Iya pa"

Ziena tidak berani mendekat takut ia tidak bisa menahan diri untuk mengatakan hal yang sebenarnya.

"Kita keatas yuk sayang, kamu butuh istriharat" ujar saka membawa kalea naik kemarnya. Saka keluar saat kalea sudah tidur ia menatap ziena yang menangis didepan kamar kalea.

"Mas kita kasih tau aja yang sebenarnya, aku nggak tega mas" ujar ziena dengan tangisnya.

"Kamu mau melihat anak kamu lebih hancur dari ini?" Tanya saka.

"Lama atau lambat, kalea juga akan tau mas"

"Iya, setidaknya kalaupun ia tau setelah anaknya lahir" ujar saka.

"Kamu tega tau nggak!" Ujar ziena meningalkan saka. Saka menatap pungung ziena yang sudah jauh.

"Maafin papa sayang" lirih saka

****
Sebulan berlalu semenjak kejadian itu kalea mengurung dirinya didalam kamar menatap jauh kedepan.

"Sayang kita makan yuk" ujar ziena masuk kedalam kamar kalea membawa nasi, kegiatan yang sebulan belakangan ini sudah jadi rutinitas baginya.

"Bunda suapin ya?" Ujar ziena saat kalea hanya diam."kalau teteh nggak makan, kasihan adeknya" sabung ziena.

"Adek bentar lagi lahir ya bun?" Tanya kalea membuat jantung ziena bergemuruh.

"Iya, makanya teteh harus makan, biar adeknya sehat" ujar ziena mengusap rambut kalea.

"Kalea nanti lahiran sendiri ya bun, adek nggak punya ya papa bun, adek nggak akan bisa pangil papa kayak anak lain, kalea bakalan sendiri besarin dia ya bun?" Tanya kalea menatap kosong kedepan.

Ziena memeluk kalea erat, ia tidak sangup mendengar ucapan kalea.

"Jangan ngomong gitu sayang, kamu nggak sendiri, ada papa, saga, ken, bunda, bunda nggak akan ningalin teteh sendirian" ujar ziena.

"Bohong!, dulu mas angga juga sering bilang begitu, nyatanya ia juga pergi , kalea tetap ditingal" ujarnya.

"Dengar bunda nak, apapun yang terjadi, bunda akan tetap disamping kalea" ujar ziena menyakinkan kelea.

"Makan ya nak" bujuk ziena saat kalea sudah kembali tenang. Ziena menyuapi kalea sambil menahan tangisnya, tidak ada semangat sedikitpun diwajah kalea.

SKRIPSI or RESEPSI. (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang