Malu

2.9K 228 181
                                    

Pak agung menarik tangan putrinya itu untuk turun dari panggung, musik pengiring berhenti seketika ketika pak agung menarik turun wanda. "bapak!," pekik wanda. jendra menunduk mengikuti bapak dan mbaknya. jendra salah sih, kenapa dia nggak bisa maksa mbaknya.

"pulang!!," sebelum itu pak agung menghampiri chandika yang memperhatikan keduanya.

"pak chan, saya pamit dulu, maafkan anak saya," sesal pak agung. pak camat itu bener bener malu. keterlaluan si wanda, bisa bisanya dia ada di pangkuan bapak investor, pengusaha kaya di kota.

tanpa tahu kasihan pak agung menarik lengan putih wanda, belum sempat menjauh dari chandika, pengusaha muda itu mencekal lengan pak agung. "bapak!, saya minta tolong agar tidak kasar dengan gadis itu,"

"t-tapi dia anak saya pak!,"

"lengan cantiknya merah," ujar chandika tanpa mendengar perkataan pak agung sebelumnya. ya chandika memperhatikan lengan gadis itu yang memerah karena di tarik paksa oleh pak agung.

wanda meringis kemudian melihat genggaman bapaknya mengendur. "nama kamu siapa?," tanya chandika.

"wanda ayuni, pak ganteng," wanda memberikan wink pada chandika tanpa tau malu, pak agung kembali mendelik. jendra yang tau itu udah bakal menimbulkan perang dunia ke-3, ia merangkul pundak mbak wandanya.

"mbak, ayok mulih (pulang) ae!," ujar jendra menarik wanda agar segera pulang. puncak acara penyambutan investor jadi rusak, rundown yang dibuat tim acara jadi mundur semua, karena anak pak camat, si binal wanda, kalau kata orang kampung sana.

****

kata siapa wanda ayuni, anak pak camat yang kerjanya jadi PNS di kantor kelurahan itu udah gak perawan?, cuma karena dia emang agak agak punya sifat binal kaya gitu?. huh ngadi ngadi banget, padahal ya wanda tuh masih gress gress gress, belum pernah pacaran, tapi emang badannya sekal dan montok gitu kan, bikin cowok kampung seberang sampe kampung wanda sendiri, mulai dari ujung kulon sampe ujung wetan juga suka sama wanda.

body-nya nggak cungkring, nggak bohay bohay banget, tapi pas aja gitu. udah banyak yang mau ngajak nikah, tapi nanti nanti dulu. teman teman jendra aja kadang juga ada yang naksir sama mbak wanda. kaya si Haris tuh, yang jelalatan banget kalau ke rumah jendra, sering ngintipin wanda misal si wanda lagi masak, atau meres cucian.

wanda dan jendra saat ini sudah ada di hadapan ibu dan bapaknya. sang ibu udah cuma bisa ngelus dadanya doang, kalau si bapak udah berkacak pinggang. "wanda!, tadi itu investor untuk kecamatan kita!, wanda udah bikin bapak malu tau nggak?!," bentak pak agung.

"jendra juga!, kenapa nggak di larang mbak nya?!,"

"jangan nyalahin jendra pak, wanda yang maksa tadi," ujar wanda.

"abis bapak dari dulu selalu ngelarang mbak buat nyanyi!, mbak pengen bebas kaya selina," tambah wanda.

"emangnya kamu nyanyi gitu menjamin hidup?!, enggak wanda!!, udah untung kamu bisa keterima jadi PNS, udah enak hidupmu walaupun kamu nggak nikah juga!," bentak pak agung. anak gadisnya itu rasanya ketuker kepribadian sama si bungsu.

jendra cowok kalem dan juga nurut, sedangkan wanda cenderung suka menantang. peraturan ada untuk dilanggar, itu yang selalu ada dalam benak wanda. "uwes pak!, nanti biar tak tuturi ne, (udah pak, biar aku yang bilangin dia)," pak agung menghela nafasnya, mencoba menyelaraskan pikirannya lagi.

"Suara mbak wanda sih apik, cuma bapak nggak seneng, kalau misal jadi biduan kaya tadi!," ujar pak agung. membuat wanda mendongak.

"nyanyi nyanyi di rumah aja, nanti bapak belikan mesin karaoke, bapak harus lanjut pertemuan sama investor!, jendra sama ibuk jangan lupa ini gadis suruh dikamar aja!," peringat pak agung, mengambil jasnya kemudian beranjak untuk pergi ke pertemuan dengan para investor lagi.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang