Pulang

2.4K 144 176
                                    

Setelah sesi oh ah oh ah gesek menggesek, kenyot mengenyot, chandika dan wanda berpelukan dengan pakaian yang sudah lengkap di atas kasur milik si gadis. takutnya nanti pak agung sama bu fani pulang, terus buka kamar anak gadisnya, menemukan yang enggak enggak juga kan. "jangan ghosting kaya kaesang ya mas chandika," chandika mengangguk.

"wanda baik baik ya?, udah gausa jadi biduan,"

"nggak mau!, mas chandika kok kaya bapak sih!, kita kan ketemu juga gara gara wanda jadi biduan, kalau hari itu wanda nggak maksa buat tampil, paling sekarang mas chandika udah digodain sama yeni atau selina," chandika menggeleng.

"kamu tuh satu satunya bagi saya, wanda," wanda tersenyum malu malu. satu satunya loh, one and only!.

halah!, pret kepret!. - readers

tangan kiri chandika mengelus perut rata wanda. "saya nggak sabar bikin kamu hamil anak saya, kita hidup di kota berdua, kamu bisa minta apapun dari saya,"

"nggak ah!, wanda masih mau disini, kerja juga biar gak stress, disini temen wanda banyak juga kan, terus kalau wanda ke kota, jendra pasti kesepian,"

"cukup jadi biduan pribadi saya aja," jawab chandika mengelus puncak kepala wanda dengan sayang.

"kaki wanda masih lemes, mas chan tidur sini aja ya sama wanda, peluk wanda kaya gini aja," pinta wanda.

"iya sayang," chandika mengeratkan pelukannya. tak lupa menyesap aroma tubuh wanda yang wangi sabun lemon segar, bercampur dengan keringat yang dihasilkan dari kegiatan mereka tadi. keduanya tidak tidur, namun larut dalam pikiran masing masing, chandika yang kepikiran tentang masalah pertunangannya dengan ambar, dan wanda yang lagi overthinking karena takut apa kata selina bahwa pengusaha itu hanya obok obok doang, tapi ga tanggung jawab tadi ada benarnya.

****

chandika sudah siap, beberapa orang suruhannya pun sudah datang dan siap menyetir mobil miliknya. sebelum itu ia menyempatkan untuk datang ke kantor kelurahan, melihat wanda sebelum pulang ke kota. dilihatnya wanda sedang mengurus beberapa administrasi warga, begitu sibuk sampai tidak menyadari bahwa chandika berada tak jauh dari wanda. "wanda, sampai ketemu, saya akan bawa kabar baik untuk hubungan kita," gumam chandika.

"jalan," perintah chandika pada supirnya. meninggalkan wanda tanpa berpamitan secara langsung adalah hal yang baik daripada harus melihat lelehan air mata wanda. chanyeol itu paling nggak tega lihat cewek nangis, chandika juga gak tega ninggal wanda, bisa bisa dia nunda kepulangan kalau udah dempetan sama wanda, makin gak kelar kelar urusan dia sama ambar dan keluarganya, dan makin dimaki readers dia ntar, chandika mengcape maju mundur salah, tapi kalau maju mundur di dalam dek wanda yo gas lah wong enak!. 🌚

mess kecamatan udah rapi walaupun masih ada beberapa barang chandika disana, beberapa karyawan chandika juga masih bantu bantu. wanda kebetulan lagi keluar makan siang kan, dia ke bakso pak jaka yang jadi langganan PNS kelurahan, kebetulan ketemu salah satu karyawannya chandika. "eh?, joni ya?, karyawan mas chandika?,"

"iya mbak wanda, mau makan ya?," wanda mengangguk.

"pak chandika baru aja berangkat," wanda mengangguk lagi sembari tersenyum, tapi nafsu makannya mendadak hilang. kenapa mas chandika nggak pamit dulu ke dia?, kenapa langsung pulang gitu aja?. joni ngelihat wanda keluar dari tenda bakso itu bingung.

"loh ndak jadi makan to mbak?"

"nggak jon, saya lupa ada kerjaan yang belum selesai," dengan langkah cepat gadis itu kembali ke gedung kelurahan. tangisnya tertahan sedari tadi, merasa di buang, setidaknya chandika harus mengirimkan pesan sebelum pergi, tapi ini?. emang dasar kucing garong!.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang