dah lama nggak nulis gosong. ini gosongnya cuma setengah doang.
"emang ini cara pakenya gimana?," tanya wanda sok polos.
"arahin di clit kamu coba sayang," jawab chandika gemas banget, andaikan dia disana udah di telanjangin dah itu si wanda. dia yang bakal pakein alat itu, sekalian ngeremes pantat sintalnya wanda.
"coba lepasin celana kamu dulu, bayangin aja aku yang lagi ngelepas celana itu," wanda nurut, tangan lentiknya mulai nurunin celana setelah naruh hapenya di meja rias. sedangkan dia duduk di kursinya, agak sedikit mundur dan kelihatan jelas banget. bersyukur dah itu rumah pak camat deket tower ye kan. sinyal lancar.
wanda duduk sambil ngangkang gitu kan hingga terlihat vagina pini punya dia, tentu bikin chanchan yang jauh jadi kangen gesek gesek rumahnya. chanchan memberontak, ia tegak menuntut keadilan, batinnya ingin sekali chanchan tuh jebol rumahnya, e tapi belum waktunya. dahlah. jari lentik wanda langsung ngarahin si alat pink yang di beli chandika itu ke clitnya. tiba tiba alat itu getar bikin wanda panik, mana pelan lagi getarnya. nanggung kalau kata wanda mah, dia kalau main biasanya kenceng. "nggh mash kayanya alatnya rusaah-k," desah wanda bikin chandika malah senyum lebar.
"kenapa sayang?,"
"i-ini getar sendirih, ngghh, aahh," chandika malah naikin level getarnya bikin wanda makin kelonjotan.
"aah aanghh, maas chann," desah wanda. tak lupa chandika juga membuka celananya. hingga terpampang jelas chanchan yang lagi tegak berdiri.
"nghh, w-wanda kamu cantik banget," chandika pengen rasanya balik ke desa, segera meminang wanda. tangan chandika mengambil beberapa tissu, terus juga tangan besar dan beruratnya itu dengan cepat ngocokin si chanchan, nggak lupa dia ludahin dulu tangannya. nggak enak ih kalau kering, chanchan kaya bukannya keenakan malah sakit. precum-nya nggak banyak juga soalnya.
"ahh ahh, nghh kangen chanchan, pengen emut chanchan," ujar wanda nakal dia emut jari jarinya sendiri bikin chandika makin cepet ngocokin chanchan.
keduanya merasa udah di ujung, penis chandika udah nggak kuat pengen nyembur. sedangkan dilihat disana vagina pink wanda udah basah banget. "ngaaah aku keluar massh," udah kaya pipis itu si wanda, sedangkan chandika masih nahan.
"saya pengen banget makan yang pink pink itu," nggak sadar si chandika udah balik lagi pake kata 'saya'.
"aku juga pengen ngemut chanchan, kangen sosis gede kesukaanku," chandika tertawa ngakak.
"oalah sayang, saya juga pengen remesin tetek kamu yang dari tadi melambai lambai," ujar chandika matanya nggak lepas dari payudara putih wanda yang menggantung.
"mau remesin kaya gini?," tanya wanda ngeremes payudaranya sendiri.
"hmm, saya juga pengen netekin juga," penis chandika sebenernya sakit sih dia nahan nyembur, kalau nyembur disini dia bisa kena marah mamanya, dia duduk ya di kasur juga kan.
"sini, udah lama mas nggak nenen kan?," goda wanda.
"saya juga pengen bikin tanda di kulit putih kamu, pukul pantat sekal kamu pake tangan besar saya, sampe kamu menjerit minta dipukul lagi, saya pengen kamu mendesah dibawah kungkungan saya, menjepit chanchan di lubang hangat kamu," suara berat chandika ngomong kaya gitu tuh bikin wanda makin kepengen.
"mmhh, ih!, jangan bikin sange lagi!, sumpah lebih enak mas yang disini, aku semenjak kenal mas malah nggak pengen pake mainan, lebih enak jari gedenya mas chandika!,"
chandika senyum, "wanda, boleh kamu deketin wajah kamu ke kamera?," tanya chandika bikin wanda ngangguk terus dia deketin wajahnya ke kamera. wajah berkeringat wanda tuh sexy banget asli.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDUAN - Wenyeol
Fanficwarn mature! (setiap part mature bakal aku kasih tanda) bocil polos/readers suceh jangan di mari ya bebih. lokal wenyeol Wanda Ayuni anak Pak Camat yang bekerja di kantor kelurahan, harus ketahuan sang ayah saat sedang nyambi jadi biduan. "Suara m...