Panas Dingin Awards

2.6K 175 121
                                        

Sumpah deh, chandika nggak tahan kalau wanda cuek bebek kaya gini, di kasih bunga nggak ngaruh, coklat belgia gak mempan, jendra juga gitu diajak ngomong cuma ngebug diem aja. Akhirnya karena udah putus asa, chandika pedekate sama ibunya wanda. Bu fani yang saat ini lagi nyiram tanaman pucuk merah yang ada di luar pagar rumah pak camat. "Mohon izin bu, saya beneran sayang sama anak ibu, tolong bantuin saya buat maafan lagi sama wanda," bu fani diam.

"Bu,"

"Beneran?, Terus itu yang kemarin siapa pak?," Tanya bu fani nggak sengaja selangnya di arahin ke chandika. Bikin chandika langsung menghindar, ya masa chandika harus di siram sama bu fani. Apa kata dunia?.

"Saya jelasin, tapi ibu jangan siram saya begini ya?," Fani mengangguk kemudian mematikan selangnya terlebih dahulu.

"Jadi sebenarnya memang saya sudah punya tunangan di kota saat itu, tapi tunangan saya selingkuh, main gila sama banyak cowok, akhirnya pas saya pulang ke kota kemarin, saya udah jelaskan ke semua anggota keluarga tentang itu dan saya batal tunangan, maka dari itu maksud saya minta izin ke ibu, mau bawa wanda ko kota, buat ketemu sama orang tua saya," jelas chandika. Emang dasarnya bu fani tuh udah cocok banget kaya miksagrip cocok!, Yaa bu fani juga paham sama kondisinya chandika. Di khianati tunangan.

Dulu kan dia mau tunangan sama tentara, eh gagal. Terus faktor kedua bu fani sangat suka chandika adalah dia mantu idaman sih, dia juga bisa pamer sama bu Jessica kalau dia dapet mantu tajir dari kota. "Saya mohon bu, saya nggak akan menyakiti wanda yang kedua kalinya atau seterusnya, saya akan bahagiakan anak ibu, kemarin saya juga nggak tau kalau ambar, mantan saya itu kemari dan melukai wanda," bu fani diam aja.

"Saya udah dukung pak chandika sih, tapi jendra sama bapaknya wanda kayak masih marah sama sampean (kamu), jadi mending pak chandika juga menjelaskan pada mereka terkait ini, kalau mau bawa wanda ke kota. Saya sih setuju aja, yang penting jangan nyakitin wanda lagi," chandika merasa dapet lampu ijo akhirnya mau sujud sukur tapi di bawah becek gitu, nggak jadi. Pas dia mau balik eh ada jendra markirin sepeda ontelnya. Dia lihat chandika nggak suka.

"Jen"

"Ngapain pak chandika kesini?, Belum puas ya nyakitin mbak saya?," Tanya jendra serius banget. Chandika menggeleng.

"Saya cuma kepengen jelasin apa yang harusnya saya jelasin jen, kamu dengerin saya dulu ya?," melas chandika, jendra jadi nggak tega dia. Pak chandika jadi punya kantung mata, terus juga dia jadi agak kurusan dikit sih menurut jendra.

"Yaudah ayo!, Di dalem aja, jendra laper mau makan," chandika tersenyum. Itu calon adek iparnya kan baik, dia yakin kalau jendra sama bu fani udah di pihaknya. Tinggal tunggu pak agung. Dan bikin wanda kenalan sama mama dan papanya.

****

Wanda dari tadi di kantor sih diam aja. Mbak puja yang sadar kalau wanda diem nawarin cimol yang masih anget anget gitu kan enak. Sekarang udaranya udah agak dingin, mau hujan lagi. Di luar mendung banget. "Wan, arep (mau) cimol a?,"

"Nggak mbak, makasih, aku arep mulih ae bariki (aku mau pulang aja hari ini)," mbak puja paham jadi dia langsung makan aja itu cimol. Terus lihat wanda beranjak dari tempat duduknya, rapi rapi meja dan akhirnya pulang. Padahal cuacanya lagi nggak bagus, tapi cewek itu nekat buat nerobos.

"Duh lupa nggak bawa payung, trobos ae lah!," Wanda akhirnya lari buat pulang ke rumah, biasanya bakal di jemput, tapi Wanda tuh hari ini masih sebel sama chandika, dia kalau inget chandika jadi pengen nangis.

Kan ada tuh kata kata jaman fesbuk yang bilang 'aku suka menangis dibawah hujan, agar tiada orang yang tau bahwa aku sedang menitikkan air mata,'

ALAY!.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang