Polos tapi⚠️

7.6K 157 83
                                    

chandika nggak nyangka di dalam laci nomer dua lemari warna biru milik wanda tersimpan mainan mainan, dipikir gadis desa tuh nggak ada yang kaya gini, eh tapi ini kok chandika nemu. "kamu tau ginian dari mana wanda?," masih syok sih dia, ada beberapa love instrumen di dalam lemari tersebut. tapi buru buru chandika tutup lagi laci itu, takut dia makin ngadi - ngadi fantasinya.

"yaelah!, perawan masa gaboleh enak, kalau jajan laki ntar dikira lonte, laki - laki mah bisa jajan dimana mana, coli juga boleh, masa kita mastrubasi gak boleh,"

"kamu beneran cuma mastrubasi aja kan?, masih segel kan kamu?,"

"iyalah!, mas chandika nggak inget wanda bilang masih takut kalau masukin yang bawah kemarin??, yang kita sama sama enak di mobil?!,"

"tapi apa deh kamu barusan nantangin saya," tambah chandika.

"lain kali gak boleh ya cantik, untung saya tuh bisa nahan,"

"yakin bisa?," tanya wanda berbalik kemudian gesekin pantat sekalnya sama penis chandika. membuat chandika menggeram.

"ibu kamu dimana?"

"nonton hiburan lah dipanggung, kenapa?,"

"saya takut ada yang ganggu kegiatan kita, wanda," tangan nakal chandika dengan sengaja mengelus perut rata wanda, naik makin naik ke payudara sekal gadis itu, kemudian meremasnya membuat wanda melenguh.

"enggak ada, ehhh kok makin gede si chanchan mashh," chandika makin menggesekkan penisnya membuat wanda meringis.

"aduuuh ahhh ahh, udah gatellh, mmhh," chandika membalik tubuh wanda agar menghadap ke arahnya. dilihatnya kedua payudara putih wanda yang menggantung dengan indah. puting pink, kulitnya seputih susu, membuat chandika langsung nyosor aja kaya bebek.

tangan kanannya meremas pantat sintal wanda, tangan kirinya memilin puting kanan wanda, sedangkan yang kiri sudah ada dalam mulut chandika. penis besarnya menggesek vagina wanda, dengan sengaja pula chandika menggesekkan penisnya dengan clit wanda. "nggaaah maashh, mashh channnhh, aahhh ngghh sshh, cepetinhh ahh," desahan manja wanda bahkan sudah menjadi salah satu musik kesukaan chandika.

chandika menyedot puting pink wanda, menggigit kecil tonjolan kesukaannya itu, menjilat ujungnya, hingga membuat wanda merem melek tiap titik tubuhnya di jamah, walaupun belum permainan inti. tangan wanda yang nganggur mengalung pada leher chandika, tangan kanannya dengan nakal memainkan twins ball chandika, tangan kirinya mengelus perut chandika yang kotak kotak. entah sejak kapan chandika juga ikut naked seperti dirinya saat ini.

"ouhh wandaah," chandika melepas kenyotannya, melenguh karena tangan wanda dengan nakal memainkan twins ballnya, kemudian wanda membalik posisi keduanya hingga chandika terjembab ke kasur empuk milik wanda.

"kali ini wanda mau mimpin, mas diem aja yaa?, wanda mau nenen juga," wajah wanda dibuat seimut mungkin membuat chandika mengeram tak tahan, aduh pengen banget dia jebol, tapi dia ingat kalau hubungannya dengan ambar belum berakhir. dia nggak mau menjadikan wanda cuma partner main mainnya doang.

wanda menggigit bibirnya, merasa seksi karena ia juga bisa melihat pantulan bayangan dirinya dan chandika saat ini lewat cermin besar di samping mereka. wanda mengecup basah bibir chandika, melumat habis bibir tebal itu, gesekan alat kelamin keduanya membuat wanda dan chandika melenguh. "unggh,"

wanda dengan sengaja menggigit cuping telinga chandika, kemudian turun ke leher, menghisap jakun chandika yang naik turun menahan nikmat. turun lagi menuju puting coklat tepos chandika, "mirip chocochips yaa?," chandika membola. tangannya sengaja ikut mengelus tubuh mulus wanda. tak tinggal diam mendengar perkataan wanda. tangan besar chandika mengayun memukul pantat putih itu.

"anghh, kok di ceples (kok di pukul) sih?," protes wanda. chandika tersenyum.

"kamu suka banget bikin saya kepikiran hal hal random yang kamu omongin ke saya, lanjutkan, atau saya bobol kamu di depan orang tua kamu,"

"ngghhh, bobol aja kalau berani," wanda menjulurkan lidahnya. dengan gemas chandika langsung meremas kedua bongkahan bokong sintal wanda hingga gadis itu melolong merasa nikmat.

***

jendra lagi asyik makan sosis sama haris. "jen, mbakmu kok ga ketok? (mbakmu kok gak kelihatan?),"

"mulih paling, salah e nggawe klambi kurang kain, pengen tak jahitno ae rasane!, (pulang kali, salah sendiri pake baju kurang kain, pingin aku jahitin aja rasanya)"

"piye seh jen, lek aku dadi awakmu yo seneng nduwe mbak sexy ngunu kan yaa, gak dolan aku, tak dadi insek ae, (gimana sih jen, aku kalau jadi kamu yang punya mbak seksi kaya gitu, aku gak akan main, aku jadi insek aja,)"

"insek your bold head a!, incest blok goblok!, (insek gundulmu a!, incest bodoh)," pekik jendra frustasi.

"untunge adike mbakku guduk awakmu ris, (untungnya adiknya kakakku bukan kamu ris)," jendra bersyukur sih, jendra kalau lihat mbak wanda pengennya ngelindungi aja, mbak wanda tuh kasihan, dulu sering jadi sasaran bully di SMA, sekarang mbaknya cantik, PNS lagi, mantu idaman, mana jadi kembang desa juga, yang bully mbak wanda malah kaya mimiperi semuanya.

pak agung dan bu fani celingukan hingga melihat jendra yang asyik ngobrol sama haris. "jen, mbak mana?,"

"lah tak kira bapak preso (aku kira bapak tau)," jawab jendra.

"tumbas sosis cek akeh e toh le? (beli sosis banyak banget sih?)," tanya bu fani, itu anaknya apa gak mabok sosis. andai bu fani tau, yang saat ini mabuk sosis itu si wanda.

"bapak nggak sampe malem loh jen, ini mau pulang,"

"ibu juga mau kundur (pulang)?," tanya jendra memandang ibunya.

bu fani menggeleng. "aku arep belonjo daster ndek sebelah kono ambek ibu e haris, ate numbasno mbak wanda pisan (aku mau belanja daster di sebelah sana sama ibunya haris, mau beliin kakakmu juga)," jendra mengangguk.

"bapak disik ae, aku ngancani ibu," see?, jendra tuh adek yang se soft itu. pak agung mengacungkan tangannya, maklum ya gaes udah tua, angin malam ga baik.

***

pak agung sampai di rumah, menyadari heels putrinya itu sudah ada di rak sepatu. ia inisiatif untuk nge-check anaknya apakah beneran sudah ada di rumah?. pak agung kira tadi wanda bakal nyanyi sepuasnya, nggak tau aja pak agung kalau anaknya emang nyanyi sepuasnya, tapi dalam arti berbeda.

"nduk?," panggil pak agung. chandika menggesek penisnya pada vagina wanda, ia menyuruh wanda berdiri kemudian menyandarkan wanda ke pintu. chandika menggesek penisnya dengan vagina wanda lewat belakang, jadi saat ini chandika melakukan back hug dengan wanda, tangan nakalnya tak henti henti memainkan kedua payudara indah wanda yang menggantung.

"ada bapak masshh gimanaah?," tanya wanda berbisik pelan banget.

"bukaa, jawab sajahh ahh wanda, saya yakin kalau chanchan nusuk kamu, rasanya bakal beneran bikin dia langsung muncrat," jawab chandika malah bikin wanda makin pengen jerit. membayangkan chanchan menusuknya, memberi kenikmatan sampai ia keluar tak terhenti, hingga vaginanya menganga minta diisi lagi. padahal pak agung ada di depan pintu menunggu jawabannya.

"aaahh ahh massh pelaaanhh, aku jawabh bapakk duluu," chandika masih terus menggesekkan alat kelamin keduanya. wanda mengusap peluh di wajahnya, tak lupa menahan desahan.

wanda membuka pintu itu, menyembulkan sedikit kepalanya, "maaf lama pak, wanda masih ganti bajuh, barusah-n pulang," pak agung mengangguk.

"sakit to kamu tuh?,"

"enggak pak, cuma tadi kena angin luar jadi agak gaenak badan," pak agung mengangguk.

"yawes, ndang bubuk (cepet tidur)," wanda mengangguk, menutup kembali pintu kamarnya. pak agung menghela nafasnya. itulah kenapa pak agung melarang wanda jadi biduan, wanda mana kuat angin malam.

tanpa pak agung sadari kalau di dalam sana, sedari tadi anaknya udah di wolak walik (bolak balik) sama chandika, pak investor mesum. "gak jadih pake alat?,"

"jangan sayang, gesekin ini aja udah enak, apalagi pake alat,"



istipar lu istiparrrr.. dua duanya sama sama binal ye.. gue sunat lagi nih chandika!

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang