Mengais Restu (slight cast janda duda)

1K 68 34
                                    

Kehilangan seorang anak adalah hal yang menyakitkan terutama bagi wanda dan chandika. Menangispun tidak akan mengembalikan anak mereka yang sudah kembali ke pangkuan Tuhan. "are you okay sayang?" Tanya chandika mengelus puncak kepala calon istrinya. Wanda memejam kemudian mengangguk kecil. Bohong kalau dibilang okay, karena Wanda kehilangan setengah dari bahagianya di dunia.

"Mas, nggak akan ninggalin wanda walaupun wanda udah nggak mengandung anak mas lagi kan?" Tanya wanda pilu, dibarengi air mata yang sudah terkumpul di pelupuk.

Chandika lagi lagi menangis, ia memeluk calon istrinya penuh sayang, kemudian mengelus pundak calonnya dengan lembut. "Nggak sayang, mas nggak akan ninggalin kamu" ujar chandika, dalam diam perasaan keduanya menghangat. Lain dengan kedua orang tua yang sedang memperhatikan interaksi keduanya.

"Wanda, untuk sekarang fokus pemulihan aja ya? Pernikahannya bisa kita tunda" ujar bu fani. Wanda yang tadinya memeluk erat calon suaminya itu melepaskan pelukan kemudian menggeleng pelan.

"Wanda mau secepatnya aja boleh bu?, Wanda nggak mau mengulur waktu lagi" jawab wanda pelan namun cukup terdengar. Bu fani menatap pak agung serta ibu dan ayah chandika. Chandika mengangguk pelan setuju dengan ucapan Wanda.

"Saya akan bertanggung jawab dengan yang sudah saya lakukan pada anak perempuan bapak dan ibu" jawab chandika mantap. Keduanya bergandengan tangan lebih erat. Memang terlihat cocok chandika dan wanda ini, sama sama memperjuangkan tanggung jawab nya.

***

Karena memang kalau ditunda tunda terus bakalan lebih menimbulkan fitnah, maka dari itu pihak keluarga chandika dan wanda sepakat untuk segera melangsungkan pesta pernikahan. Hari itu hari yang cukup ribut bagi kedua keluarga besar wanda dan chandika. Bagaimana tidak? Kedua keluarganya memiliki pendapat berbeda tentang pesta pernikahan yang akan diadakan. Keluarga wanda ingin pernikahan adat jawa, diadakannya di lapangan dekat kediaman mereka, pakai tenda yang warna ijo telor asin, sedangkan keluarga chandika ingin pernikahan yang digelar secara modern dengan menyewa WO paling mewah satu Indonesia Raya, dan digelar secara besar besaran, rencananya mau nyewa gedung biar praktis juga, jadi mereka gak repot untuk ngadain hajatan masak dan lain lain sebagainya. "Kalo pake WO bakalan lebih praktis dan juga kita nggak kerepotan." Usul mama chandika.

"Tapi namanya nikahan ya pasti repot lah bu, nggak ada yang gak repot" jawab ibu wanda pelan. Yah perseteruan ini terjadi karena kedua ibu yang sama sama teguh akan pendiriannya. Lain dengan wanda yang masih bersedih pasca meninggalnya anaknya, padahal keduanya menanti si jabang bayi lahir ke dunia, bahkan wanda sudah membayangkan kalau anaknya bakal manggil dia ibu dan manggil chandika dengan sebutan yayah. Lucu banget kalau di pikiran wanda, tapi melihat mertuanya pada sibuk ngomongin tenda nikah atau gedung nikah membuatnya seketika pening.

Lain hal dengan bapak bapak yang lagi ngopi, malah membahas tentang Timnas yang kemarin menang lawan Thailand, Chandika cuma mangut mangut sembari mencuri pandang ke dalam, dilihatnya sang calon masih saja murung. "Nanti kamu sama wanda di pingit dulu ya?" Tiba tiba papa Chandika merebut atensi Chandika yang asik mencuri tatap pada si cantik yang sedang manyun.

"Mana bisa chandika tahan gak ketemu sama Wanda pa?" Jawab Chandika membuat pak agung terkekeh.

"Ya, saya juga tau sih, sudah saya pisah ke mess saja kalian masih bisa bertemu kan?" Sindir pak agung, dibalas kekehan oleh papa Chandika. Papa Chandika seolah kembali ke masa dulu, ia bahkan pernah mencuri temu dengan mama chandika pada masa muda, Jadi memang buah jatuh tak jauh dari pohonnya (kecuali ketendang). Bapak - bapak itu terkekeh bersama, sedangkan Chandika tertawa canggung. Ya gimana gak canggung? Pak agung bisa tau kalau Wanda beberapa kali menemui dirinya di mess tempat Chandika tinggal sementara untuk meninjau proyek.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang