Arjuna-nya buaya

2.9K 197 143
                                    

"tapi bapak sudah ada tunangan!, saya nggak setuju pak!," ujar pak agung. chandika malah tersenyum penuh arti. Pak camat saat ini duduk berhadapan dengan chandika di ruangannya.

"saya bisa tarik investasi saya ke kebun di kecamatan ini, saya tau itu bisa menimbulkan kerugian besar apabila saya membatalkannya, betul?," tanya chandika dengan senyum liciknya. pak agung menunduk, ia bimbang, serahkan anak gadisnya atau gagal investasi dari perusahaan milih pak chandika. PT. Change's World yang menjadi perusahaan terbesar ke-lima setelah beberapa pabrik rokok.

bukan, bukan pak agung nggak mau punya mantu kaya raya, tapi tau kan pak chandika ini sudah punya tunangan, walaupun belum terendus media. "saya mau menikahi anak bapak," pak agung meremas tangannya sendiri. ia gundah, bagaimana ini?, apa harus ia menyerahkan anak gadisnya.

tapi apakah wanda mau?, wanda kan binal ke semua cowok, kayanya. "memang apa yang membuat bapak tertarik dengan anak saya?,"

"hm, cantik?, tentu saja itu point pertama, unik, dia bisa mengerti saya sepertinya," ya dilihat lihat gadis itu satu frekuensi dengannya, terutama masalah ranjang, bisa dilihat tadi pagi ia mengerti panggilan daddy-baby.

***

wanda tuh emang suka godain cowok, tapi kalau di cat calling rame rame begitu dia mana seneng. "uhuy!, mbak kene mbak lungguh kene sek karo awak dewe (mbak sini mbak, duduk dulu sama kita)," wanda melirik malas. duh itu yang godain iya kalau ganteng, minimal kaya jendra sang adik, atau kalau bisa seganteng mas chandika, dia mau mau aja malah di goda balik, lah itu yang godain tampang preman pasar. bikin wanda takut, mana mereka ga cuma satu dua orang, tapi lima orang sekaligus. ngeri kan kalau misal digilir.

wanda meruntuki kenapa tadi dia nggak nurut jendra sama ibunya untuk ganti ke rok yang lebih panjang dari yang saat ini ia kenakan. ia berusaha menutupi belahan roknya dengan tas jinjing. sampai klakson mobil berbunyi. membuat cowok cowok itu terdiam, yaiyalah kalah jaoh sama yang keluar dari mobil mewah itu. "ealah pantes, pacar e om om," celetuk salah satu, membuat wanda mau nangis aja, itu penghinaan tau nggak. kenapa sih mereka?, kenal aja enggak!.

chandika yang mendengar hal itu merengkuh tubuh wanda, seakan mengisyaratkan bahwa gadis yang ada di rengkuhannya ini miliknya. "yang kamu maksud pacarnya om-om siapa?, dia ini calon istri saya!," labrak chandika merengkuh tubuh wanda dengan posesif.

"sekali lagi kalian gangguin calon istri saya, saya bikin mlarat tujuh turunan!," ancam chandika, preman pasar itu langsung pada bubar.

setelah preman pasar itu bubaran, wanda menarik tubuhnya dari rengkuhan chandika. sungkan, masih di depan kantor kelurahan. "makasih mas chandika, t-tap--,"

"lah?, tadi katanya manggil daddy kan?, kok sekarang jadi mas chandika?," goda chandika dengan menaik turunkan alisnya.

"wanda tadi cuma bercanda~," chandika mendengus, cewek tuh gitu ya, diseriusin malah ngajak guyon, nanti diguyoni nanges. repot.

keduanya saat ini sudah ada dalam mobil, wanda jujur canggung banget, dia masih kepikiran perkataan chandika tentang calon istri. "t-tadi masalah calon istri—,"

"terlalu cepat ya?, kalau saya suka sama kamu?,"

"HAH?," wanda mendadak cosplay jadi tukang keong tau gak, apa dia gak salah denger. tadinya wanda itu mikir chandika pasti punya pacar kalau enggak istri di kota, secara dia kaya dan juga ganteng kan, pasti udah punya pawang. tapi kenapa dengan entengnya saat ini chandika bilang suka sama dia.

"mas chandika jangan bercanda," kata wanda.

"saya gak bercanda wanda, saya cuma cinta kamu," andaikan wanda tau, hape chandika saat ini sedang bergetar, menunjukkan notifikasi dari ambar yang mengirimkan foto sensual untuk chandika agar cepat pulang ke kota.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang