Kepergok

1.8K 145 143
                                    

Chandika meremas buku jarinya sendiri, sumpah ya itu si ambar lagi sama cowok yang bahkan chandika gak kenal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chandika meremas buku jarinya sendiri, sumpah ya itu si ambar lagi sama cowok yang bahkan chandika gak kenal. cowok itu berbeda dari foto dean yang kemarin dikirim oleh jusuf, dengan langkah tegas ia menghampiri keduanya. "ambar?,"

"di-dika?," chandika tersenyum simpul.

"sama siapa?," tanya chandika membuat ambar gelagapan sendiri. laki laki disamping ambar hanya diam melihat chandika sedang mengintrogasi ambar.

"rekan kerja aku, kamu kok nggak bilang kalau pulang?," tanya ambar dengan nada manja khas-nya.

"bilang kalau saya pulang?, dan berpura pura bodoh dengan semua yang sudah kamu lakukan ke saya?," ujar chandika membanting beberapa foto ambar bersama laki laki lain yang ia dapat dari hasil penyelidikan jusuf dan anak buahnya yang lain.

"saya kira kamu benar benar mencintai saya, mengingat berapa lama kita bersama, ambar,"

"t-ta—,"

"cukup ambar, saya yang akan berbicara kepada keluarga besar tentang kelanjutan dari pertunangan kita,"

"ini nggak seperti yang kamu lih—,"

"dengan bukti yang saya punya sebanyak ini, kamu masih mau mengelak??!, kamu pikir saya buta?! saya lihat kamu bersama dengan laki - laki ini!"

"saya mencintai kamu, saya pikir ketika saya menemukan orang baru, itu hanya pengalihan rasa jenuh saya terhadap hubungan kita, tapi sekarang saya sadar bahwa menemukan orang baru lebih baik daripada harus bertahan dalam hubungan yang seperti ini," ambar tidak bodoh, ia tentu tau apa maksud chandika. beberapa kali ia mendengar selentingan kabar tentang chandika dari karyawan karyawan perusahaan yang ditugaskan disana.

"oh jadi bener kata beberapa karyawan kamu disana?, kamu dekat dengan seseorang? hm?, profesinya biduan kan?!, memang kamu yakin dia nggak nge-lonte?, jangan jangan dia juga lempar tubuhnya ke investor investor sebelumnya!,"

plak!

tangan besar chandika mengayun, menampar pipi mulus ambar. membuat beberapa orang terpekik melihat hal itu. "kalau tidak kenal dengan dia jangan bicara sembarangan, atau saya akan buat perhitungan dengan kamu!," ancam chandika penuh emosi. laki laki yang sedang bersama ambar itu menunduk takut, tentu dia tau siapa yang ada di depannya CEO muda yang sukses investasi dimana mana, kalau chandika mau pensiun pun, hartanya takkan habis tujuh turunan tujuh tanjakan tujuh belokan tujuh gunung tujuh lembah tujuh tikungan apa lagi?.

"saya tunggu kehadiran kamu sekeluarga di rumah saya, sampai jumpa ambar!, dan kamu, saya nggak tau nama kamu, tapi saya berterimakasih karena kamu sudah menunjukkan seseorang yang tidak tepat bagi saya," chandika melirik ambar sinis, kemudian pergi meninggalkan ambar yang masih memegang pipi merahnya, menahan malu karena tentu saja menjadi perhatian pelanggan kafe itu.

****

wanda hari ini kerja seperti biasa, pulang juga seperti biasa, tiada yang berubah. yang berubah hanya rindu yang membuncah karena nggak memandang wajah mas chandika seharian. hari ini wanda kebetulan ketemu sama ken dan sello jamet kampung seberang yang lagi makan gorengan di pos ronda kampungnya, entahlah jamet ini kaya gak ada kerjaan aja. tumben juga nggak sama chandra, mungkin chandra sedang wawancara bersama mbak eL. "loh, ketemu mbak biduan, gorengan mbak!," tawar ken, wanda yang tadinya mau lewat jadi melipir buat sekedar duduk bersama dengan jamet. kebetulan seragam wanda hari ini panjang, jadi gak bakal di protes ibu ibu.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang