Obrak-abrik ⚠️

9.5K 208 160
                                    

Chandika tau kalau si wanda ke pop city sama selina, makanya dia inisiatif buat jemput wanda, tapi Wanda menghubunginya, ngajak karaokean. tapi chandika gak seberapa suka menyanyi. sambil nyetir menuju pop city, ia jadi kepikiran tentang kata kata pak agung tadi yang menyuruhnya untuk tinggal di mess kecamatan, padahal udah seneng dia satu rumah sama wanda. hingga notifikasi spam chat dari ambar terdengar.

Ambar Gayatri

kenapa sih kamu nggak buka chat ku dari tadi dik!.

chandika termenung, sebelum berangkat ke desa, dia sangat mencintai ambar, tapi kenapa saat itu rasanya ia enggan membalas pesan atau membuka foto nakal yang dikirim oleh tunangannya. Chandika dan ambar adalah tipe pasangan yang suka phone sex, tapi entahlah semenjak hari dimana chandika melihat wanda menyanyi di genjot cinta, chandika jadi oleng permanen.

dilain tempat, ambar mengobrak-abrik kamarnya, ia sangat merindukan chandika, tunangannya!. "PADAHAL GUE UDAH SANGE!, BANGSAT!," maki ambar, ia sudah mengirimkan foto nakal dirinya dengan puting yang sudah di jepit, ia juga menggunakan butt plug dan lingerie dengan warna kesukaan chandika, warna peach.

dengan nafas tersengal ia menelepon seseorang. "lo bisa dateng ke kos gue gak?, gue butuh bantuan lo!,"

***

"selina mulih mbek sopo? (selina pulang sama siapa?)," tanya wanda, kalau wanda sih sudah jelas ia akan pulang dengan chandika yang tak henti hentinya memandang tubuh sekal wanda. wanda masih memakai seragamnya yang tadi, karena gadis itu langsung minta diantar ke pop city setelah pulang kerja tadi.

"aku ngenteni (nunggu) mas sean," wanda nggak kepo, karena ia jelas tau sean itu bule yang lagi deketin selina.

"ayo wanda, setelah ini saya harus berberes pakaian," ajak chandika. wanda mengangguk setuju.

"gaopo tak tinggal a sel? (gapapa ku tinggal kan sel?),"  selina mengangguk malah terkesan mengusir wanda dan chandika.

keduanya sampai di depan mobil BMW i8 yang sudah terparkir, kebetulan parkiran pop city hari ini sepi. ya karena ini bukan weekend. apalagi hari sudah mulai gelap, dan parkiran pop city diterangi lampu jalan yang sedikit temaram.

"lah?, mas chandika mau kemana?," tanya wanda mendongak, hey tinggi wanda dan chandika itu jauh bos, makanya kalau ngomong pak chandika harus nunduk, dan si wanda harus mendongak.

"saya mau pindah ke mess kecamatan," wanda merengut. kok pindah sih!, belum juga dia godain itu pak investor, udah disuruh pindah aja, ck!, pasti ini ulah bapaknya!.

"kenapa pindah?,"

"fasilitas lebih lengkap mungkin, padahal saya tau kalau fasilitas di rumah lak camat bahkan lebih lengkap, saya bisa lihat yang segar segar setiap hari,"

"taneman bawangnya ibu ya?," chandika tersenyum samar, kemudian ia sedikit menyamakan tinggi dengan wanda.

"saya bisa lihat kamu yang setiap hari pakai tank top, kamu harus tau wanda, bahwa saat kamu duduk di pangkuan saya, kamu sudah mengundang bahaya yang sangat besar," bisik chandika tak lupa menjilat kecil telinga wanda hingga membuat gadis itu menggelinjang kegelian.

"kenapa?, wanda nakal bangunin sesuatu ya?," tanya wanda mengelus tonjolan di celana bahan kain yang digunakan oleh chandika.

"baby, masuk mobil!," perintah chandika mutlak, wanda dengan senyum nakalnya makin meremas tonjolan itu.

"balesan kemarin mas chandika remes pantat wanda," jawab wanda. chandika gimana nggak gemes, pengen ndang di terkam aja ini anaknya pak camat, tapi tahan tahan dulu.

wanda tersenyum menggoda dan langsung masuk mobil milik chandika. pas keduanya udah di mobil chandika masih terdiam, remasan wanda membuat penisnya tegak menjulang layaknya gunung arjuna. "kamu nggak mau tanggung jawab gitu wanda?," tanya chandika menahan desahannya.

"boleh?," tanya wanda. jujur celana dalam wanda saat ini juga sudah basah, penis chandika besar juga, padahal tadi belum seberapa ereksi tapi sudah begitu besar.

"pake tangan kamu aja wanda, saya belum siap obrak abrik anak pak camat," wanda mengangguk. xhandika membenarkan posisinya agar bisa berhadapan dengan wanda.

"tapi nanti remesin tete wanda ya mas, kaku banget," ujar wanda sambil dia buka kancing bajunya memperlihatkan bra renda warna kulit, bikin chandika nggak kedip, wanda ini badannya kelihatan kecil, tapi teteknya besar juga. dia jadi membayangkan gimana rasanya penisnya di jepit sama teteknya wanda.

"wanda juga pengen?," tanya chandika pake nanya lagi. si wanda dasarnya binal mengangguk cepat.

"iyaaa, tapi jangan ke bawah ya, wanda masih takut mas," chandika mengangguk paham, chandika yakin seribu persen yakin kalau wanda ayuni, anaknya pak camat ini masih ting ting belum berpengalaman.

dengan hati hati wanda membuka resleting celana chandika. pelan banget sampai chandika yang tadinya merem, jadi melek lagi. "sayang, cepetan!, saya udah gak tahan, sakit banget,"

sempak CK yang udah menggelembung dan celana bahan kain warna hitam milik chandika itu lolos, menampilkan penis besar dengan urat urat yang menonjol. penis itu tentu bikin yang lihat ngiler, ya iyalah, pubic hair yang lumayan tebel dan juga warna coklat kemerahan di ujungnya dengan precum yang sudah membasahi lubang ujung penis itu. "wanda baru tau bentuknya asli kaya gini,"

batang penis chandika dinaik turunkan. "ashh, sayang!," desah chandika merem melek, cuma di naik turunin gitu doang bahkan bisa bikin dia merem melek, tangan wanda emang luar biasa.

"bentuknya kaya jamur ya mas?, tapi ini besar banget, muat nggak ya di mulut aku," ujar wanda sok polos. perkataan ini membuat chandika makin nggak tahan.

"nggghh!!, shhh ahh!,"

"oh ini ya yang namanya testis, pas SMP dulu pernah lihat di buku biologi," wanda mengelus testis chandika, sembari sedikit meremasnya.

"ouhh sayangghh, ahhh wandaa, kamu hebat banget!,"

"hm?, aku mau kasih nama buat dia," mata chandika membola ketika wanda mendekatkan mukanya pada batang penisnya, tak lupa wanda meniup penis tersebut.

"chanchan, muah," wanda mengecup ujung penis chandika membuat chandika mengerang.

"ahhh, kocokin yang cepathh nghhh," wanda makin cepat menggerakkan tangannya. hingga cairan putih kental itu nyemprot ke baju wanda. chandika menikmati orgasmenya dengan puas, sialan. gadis di depannya ini masih belum berpengalaman tapi sudah bisa bikin dia kelonjotan.

"eh?, chanchan bisa keluar susu ya?," chandika puas, namun gadis di depannya ini bicara dengan sensual.

"jadi saya remesin?," wanda mengangguk mencondongkan badannya pada chandika. hingga chandika bisa dengan jelas melihat betapa mulus dan sekalnya payudara wanda.

"ngh, jangan kenceng kenceng ya mas sayangh ahhhh!," chandika menarik putih pink milik wanda membuat gadis itu memekik.

"nak—aaahhl, nggaaah, ahhh mashh chanhh, nggahhh," chandika tersenyum samar, ia mengambil kesimpulan kalau wanda tipe orang yang berisik saat bercinta, baru juga remes remes payudara.

"ahhh masshh, yang diremes iniih, yang basah yanghh ahhh, yangh bawahhh," chandika kemudian mendekatkan kepalanya pada payudara putih itu, memberikan satu tanda di belahan dada wanda.

"bilang sama ibu, hadiah dari mas chandika, ya sayang?," wanda menggeleng dengan mata tertutup menahan kenikmatan yang diberikan oleh chandika.

chandika bangga melihat hasil karyanya. tak lupa ia gigit sedikit puting wanda. membuat sang gadis melolong kecil "nghaaahhh, mas chaaanhh," desah wanda.

chandika dengan lancangnya membuka rok wanda, kemudian menyentuh celana dalam wanda yang sudah basah. "puas?, nanti saya buat kamu merasakan kenikmatan lebih dari ini, wanda sayang~," wanda yang masih ngos ngosan itu memejamkan mata, merasa chandika mengecup pipi putihnya.

"saya suka kamu, wanda,"

AAAAAAAAAaaaaaaAaaa
(-_- )ノ⌒┫ ┻ ┣ ┳
Maaf klo ensinya tidak sesuai ekspektasi ya bund.

BIDUAN - WenyeolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang