⚠️chandika agak bengek
Kecamatan H setiap tiga bulan sekali selalu melakukan pesta rakyat mulai dari sembako murah sampai pasar malem dan juga panggung hiburan. dan kebetulan sekali, bulan ini adalah bulan event tersebut. "ayo ya pak!, bolehin yaa?,"
"enggak wanda!," bu fani hanya menghela nafasnya. kasihan sama wanda sebenernya, pak agung itu selalu aja gak ngizinin anaknya buat ikut manggung. padahal anaknya berbakat dalam menyanyi, suaranya enak, cengkoknya pas juga sih.
"bapak gak asik!," pekik wanda mendudukkan diri dengan kasar di kursi ruang tamu.
"bapak nggak mau kamu godain investor lagi,"
"wanda begitu juga kan soalnya suka sama mas chandika," jawab wanda berani. pak agung menggertakkan giginya, punya anak gadis satu kok cek wani men (sangat pemberani).
"pak chandika, wanda!," tegur pak agung. wanda cuma merengut, mengeluarkan jurus merayu sang ibu lewat tatapan.
bu fani lagi lagi menghela nafasnya "bolehin aja pak, toh juga besok hari besar, nanti tak pilihin baju yang sopan buat wanda," pak agung menggeleng, masih kukuh dengan keputusannya.
"ayolah pak!," bujuk wanda kemudian mendekat memeluk bapaknya.
"atau nanti mau wanda bilangin ibu kalau bapak beli motor harley baru yang dititipin di rumah pak lurah," bisik wanda, pak agung meneguk ludahnya sendiri, lah si wanda tau dari mana? kalau pak agung habis beli motor baru, tapi nggak bilang sama bu fani.
wanda menaik turunkan alisnya. "yaudah boleh," Wanda langsung selebrasi.
"YESSS!!, WANDA PILIH BAJU SAMA LAGU DULUU~,"
***
Chandika udah siap sama jas-nya. seharian ini nggak ketemu sama anak gadisnya pak camat, tadi dia tanya jendra katanya mbaknya itu udah dirumah. chandika baru tau, nakal nakal kaya gitu wanda anak rumahan. perkara phone sex-nya sama ambar, seperti biasa dia nggak klimaks, dan harus nyelesain sendiri dengan nama wanda. chandika sih gak masalah sekarang mau solo atau ada lawan. jujur aja kalau sama ambar pasti dia yang di hajar, tapi chandika bersyukur dia jauh sama ambar.
chandika melirik nasi bungkus yang belum dimakan sejak tadi. "maaf wanda," ujarnya bermonolog dengan menyesal.
ia ingat bagaimana ia memohon untuk menikahi wanda setelah pindah ke mess ini. walaupun jawaban pak agung masih fifty fifty. antara ya dan tidak. "saya harus segera menghubungi keluarga saya di kota untuk memutuskan pertunangan yang sudah dibicarakan," gumam chandika melihat dirinya sendiri di cermin.
"tapi saya belum memiliki alasan untuk memutuskan hal itu, ambar selama ini belum berbuat sesuatu yang salah," monolog chandika lagi. kemudian ia mengecek hapenya. ada beberapa pesan salah satunya dari pak camat yang mengundang dirinya untuk ikut ke pesta rakyat. pak camat menunggu chandika di taman segitiga dekat kecamatan.
chandika beranjak buat kesana biar pak camat gak nunggu dia lama lama. "mari pak chandika, nanti akan ada beberapa doorprize, pak chandika bisa ikut keseruannya nanti," chandika tersenyum mengangguk.
"biduannya anak saya hari ini, tolong ikut jaga wanda juga apabila njenengan mau restu dari saya,"
"tenang saja, bahkan tanpa bapak suruh saya akan menjaga wanda,"
"dari laki laki lain," tambah chandika cepat. pak agung mengangguk. ya pak agung, catetnya, chandika akan melindungi wanda dari laki laki lain tapi tidak dari liarnya chandika hehehehe.
keduanya sudah sampai di balai desa. baru aja mau duduk jendra langsung nyamperin chandika. "malam pak chandika,"
"malam jendra," jawab chandika.
KAMU SEDANG MEMBACA
BIDUAN - Wenyeol
Fiksi Penggemarwarn mature! (setiap part mature bakal aku kasih tanda) bocil polos/readers suceh jangan di mari ya bebih. lokal wenyeol Wanda Ayuni anak Pak Camat yang bekerja di kantor kelurahan, harus ketahuan sang ayah saat sedang nyambi jadi biduan. "Suara m...