Ditulis dan diupload pada tanggal 17 Mei 2021
🌻
Namanya Renan Anggara, biasa dipanggil Renan atau Ren. Pria dengan tinggi badan sekitar 175 cm dengan berat 58 kg ini terlihat sangat good looking dan good attitude. Memiliki otak pintar juga membuatnya menjadi kesayangan para pendidik sejak dirinya menduduki bangku Sekolah Dasar. Tak salah, jika hingga saat ini Renan sangat populer dikalangan para dosen dan mahasiswa di fakultasnya - Fakultas Hukum.
Renan adalah seorang mahasiswa jalur SNMPTN di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Bujangan ini juga mendapatkan beasiswa karena memiliki segudang prestasi yang pernah ia raih selama duduk di bangku SMA. Juara 1 Lomba Debat Nasional bersama tim dengan tema Pancasila Sebagai Dasar Negara, Juara 3 Olimpiade Geografi Tingkat Nasional, Perwakilan Jawa Barat dalam menghadiri Program Kemanusiaan di Papua, Duta Kebudayaan Jawa Barat tahun 2016, dan masih banyak lagi prestasi yang pernah Renan raih sehingga dapat dengan gampang untuk menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia. Bahkan, jika Renan ikut mendaftar di Stanford University, dapat dipastikan pria pintar dan cerdas ini akan lulus. Namun Renan urung, ia tak mau menyusahkan keluarganya yang sudah hidup susah. Diterima di UI saja sudah membuatnya sangat bersyukur. Renan tak perlu memikirkan biaya kuliahnya lagi. Yang perlu ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya agar tetap memiliki IPK yang tinggi dan tetap mencetak prestasi serta mengharumkan nama fakultas dan universitasnya demi kelancaran beasiswa yang ditawarkan.
Semester 5 adalah dimana titik puncak mahasiswa mulai merasa jenuh dengan dunia perkuliahan. Tingkat kesulitannya semakin pelik. Tugas semakin menumpuk dan kebingungan pun semakin terlihat dimata mahasiswa Fakultas Hukum. Sebab semester depan, mereka sudah harus memilih pengkhususan jurusan. Mau itu Hukum Pidana, Hukum Perdata, atau Hukum Tata Negara? Pilih saja sesuai minat masing-masing nantinya.
Renan? Jangan ditanya lagi. Pemuda itu akan menjawab dengan mantap kalau dirinya pasti akan mengambil Hukum Pidana. Ingin jadi hakim, katanya. Bujangan berumur 21 tahun ini tak pernah suka menunda-nunda pekerjaan. Tugas kuliah apapun akan selesai dengan cepat olehnya. Bisa dibilang, Renan termasuk orang yang perfeksionis. Selain itu, meskipun rumah tempat tinggalnya bersama keluarga hanyalah sebuah rumah kontrakan yang sangat sederhana, Renan tetap menjaga kebersihan tempat tersebut. Bahkan, tak ada sedikitpun debu yang akan ditemukan di setiap sudut ruang. Halaman yang tak seberapa luasnya itu pun tertata rapi dengan dihiasi berbagai macam bunga yang ditanami dan dirawat oleh Renan.
Dahulu, Renan tak sendirian mengurus tanaman ini. Sebab ada Bapak yang selalu bersamanya. Mengajari Renan cara berkebun yang benar, memberitahu nama dan jenis-jenis tanaman, bercerita tentang kehidupan, dan masih banyak lagi. Tapi kini Bapak tidak bisa apa-apa. Pria paruh baya yang sudah ringkih itu hanya bisa terbaring di ranjang atau sekedar duduk di kursi roda. Semenjak kecelakaan bus itu, kehidupan mereka yang sudah susah semakin bertambah susah. Ibu Renan meninggal dalam tragedi kecelakaan bus tersebut. Sementara Bapak harus menerima kelumpuhan dan geger otak. Tragedi tersebut adalah moment paling menyakitkan bagi keluarga mereka. Hati Renan luluh lantak. Saat itu hidupnya seperti berhenti seketika. Namun dengan penuh kesabaran dan dukungan dari sang kakak, Renan memilih untuk tetap kuat dan berjalan berdampingan dengan Unan-kakaknya. Sebab yang paling terluka di sini bukanlah dirinya atau Mas Unan. Melainkan Karin, adik bungsunya yang saat itu baru menduduki bangku SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renandita dan Semesta || revisi
Teen Fiction- Hadirmu bagai sekuntum Bunga Matahari - ••• Dia Andita, si penutur tentang betapa adilnya semesta. Insan yang percaya bahwa semesta tak sejahat apa yang kita kira. "Semesta gak pernah jahat. Kita...