- Hadirmu bagai sekuntum Bunga Matahari -
•••
Dia Andita, si penutur tentang betapa adilnya semesta. Insan yang percaya bahwa semesta tak sejahat apa yang kita kira.
"Semesta gak pernah jahat. Kita...
Harusnya chapter ini sih enaknya di up pas tgl 17 kemaren sih heheh. Tapi gpp deh.
Btw, hai. Iya, hai. Aku nyapa kalian, my beloved readers yang gerakannya selalu terpantau sama aku hehe. (Dalam konteks selalu ngevote yaa). Makasi banyak udah nemenin dan ngeramein RdS dari awal sampai chapter ini. Makasi selalu dukung dan ga lupa vote. Pokonya makasi banget deh.
Ayo, kawal terus Renandita dan Semesta sampai 1k readers<3. Harapanku ga banyak. 1k readers aja di bulan agust ini, udah Alhamdulillah banget.
Dan untuk kamu, yang mau berbaik hati dan berkenan untuk mengajak kerabat dan teman-temannya buat baca RdS, big thanks yaaaaaa! Love u!
Happy Reading!!!
🌻
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ujian akhir itu telah mereka habiskan selama delapan hari dengan usaha yang beranekaragam. Ada yang telah belajar dan berusaha dengan keras, ada pula yang menjalaninya dengan santai badai tanpa beban. Dan esok adalah saatnya mereka melanjutkan misi Eksperimen Nasionalisme tersebut. Tepat pada tanggal 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-76.
"Dit, kita pakaiannya kaya pengunjung mall biasa kan?" Revi yang tengah asyik menyisir rambut itu bertanya pada Andita yang sibuk entah mencari apa.
"Hah? Mall apaan?" Gadis itu menyahut sembari menungging demi melihat kolong tempat tidur. Mana tau barang yang ia cari berada di sana.
Revi berhenti menyisir rambutnya, "Dih? Acara eksperimen kita lah!" Ujarnya lalu melemparkan sisir berwarna biru tersebut ke arah ekor Andita.
Gadis itu meringis sembari mengelus-elus pantatnya yang menjadi korban kekerasan Revi. "Sakit ih!"
"Ya abisnya gue nanya serius lo malah becanda!"
"Dih? Apaan si? Eksperimen apaan? Udah kaya Albert Einstein aja lo gue liat."
Revi mencebik kesal, "Kebanyakan ujian bikin lo geger otak ya?!" Geram gadis itu lalu menjitak kepala Andita.