Bagian ini ditulis sebelum tidur pada tanggal 8 Juli 2021 dan diupload tanggal 9 Juli 2021. Hehe.
— Di tempat paling ternyaman untuk rebahan, kamar —
🌻
Aroma obat-obatan dan cairan infus menyeruak masuk ke dalam indera penciumannya. Bau khas rumah sakit sebenarnya adalah satu hal yang dibenci dan dihindari oleh Andita. Baru saja tadi malam dirinya terjebak di sebuah klinik, malam ini ia pun kembali ke tempat yang sebelas dua belas alias tak jauh berbeda. Meskipun keadaannya sedikit tidak fit, tapi setidaknya kondisi Andita jauh lebih baik dari kondisi fisik Renan yang habis dikeroyok oleh manusia-manusia biadab seperti mereka.
Di lain sisi, Andita sangat berterimakasih pada sosok Jonathan yang sudah menyelamatkan Renan dari terjangan iblis seperti Deri dan Xio. Andita sungguh sangat berterimakasih pada Jonathan yang juga sudah membawa Renan ke rumah sakit dan menelpon dirinya. Pria itu, pria yang bahkan mungkin sudah sering Andita lukai hatinya, masih saja tetap baik dan membantunya. Kini, rasa tak enak hati itu bermunculan. Jonathan itu pria yang baik. Bahkan terlalu baik. Bohong pula jika Andita mengatakan bahwa Jonathan itu tidak tampan. Bahkan pria itu tampan sekali. Wajah dan perawakannya sungguh seperti seorang pangeran di dunia fantasi. Tapi sayangnya, Andita tak pernah memiliki rasa apapun pada Jonathan selain rasa kepada seorang teman baik. Andita tak bisa lebih. Padahal, jika saja Andita membuka hatinya sedikit saja untuk Jonathan dan melupakan Renan, maka akan dipastikan bahwa kisah percintaannya akan berjalan dengan manis. Sebab Jonathan adalah tipe pria dingin yang akan bersikap hangat pada sosok yang sangat ia sayangi. Jonathan mungkin saja akan selalu bersikap manis dan memanjakan Andita. Tidak seperti Renan tentunya.
Tapi apa boleh buat, kini Andita sudah bersama pilihan dan keputusannya. Jonathan juga ikut senang saat melihat Andita dengan percaya dirinya menggunakan hijab dan menutupi auratnya. Bahkan, saat Jonathan pertama kali melihat Andita menggunakan dress dipadu celana dasar, Jonathan tersenyum lebar. Jantungnya berdebar dua kali—atau mungkin bahkan tiga kali lebih cepat dari biasanya. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah tersenyum pada gadis itu.
Jonathan sadar, perjuangannya belum berhenti di sini. Tapi fakta tentang dirinya yang sakit-sakitan membuat mental dan nyalinya sedikit disentil kenyataan. Apakah nanti ia akan berguna? Atau hanya akan menyusahkan dan menyakiti mereka? Entahlah. Jonathan masih ragu akan hal itu.
"Kamu pulang aja. Aku gapapa."
Gumam penuh serak dan lemah itu terdengar oleh indranya. Andita pun menoleh pada sosok yang sedari tadi hanya diam menatap dinding kamar ruang rawatnya. Jujur, ini adalah pengalaman pertama Renan terbaring lemah di rumah sakit bertemani cairan infus yang masuk ke dalam tubuhnya.
Renan menghembuskan napasnya pelan. Sementara Andita sudah merengut dan mendengus sebal kepada Renan. Setelah hampir dua jam tak mengucapkan apapun padanya, Renan malah mengusir Andita? Oh sungguh kejam sekali. Tapi jika dipikir-pikir, Renan memang orang yang selalu 'mengusir' Andita. Maksudnya, Renan selalu menyuruhnya untuk pulang. Entah itu saat mereka di kampus, di rumah Renan, di klinik, dan kini di rumah sakit. Menyebalkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renandita dan Semesta || revisi
Fiksi Remaja- Hadirmu bagai sekuntum Bunga Matahari - ••• Dia Andita, si penutur tentang betapa adilnya semesta. Insan yang percaya bahwa semesta tak sejahat apa yang kita kira. "Semesta gak pernah jahat. Kita...