29. Di Malam Yang Sama

33 15 68
                                    

Ditulis 23 Agust, dan di upload pagi buta  pada tanggal 24 Agustus 2021.

Awalnya aku mau up jam 8 an tadi malem. Tapi temen-temenku pada ngajakin gibah ampe keterusan wkwkkwk. Sorry ya mantemannnn<3

🌻

        Malam ini, setelah membaca buku tentang kasus-kasus besar yang pernah terjadi di lapas, ia pun hanya bisa memandangi boneka pemberian gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        Malam ini, setelah membaca buku tentang kasus-kasus besar yang pernah terjadi di lapas, ia pun hanya bisa memandangi boneka pemberian gadis itu. Duduk bersila di atas ranjang sembari mendekap gulingnya. Berpikir tentang semua hal-hal baik yang telah ia terima selama ini dari gadis tersebut. Hatinya damai. Banyak sekali hal yang dapat ia pelajari darinya. Mulai dari tentang persahabatan, tentang perubahan, tentang keberanian dan tentang kedermawanan. Ia juga belajar arti saling mengerti dan saling mempertahankan. Menurutnya, Andita, dia adalah wanita yang sempurna.

Renan, keputusannya untuk tidak mau berpacaran memang sudah tepat. Tapi rasa kagum yang mungkin bercampur dengan bumbu cinta itu semakin tumbuh di hatinya. Bahkan bisa dibilang berkembang cukup pesat.

Dari caranya bicara dan tertawa, ia mempesona. Dari caranya memberi dan menerima, ia patut untuk dicinta. Desir hatinya, yang tahu hanya semesta.

"Astaghfirullah." Pria itu beristighfar lalu mengusap wajahnya. Ia gelengkan kepala demi menyadarkan dirinya yang dikuasai oleh bayang-bayang Andita.

Dari ujung pintu, Karin hanya tertawa tanpa suara. Adiknya itu sudah seratus tiga puluh detik berdiri di sana. Alias dua menit sepuluh detik ia habiskan hanya untuk memperhatikan Renan yang bermenung dan sesekali tersenyum dalam lamunannya.

BRAAKK!!

"Astaghfirullah!!!" Pria itu kembali beristighfar saat mendengar gebrakan dari pintu. Siapa lagi kalau bukan ulah adiknya.

Karin tertawa puas. Ia terbahak-bahak melihat Renan yang terperanjat karena kaget. Di luar sana, Unan yang tengah menonton TV pun menoleh heran saat suara gebrakan pintu terdengar. Lalu yang ia lihat hanyalah Karin yang sudah dipiting oleh Renan di lantai depan pintu kamarnya. Dua adiknya itu bergurau sampai rambut Karin terlihat seperti kuntilanak. Kusut dan tidak teratur. Renan yang mengacak-acaknya hingga demikian.

"Nanti kalau ada yang nangis Mas cubit ya?" Unan menegur dengan cara yang sama. Kalimat peringatan itu selalu ia ucapkan sejak mereka masih kecil. Sebab biasanya, setelah bersenda gurau seperti itu, selalu saja ada yang mengadu padanya sambil merengek atau bahkan menangis. Yang paling sering sih Karin, ia sering menangis karena digelitiki Renan atau merengek karena rambutnya yang diacak-acak. Dan sebentar lagi mungkin gadis itu akan berteriak kesal pada Renan.

"Iiihh, Mas Renan, rambut aku jadi kusut tau!!!"

Tuhkan, apa Unan bilang. Dua adiknya itu selalu saja berisik. Tapi jauh dalam lubuk hatinya, ia lega, akhirnya Karin tidak lagi terkurung dalam kesedihan yang berlarut-larut. Biasanya, hampir setiap malam gadis itu mengurung diri di kamar peninggalan Bapak dan melewatkan makan malamnya. Mengunci kamar hingga pagi hari, berangkat ke sekolah, menonton acara TV yang membosankan, lalu masuk ke dalam kamarnya. Mengunci pintu. Selalu itu yang sering Karin lakukan setelah kepergian Bapak. Tapi hampir satu bulan ini, mereka berhasil membujuknya. Itu pun hasil bujukan Andita pada Karin. Gadis itu selalu menyempatkan diri untuk menghampiri Karin. Atau setidaknya, jika mahasiswi itu sangat sibuk, ia menyempatkan untuk mengirim pesan dan menelpon gadis itu singkat. Pembahasannya apalagi kalau bukan perihal seputar wanita. Mereka membahas fashion, trend, pelajaran, dan curhat tentang apa saja yang mereka rasakan. Andita itu pendengar yang baik. Dan Karin adalah pencerita yang handal. Namun meskipun begitu, sekali Andita bercerita, maka pembahasannya akan memakan waktu yang lama.

Renandita dan Semesta || revisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang