Ditulis dan diupload tanggal 17 Oktober 2021.
Part ini bakalan agak panjang. Soalnya hampir 4k words ya! Fyi, ini part terakhir sebelum epilog.
Thanks!
🌻
Rumah sakit menjadi latar bertemunya ayah dengan anak tersebut. Andita, yang disusul oleh Dahlan dan Trefan ke Depok—niat awalnya hanya ingin menjemput sang anak, malah berakhir duduk di rumah sakit. Sebab, saat mereka sampai di sana, orangtua Haikal memberitahu bahwa ia baru saja menerima telepon dari pemilik kos Haikal kalau anaknya itu dilarikan ke rumah sakit dengan ambulans. Pria itu, menurut laporan teman satu kosnya, ia diserang tiba-tiba oleh seseorang yang bukan penghuni kos tersebut. Jadilah, di sana mereka berakhir.
"Didit..."
Didit, adalah panggilan kesayangan Andita sejak masih kecil. Dahlan, ia mendekati anaknya yang tengah berduka. Anak gadisnya itu masih setia bermuram durja sembari menatap sebuah buku yang setia ia pegang sedari tadi.
"Kata dokter, Didit bisa inget lagi kok nanti. Anak Papa yang sabar, ya?" Dahlan mengusap pelan kepala sang putri yang kini telah kembali terbalut kerudung.
Inikah yang dinamakan uji keimanan? Apa Tuhan sedang menguji anaknya dengan berbagai tragedi yang menimpa? Mulai dari garis pertemanannya, jalan cintanya, memori terkasihnya, hingga kehilangan belahan jiwanya, apa itu semua ujiannya? Untuk Andita, yang bahkan tak pernah berburuk sangka pada semestanya?
"Maafin Papa ya nak. Karena Papa, Didit jadi kaya gini."
Andita menoleh secara perlahan. Kemudian menggeleng pelan, "Bukan salah Papa. Mungkin udah jalannya kaya gini."
Lihat? Bahkan saat semestanya sudah jahat, Andita masih tidak membenci siapapun. Selain dirinya sendiri. Itu pasti.
"Dit," ucapan Dahlan terpotong oleh Andita yang belum selesai berbicara.
"Pa, Haikal ga bakal ninggalin aku juga kan? Pokoknya Haikal ga boleh ikutan pergi, Pa." Kali ini saja, Andita ingin meminta. Setelah Maraka dan Renan, jangan sampai ada yang pergi lagi dari hidupnya. Andita, dia sangat tak suka dengan kehilangan.
"Enggak, insyaallah Haikal baik-baik aja, ya? Kamu berdoa." Dahlan mencoba menenangkan anaknya. Sementara Trefan, dia sibuk di kantor polisi. Dua keluarga yang 'berada' itu, mereka saling menuntut.
Keluarga Haikal menuntut Jonathan. Sedangkan keluarga Jonathan yang tak terima pun mengajukan surat gugatan terhadap anak-anak kos yang ikut menyerang Jonathan hingga kritis.
Trefan, dia pusing. Ia pun menjadi korban kepedasan mulut ibunda Haikal. Ia sangat tidak terima anaknya diperlakukan demikian. Belum lagi dengan amukan Adhitama, membuat Trefan pusing bukan kepalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renandita dan Semesta || revisi
Roman pour Adolescents- Hadirmu bagai sekuntum Bunga Matahari - ••• Dia Andita, si penutur tentang betapa adilnya semesta. Insan yang percaya bahwa semesta tak sejahat apa yang kita kira. "Semesta gak pernah jahat. Kita...