Ditulis dan diupload tanggal 10 Agustus 2021.
Maaf ya baru update, soalnya baru kelar UAS juga hari Minggu kemaren heheh. Btw, aku juga lagi nulis AU, judulnya RISOLES. First AU terniat aku tuh. Yang mau baca boleh mampir ke Twitter aku ya (ebbyyliebe) kali aja mau sekalian mutualan. Hehe. Maaci.
🌻
Hari-hari sulit telah berlalu. Tapi ada saja hari sulit lainnya yang harus mereka hadapi. Karena sejatinya, sulit akan tetap datang lagi dan lagi. Jika hari ini sulit telah selesai, maka di hari esok pasti akan ada hari sulit lainnya.
Sederhananya, jika hari ini selesai ulangan geografi, maka masih ada hari esok untuknya menghadapi ulangan sosiologi. Bagi Andita, sulit sederhananya berada di sana. Tapi itu dulu. Saat dirinya duduk di bangku SMA bersama Haikal. Berjuang bersama. Belajar berdua. Tertawa saat nilainya di bawah rata-rata.
Plukk!
Tomat ceri itu mendarat tepat di jidat Andita, lalu melenting entah kemana. Menyisakan wajah kesalnya yang dilempar begitu saja oleh sosok Jonathan Prawira.
Tak mau kalah, gadis itu membalas lemparan Jonathan dengan pena hasil jarahan Panji. Lebih baik melempar pena daripada melempar makanan bukan?
"Aduh..." Jonathan meringis pelan. Ujung pena tersebut mengenai lengannya. Meninggalkan jejak coretan berwarna biru tua. Andita tersenyum pongah. Meski balasannya tidak tepat sasaran, ia tetap merasa puas.
Sementara Panji sudah marah-marah saat mendapati salah satu pena hasil jarahannya selama satu semester itu berakhir jatuh di lantai rumah. Pena pilot itu macet. Penyakitnya sudah begitu. Untung tidak pena my gel!
"Udah minjem, ga tau diri lagi." Gerutu Panji lalu memungut pena tersebut.
Andita terkekeh pelan. Jonathan dengan suara om-omnya itu malah tertawa melihat Panji yang seperti terluka sedemikian rupa. Lagaknya sudah seperti dikhianati cinta sejati. Padahal hanya sebuah pena hasil mencuri. Dasar Panji!
Acara belajar bersama ini mereka adakan sejak dua hari yang lalu. UAS hari pertama sudah berjalan lancar tadi siang. Kini mereka tengah belajar untuk ujian esok harinya.
Kesehatan Jonathan, semoga bisa ia pertahankan. Sebab masih ada kemungkinan bahwa ia masih dapat disembuhkan.
"Semoga ujian kita besok lancar-lancar aja ya kaya tadi." Harap Andita. Panji dan Jonathan mengangguk. Semoga.
Pukul setengah enam sore, Andita pulang diantarkan oleh Jonathan menuju kosannya. Mereka telah selesai belajar di rumah Panji. Dari jam dua siang hingga jam lima sore telah mereka habiskan dengan membahas materi ujian. Pusing tujuh keliling.
"Mau mampir dulu ga Dit?" Jonathan bertanya sembari mengoper gigi mobilnya.
Semenjak sering kambuh, Jonathan tak dibiarkan orangtuanya untuk mengendarai motor kesayangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renandita dan Semesta || revisi
Ficção Adolescente- Hadirmu bagai sekuntum Bunga Matahari - ••• Dia Andita, si penutur tentang betapa adilnya semesta. Insan yang percaya bahwa semesta tak sejahat apa yang kita kira. "Semesta gak pernah jahat. Kita...