Cerita ini hanya main main saja mah, tak ada unsur untuk menyudutkan pihak manapun okeyyy
Selamat membaca!Kini Ria sedang duduk manis di bangku taman sekolah sendirian. Sekarang waktunya istirahat kedua, di mana Indro? Biasanya Ria dan Indro selalu istirahat berdua? Dari istirahat pertama Ria memang tidak bergabung bersama teman temannya. Ria memilih untuk menyendiri di taman sekolah yang memang jarang didatangi penghuni sekolah ini.
"Gimana caranya bilang ke Wulan ya? Gw takutnya nanti ada salah paham. Hubungan gw dan Ayah udah gak baik, Bunda sama Ayah bentar lagi pisah, apa mungkin pertemanan gw sama Wulan juga bakalan pisah? Ato sama teman-teman yang lain juga? Aaaah pusinggg!" Ria mengoceh sendiri.
Kini ria bersandar dan melihat ke atas, tampak daun-daun dari pohon besar dan tinggi yang berada di belakang bangku sedang bergoyang, begitu pula pikiran Ria sekarang, semua kenangan ia bersama Ayah dan Bunda nya kini terputar di kepala. Ia butuh waktu untuk merenungkan semua ini, bagaimanapun, Ria pasti akan berpengaruh terhadap apa yang terjadi sekarang di keluarga nya. Tanpa ia sadari, kini setetes air mata berhasil lolos melewati kelopak mata dan jatuh mengalir ke pipi nya. Tak ada salahnya ia menangis kan? Anak mana yang biasa saja saat mengetahui bahwa orang tuanya akan berpisah? Dan tanpa ia sadari pun, ada seseorang yang sudah duduk rapi di sampingnya.
"Ria,"
Ria menoleh dan mendapatkan Indro duduk di sampingnya. Dengan segera ia menghapus air matanya yang sudah membasahi pipi.
"Eh ndro, kok tiba-tiba udah di sini aja, kayak jin tomang," ucap Ria asal untuk memecahkan suasana hening tadi. Ria tak mau melihatkan kesedihannya kepada siapapun. Ria juga handal dalam menutupi masalahnya.
"Udahlah Ria, sini nyender dibahu gw," Indro menarik pelan kepala Ria agar bisa tersender dibahu tulus nya itu.
"Gw tau lo lagi sedih. Nangis aja gak apa, tuhan nyiptain air mata buat lo nangis, bukan buat mandiin gw," ucap Indro sok bijak tapi malah aneh ujungnya. "Ndro, pertemanan kita bakal bertahan lebih lama lagi gak ya?" Ucap Ria yang masih setia bersandar dibahu Indro membuat sang empu mengernyit heran, kenapa sahabatnya ini tiba-tiba bertanya seperti itu?
"Pastilah Ria, apa coba yang buat pertemanan kita bubar, gak ada."
"Ada ndro. Kalau ada salah paham di antara kita semua gimana?"
"Apasih lo, mikir nya kejauhan, udah ya stay happy aja." Kini Indro dan Ria sedang menikmati angin sepoi-sepoi yang ada di taman sekolah ini, dengan Ria yang masih setia bersandar di lbahu tulus nya Indro. Hingga bel berbunyi, Ria tak menyadari itu, karna ia terlelap.
"Nyaman banget nyender dibahu gw, sampai bel bunyi aja gak sadar hahaha. Ria ria. Ri?" Tak dapat jawaban dari Ria, Indro pun dengan perlahan mengangkat kepala Ria dan melihatnya.
"Aelah, ternyata tidur ni anak, pantesan gw ngomong gak dijawab."
*****
Sekarang waktunya pulang. Santi, Roni, Wulan, Joko, Lili, Gino dan Indro sudah merencanakan untuk berkumpul di cafe biasa. Kata Joko refreshing sebelum ujian hihi. Hanya Ria saja yang belum mengetahui ini, karena ia tidak ikut berkumpul bersama temannya saat istirahat tadi.
"Ria, mau ikut kita gak?" Tanya Lili.
"Kemana li?"
"Ke cafe biasa, tadi kita udah rencanain, tapi kan lo gak ikut kita ngumpul tadi, jadi kasih taunya baru sekarang," yang menjawab bukan Lili, tapi Wulan.
"Yeeeh, yg ditanya gw bukan lo Lan," protes Lili karna Wulan selalu saja menyambar omongannya.
"Yeh mak lampir nyerocos mulu kerjaannya," timpal Roni memandang sinis Lili. Sedangkan yang dipandang langsung memelototkan matanya tak terima dipanggil mak lampir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Ria (END)
Teen FictionCerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang gadis yang selalu berusaha kuat dalam rapuhnya, melewati hidup yang seakan akan tak lagi berpihak padanya.