Happy Reading!!!
"Ria, uda ganteng gak?"
Ria menoleh ke samping, ke arah uda yang sudah tersenyum cool sok ganteng, "engga tuh, biasa aja." singkat ria lalu menyeduh teh hangatnya.
Dua adik kakak ini sedang bersantai di halaman belakang rumah. Mereka kemarin merencanakan untuk quality time. Uda pun juga lagi tidak mengajar, kan hari minggu, sekolah mana yang mau belajar di hari libur?
"Kamu juga jelek." Ucap uda kesal, ia tak terima di bilang biasa aja sama adiknya. Dasar uda, ga terima kenyataan xixixi.
"Oh."
Uda heran, kenapa adik nya itu biasa saja dibilang jelek? Biasa nya aja kalo dibilang jelek dia bakal bilang ke bunda dan sok sok-an play victim. "Cuman oh?" Tanya uda.
"Iya." Jawab ria santai.
"Kenapa cuman oh?"
"Iyalah. Ria itu ga butuh pujian yang tipu tipu, karena ria cantik di mata orang yang tepat."
"Wah, udah gede. Padahal uda rasa baru aja kamu tuh keluar dari perut. Bocil uda sekarang udah gede yaa." Uda mengacak acak rambut sang adik gemas.
"Iya dong, masa' mau bocil terus." Ucap ria yang sekarang sudah berada di dekapan sang abang. Ria selalu menyukai dekapan ini, sama seperti dekapan ayahnya dulu.
"Ria..." Panggil uda.
Ria menoleh ke atas sebentar, lalu melepas peluknya dari uda.
"Iya uda, kenapa?"
Tangan uda terulur memegang bahu ria, lalu menatap nya dan tersenyum tulus, "Tetap jadi adik uda yang kuat ya, yang nurut, yang cantik, yang baik, yang selalu ngertiin uda. Jangan pergi dari uda ya?" Ucap uda lembut.
Ria tertegun. Kenapa uda seperti ini? Biasa aja ga pernah serius kalo ngomong.
Ria mengambil tangan uda yang berada di bahu nya lalu menggenggamnya. "Iya uda, Ria ga bakalan pergi dari uda, uda itu abang ria yang paling the best, lelaki kedua yang ria cintai setelah ayah. Makasih ya uda selalu baik sama ria, selalu jagain ria, selalu buat ria bahagia. Terimakasih sudah mau jadi abang sekaligus ayah buat ria. Uda, bunda, ayah itu segala galanya bagi ria, kalian yang mewarnai hidup ria. Walaupun salah satu nya udah gak sama ria lagi, tapi ria tetep seneng kok, karena masih ada uda dan bunda."
Setetes air mata mengalir di pipi ria. "Disaat ria terpuruk, tersudutkan, dijauhi, cuma kalian tempat ria kembali. Cuma kalian yang menerima ria. Kalian yang membuat ria semangat, melangkah ke tempat baru, dengan lembaran baru. Makasih ya uda."
Ria tersenyum seraya mengelap pipi nya yang sudah dibasahi air mata. "Ria sayang uda." ria memeluk sang abang dengan tangisan yang sudah pecah.
Uda mengelus belakang ria, menyalurkan kasih sayang yang tak bisa diungkapkan oleh nominal, kasih sayang yang sangat besar. Ria lah alasan ia bahagia. Bahkan dikala penat dengan hiruk piruk dunia, lelah menerjang hidupnya, itu bisa hilang seketika jika melihat senyum manis dari adiknya itu. Ia sangat menyayangi ria. Amat sangat sayang.
"Ini kenapa peluk peluk ga ajak bunda?" Bunda menghampiri dua anak kesayangannya itu lalu ikut berpelukan.
"Ria sayang bunda. Ria sayang uda. Ria sayang..." Ucapan ria terjeda.
"Sayang... Ayahnya wulan..." Lanjut ria lirih.
"Ayahnya ria juga" timpal bunda.
"Ini kenapa pada nangis nangis sih, masih pagi juga" tanya bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Ria (END)
Fiksi RemajaCerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang gadis yang selalu berusaha kuat dalam rapuhnya, melewati hidup yang seakan akan tak lagi berpihak padanya.