Happy Reading!!!
Pagi minggu ini, ria sedang bersiap untuk pergi menjenguk indro, dari kejauhan. Ia tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap sahabatnya itu, padahal ia dan indro saling bertukar kontak, kenapa tak bicara lewat telepon? Ntahla, ria merasa canggung sekarang. Setelah siap, dengan kuncir kuda, masker, dan tas slepang, ia pun meninggalkan kamarnya dan menuju ke dapur karena sedari tadi telah dipanggil bunda untuk sarapan bersama.
"Morning bunda"
"Morning sayang, sini sarapan bareng" jawab bunda nya lalu menyiapkan sarapan untuk ria.
"Mau kemana nak, udah rapi pagi pagi gini?" Tanya bunda karena melihat anaknya sudah sangat rapi.
"Mau jenguk indro bun, sakit dia" jawab ria.
"Tapi, kan hubungan kamu sama teman temanmu..." Tanya bunda lagi dengan sedikit ragu.
"Hmm tenang bun, ria sadar diri kok. Ria jengukin dari jauh aja, biar gimanapun, Indro tetep sahabat ria dari kecil, indro yang selalu bantuin ria dari dulu. Seengaknya ria tau keadaan dia sekarang bun." Jawab ria yang dibalas dengan senyuman bunda yang menenangkan.
"Syukurlah kamu bisa nerima keadaan mu yang sekarang nak. Maafin bunda ya, karena masalah ini, kamu jadi...."
"Gak lah bun, bukan salah bunda, ini udah suratan kehidupan ria, harus dijalani dengan happy, ya kan bun hihi" ujar ria dengan senyum lebar agar bundanya tak terus terusan menyalahkan dirinya sendiri. Toh, ini memang udah suratan takdir, kita cuma bisa jalanin aja.
Hening. Hanya dentingan sendok dan garpu yang bertaut diatas piring. Memang terasa berbeda, yang biasanya bertiga, kini hanya berdua. Ah sudahlah, yang lalu biarkan berlalu, saatnya ria dan bunda membuka lembaran baru.
"Nak" panggil bunda memecahkan keheningan.
"Iya bun?" Jawab ria masih dengan aktivitas makannya.
"Seminggu lagi kamu ujian kan?"
"Iya bun, senin depan udah mulai ujian"
"3 hari lagi bunda sama ayahmu akan ke pengadilan untuk mengurus perceraian, dan selesai kamu ujian dan kelulusan, kita ke padang ya nak" ujar bunda yang membuat ria sedikit kaget dan tersedak.
"Uhukkk uhukkk"
"Sayang, pelan pelan makannya" ucap bunda khawatir dan memberi segelas air ke ria.
"Ke padang? Ria sekolahnya di padang dong bun?" Tanya ria memastikan. Memang, ria lebih suka disini, tempat dimana ia menemukan teman, menuntut ilmu dan masih banyak lagi kenangan. Ria dulu memang tinggal di padang, tapi di umur nya Yang ke 4 tahun, ia pindah kesini karena ayahnya ditugaskan disini, dan saat umur 4 tahun pula ria sudah mengenal indro.
"Iya ria, gapapa kan?"
"Hmm iya bun, gapapa" jawab ria terpaksa. Tentu saja, ria tak mau ke padang, tapi ria juga tak mau membuat bundanya terus menerus larut dalam kesedihan jika masih tinggal disini. Ria tau alasan bunda kenapa memilih untuk pulang ke padang.
"Makasih ya sayang" ucap bunda dan terjadilah kegiatan berpelukan antar anak dan ibu itu.
"Yaudah bun, ria pergi dulu ya" pamit ria setelah menghabiskan makanannya.
"Kok awal banget, masih juga jam 8"
"Bunda tau sendirilah, ibu nya indro jam segini pergi ke kedai kue nya, jadi ria bisa deh kesana. Ntar kalo ketemu sama ibu nya indro, pasti disuruh masuk, gagal deh rencana jenguk dari jauhnya" jawab ria. Ya, memang ibu nya indro itu punya kedai kue, jadi setiap jam 8 pagi ibu nya indro akan pergi untuk beres beres membuka kedai. Aishhhh, ria tau segala tentang indro dan keluarganya. Iyalah, sahabatan dari umur 4 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Ria (END)
Teen FictionCerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang gadis yang selalu berusaha kuat dalam rapuhnya, melewati hidup yang seakan akan tak lagi berpihak padanya.