Terungkap

720 115 40
                                    

Punten:D

Jam 7 malam menunjukkan bahwa Ria sudah harus siap untuk pergi menemui Ayahnya. Saat pulang sekolah tadi, ia sempat bertemu dengan Ayah, dan Ayahnya mengatakan bahwa ia akan mendengar semua yang harusnya ia dengar. Ayah mengajaknya bertemu di sebuah cafe, jam 7 malam.

Ria yang sudah siap dengan pakaiannya langsung beranjak dari kamar menuju ruang tengah. Terlihat Uda yang sedang berkutat di depan laptop ditambah kertas yang menumpuk di sampingnya. Sebagai seorang guru, hal seperti itu wajar dialami oleh Uda Zein, tak jarang pula Ria menyediakan teh hangat dan juga cemilan untuk menemaninya lembur.

Gerakan jari Uda terhenti, tatapan yang awalnya fokus ke layar laptop kini berpindah ke arah Ria yang sudah berdiri di sampingnya.

"Mau kemana? Rapi bener" tanya Uda mengintimidasi. Bukan apa-apa, belakangan ini Ria juga sering diajak pergi malam-malam oleh Indro dan juga Rafly secara bergantian. Tidak ada salahnya juga jika Uda mencurigai dua curut itu.

"Ayah ngajakin Ria ketemu, mau cerita katanya" jawab Ria yang dibalas anggukan dari Uda.

"Aman gak, Wulan gak tau kan?" tanya Uda lagi. Bukannya tak suka dengan Wulan, hanya saja Uda tidak ingin waktu adik dan Ayahnya itu terganggu.

"Aman, Uda tenang aja"

"Hati-hati di jalan, adek Uda cuma satu, mau kamu Uda cari adek baru?" Ucap Uda membuat Ria terkekeh pelan.

"Udah deh Uda drama banget, kalau ria ada apa-apa di jalan, itu juga takdir namanya" Ria tersenyum simpul lalu mengarahkan tangannya untuk salim kepada Uda.

"Heh ngomongnya, minta di sambel tuh mulut" Uda menoyor jidat sang adik gemas setelah itu tersenyum tipis. Uda berharap habis ini, semua masalah yang selama ini Ria rasakan, selama ini Ria tanggung, akan selesai. Adiknya berhak bahagia seperti dulu, dia belum pantas merasakan beban seperti ini di usia nya yang sekarang, Ria terlalu muda.

"Ria pergi dulu Uda, Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam"

***

Ria memasuki cafe yang Ayahnya maksud. Terlihat ramai dan didominasi oleh anak muda yang sedang nongkrong dengan teman dan juga pacarnya. Matanya melirik ke kiri kanan, mencari keberadaan Ayahnya. Pandangan Ria terhenti di meja pojok ketika ada seorang lelaki paruh baya yang melambaikan tangan ke arahnya. Ria terpaku sebentar, Ayahnya tidak sendiri, melainkan ada seorang wanita paruh baya di sampingnya yang kini berstatus sebagai istri Ayahnya.

Jika bisa digambarkan, otak Ria tertutup oleh tanda tanya yang banyak di sekelilingnya. Ria bingung dengan yang Ayahnya perlihatkan malam ini. Seketika ia berubah pikiran, apakah Ayahnya benar-benar sudah kembali seperti dulu, seperti yang telah Ayahnya katakan beberapa waktu lalu. Apa maaf Ayahnya itu hanya tipuan belaka? Dan apa yang akan Ayah ungkap malam ini? Apakah bisa Ia selesai dari semua masalahnya malam ini? Seperti yang ia harapkan sebelum pergi ke sini?

Lamunan Ria buyar ketika Ayahnya menarik pelan pergelangan tangannya menuju meja tempat duduknya tadi. Melihat senyum Ayah yang tampak seakan-akan mengatakan "semua akan baik-baik saja", membuat otak Ria lagi-lagi bekerja keras. Apa yang akan terjadi malam ini?

Setelah sampai di meja pojok, Ria melihat ke arah Mama Wulan. Dari raut wajahnya, Mama Wulan mungkin juga sama terkejutnya seperti Ria. Terlepas dari kebingungan Ria dan Mama Wulan, Ayah Ria malah terlihat tersenyum tulus setelah mempertemukan mereka berdua.

"Mas, kenapa gak bilang kalau ada Ria juga? Kan tadi aku ajak Wulan" ucap Mama Wulan membuat Ria tersenyum canggung.

"Wulan gak perlu dateng" tatapan Ayah beralih ke Ria, ia melihat raut wajah Ria yang masih setia dengan kebingungan.

"Dan Ria, kamu jangan khawatir. Ayah mau cerita semuanya, biar selesai" Ria mengangguk pelan.

"Mobilku yang sudah menabrak mobil keluargamu 4 tahun yang lalu, Linda" Ayah mengatakan dengan tenang, menatap Mama Wulan yang kini sedang mematung, mencerna apa yang ia dengar barusan. Ria yang tak tau menau tentang ini, hanya diam dan menyimak apa yang Ayahnya katakan.

"Ini gak bener kan Mas?" ucap Linda yang masih tak percaya dengan semua ini.

"Aku gak bercanda, Linda. 4 tahun lalu, mobilku yang menabrak mobilmu. Yang membuat Papa Wulan meninggal, aku tau semua itu, aku berada di situ saat itu, Linda. Memang salahku..." Ayah terisak pelan, mengungkap semua ini di depan Anak dan juga istri baru nya.

Linda hanya terdiam, masih mencerna semua perkataan Ayah Ria barusan, sedangkan Ria tampak menutup mulutnya, merasa shock dengan fakta yang baru ia ketahui. Sulit dipercaya, tapi ini nyatanya.

"Wulan sudah membenciku dari ia kecil, sekarang kalian juga boleh membenci aku," Ayah Ria tertunduk lemas, bahunya bergetar, ia mengatakan semuanya dengan sesal.

"4 tahun aku hidup dalam rasa bersalah, aku gak sanggup. Aku kira menikahi kamu dan menutup semua ini bisa membuatku terbebas dari rasa bersalah, ternyata tidak. Aku kehilangan keluargaku, keluarga yang aku sayangi dan tak ada niatan sedikitpun untuk aku membenci mereka. Anak ku juga terjebak dalam masalah Ayahnya ini, dia dibenci temannya karena kesalahan Ayahnya sendiri. Wulan membenci Ria itu gara-gara aku. Aku bukan Ayah yang baik..." Tangisnya semakin pecah. Kini Linda dan Ria juga ikut menangis. Linda tak menyangka bahwa lelaki yang telah menggantikan posisi almarhum suaminya itu adalah dalang dari kehilangan di hidupnya.

"Ayah..." Ria memandang penuh tanya ke arah sang Ayah, ia harus apa? Ia bingung harus ada di pihak siapa. Tangannya masih setia mengelus pundak Mama Wulan yang bergetar, menyalurkan ketenangan.

"Kamu pembunuh?" Tanya Linda pelan di tengah isakannya.

"KAMU PEMBUNUH, HILMAN!" Teriaknya mengundang setiap pasang mata yang ada di cafe tersebut. Ria mencoba untuk menenangkan Mama Wulan, namun tangannya dihempas dengan kasar.

"JANGAN PEGANG SAYA, KAMU ANAK PEMBUNUH. ANAK SAYA BENAR, KAMU PATUT DIBENCI!" Sakit. Itu yang dirasakan Ria saat ini. Ternyata alasan Wulan membencinya selama ini karena ia anak dari seorang pembunuh, orang yang membunuh Papanya Wulan.

Linda pergi dengan mata sembab dan masih dengan tangisannya, sedangkan Ria ada di dalam dekapan sang Ayah dengan isak tangis yang tak bisa ia tahan.

"Ria, maafin ayah ..." ucap Ayah dengan penuh sesal.

"Ayah, Ria gak benci Ayah kok. Ria sekarang mau kejar Tante Linda dulu, Ria takut Tante Linda kenapa-kenapa" Ria langsung berlari menyusul Linda yang sudah tak tau di mana keberadaannya. Entah ke mana Ria akan mencarinya, ia tetap berlari hingga di tepi jalan ia melihat sosok Tante Linda hendak menyebrang tanpa melihat bahwa ada truk yang sedang melaju. Tanpa pikir panjang, Ria berlari untuk menyelamatkan Mama dari temannya—Wulan itu.

"TANTE LINDAAA AWAAAASSS"

"AAAAAAAAAA"

TUMPP.

_____________________

Komen Weh, vote juga....

Kisah Untuk Ria (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang