Hal yang ditakuti itu, terjadi.

1.1K 126 3
                                    

Gaiss, aku tekan kan sekali lagi ya,, cerita ini cuma suka suka doang ga ada unsur untuk menyudutkan atau menghujat pihak manapun okeeeeh
Selamat membaca!

Hari ini adalah hari libur. Di kediaman Wulan, hanya ada dirinya sendiri. Sebenarnya tadi ada pesan dari Ria yang mengajak dirinya untuk pergi jogging, tapi karena Wulan memanfaatkan waktu liburnya dengan bangun siang, pesan dari Ria pun terbaca saat ia bangun tidur pukul 9.00. yakali jogging jam segitu.

Kini Wulan sedang duduk di ruang tengah, menyenderkan kepalanya ke sandaran sofa, tangannnya yang asik menyuap cemilan ke mulut, dan matanya yang fokus menonton drakor di aplikasi Netflix. Tanpa sadar, ada yang membuka pintu rumahnya, dia mama Wulan. Wulan menoleh ke arah pintu dan melihat sosok mamanya dengan... Lelaki?! Sebentar. Wulan mengenalinya!

"Ma? Ngapain Ayah Ria kesini?" Ya. Ayah Ria. Wah makin kesini makin berani go public ya bund.

"Hai Wulan," suara bass Ayah Ria menyapa Wulan dengan senyum tipis dan dibalas senyum canggung Wulan.

"Wulan, ini om Hilman, Ayahnya Ria, Yang bentar lagi menjadi Ayah kamu juga." Kata mama Linda, mamanya Wulan.

"Maksud mama?" Wulan kaget. Ya, bagaimana tidak? Selama ini Wulan memang menuntut kehadiran dan kasih sayang Ayah dihidupnya kepada sang mama, tapi apakah harus menjadikan Ayah Ria menjadi Ayahnya juga? Bagaimana dengan Ria? Kini otak Wulan penuh dengan pertanyaan.

"T-tapi R-Ria...?"

"Tenang Wulan, Ria sudah tau semuanya. Dia terima-terima saja." Ucap Hilman dengan tersenyum manis. Manis sekalehhh:)

"A-apa? Ria tau? Dan setuju?" Tanya Wulan tak percaya. Hei! Ada apa dengan Ria? Mengapa dia menyetujui ini? Dan akhir-akhir ini pun dia tak terlihat sedih, dia terlihat baik-baik saja. Kenapa Ria setuju? Apa yang ada dipikirannya? Dia bilang dia menyayangi kedua orang tua nya, tapi dengan menyetujui ini, apakah ini bentuk sayangnya? Bagaimana dengan Bunda nya. Ah Wulan sangat marah dengan Ria. Ria terlihat egois saat ini.

****

"Aduhh, cape juga ya ri" ucap indro dengan nafas yang tak teratur sehabis jogging.

"Yeeeh, lemes banget lu. Laki bukan?" Sarkas ria yang sangat amat menusuk ke dalam relung hati brader.

"Nyinyir aja tu mulut, ga ada disaring." Ucap indro kesal di katakan cowo lemes.

"Dih, merasa lo?"

Dengan kesal, indro menggelitik ria yang kini sudah terbaring di rerumputan tempat mereka beristirahat.

"Ahahah ndro.. ud haha udah hahahaa ampun hahahaha" teriak ria yang merasa geli digelitik oleh indro.

"Makanya lo jangan ngatain gw kek gitu." Indro menghentikan aktivitas menggelitik nya itu. Kini sepasang matanya tertuju pada gerobak nasi goreng yang sembari tadi harumnya terus masuk ke hidung indro.

"Ri, kesitu yuk, makan nasi goreng abang abang, kayaknya enak deh." Ajak indro yang sama sekali tak dibalas oleh ria.

Indro beralih melihat ria yang ternyata tak mendengarkan ajakannya. Ia melihat ria sedang memicingkan matanya yang tertuju ke arah gerobak eskrim. Mungkin sedang melihat menu menu nya. Tapi ini ga akan terjadi, yakali makan eskrim jam segini. Masih pagi. Masih pukul setengah sepuluh. Bukannya indro pelit, tapi dia sudah hafal apa yang akan terjadi jika ria makan eskrim diwaktu pagi. Tidak, membayangkannya saja sudah membuat indro bergidik ngeri.

"Heh itoy, ga ada eskrim pagi pagi ya! Jangan macem macem lo. Kita makan nasi goreng aja udah yok" dengan sigap indro menarik ria menuju abang nasi goreng.

Kisah Untuk Ria (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang