Happy Reading!!!
"Gilak, cakep banget gw."
Siapa? Indro lah, cowo yang sangat percaya diri. Ia sedang berdiri di hadapan cermin, melihat pantulan dirinya dengan senyum sumringah. Sedari tadi ia sudah memuji muji keindahan wajahnya.
"Udah beres, tinggal pergi aja deh." Indro mengambil tas dan handphone nya lalu bergegas ke dapur untuk sarapan.
Ibu mengernyit heran, ini beneran indro? Tumben rapi jam segini. Biasanya pergi mepet-mepet mau bel. Ini anak ibu nilam? Serius?
"Heh, anda siapa?!" Indro heran, kenapa Ibu nya bertanya seperti itu?
"Lah anda yang siapa? Ibu yang tak mengenali anaknya?" Ibu memutar bola matanya malas.
"Rapi amat pak pagi begini, ngapain? Kesambet apa di mimpi?" Indro nyengir. Ia sudah siap menjawab pertanyaan ibu nya itu. Ia sudah tau pasti sang ibu yang super duper bawel itu akan heran dengannya karena sudah rapi sepagi ini.
"Ibu, anak mu ini akan balik seperti dulu, setelah melewati badai, petir, dan pahitnya menunggu. Anak mu kini akan menjalankan rutinitasnya nya, yaitu pergi bareng ria." Indro menampakkan deretan gigi putihnya yang malah terlihat tengil. Ibu menggeplak bahu anaknya itu.
"Heh, centil amat kek cewek. Lakik bukan?" Tanya ibu meremehkan. Kalian tau kan, ibu indro hobby nya menistakan anaknya sendiri.
"Maka dari itu, indro mau jemput ria biar kek lakik."
"Udah cepet makan."
***
Di dapur, uda sedang memasak untuk sarapan pagi ini. Sedangkan sang adik, masih bobo cantik di kamar yang katanya sangat ia rindukan. Kenapa uda tak membangunkan ria? Worang masih pagi, sekolahnya juga deket.
Ting tong
Suara bel terdengar sampai ke dapur. Uda mengernyit heran, siapa yang bertamu sepagi ini? Uda pun berjalan menuju ruang tengah untuk melihat siapa yang datang.Uda kaget, ketika membuka pintu terdapat bocil tengil yang sudah rapi dengan seragam sekolah nya.
"Siapa?" Tanya uda. Pasalnya, uda memang merasa taj pernah bertemu dengan anak ini.
Indro menyalami tangan uda. "Assalamu'alaikum bapak, saya indro, temennya ria. Ria nya ada?" Indro celingukan melihat kedalam rumah.
Uda menggeplak kepala indro pelan. Pagi ini, indro di geplak dua kali dengan orang yang berbeda gaiss. "Heh, ngapain celingak-celinguk gitu? Ga sopan banget." Ketus uda. Uda melihat lambang di baju seragam indro yang bertuliskan sekolah Argantara, tempat ia mengajar.
"Ooo anak Argantara juga. Rajin ya jam segini udah siap." Puji uda seadanya yang membuat indro terbang ke langit ke 7. Lebay lu ndro.
"Aah bapak, bisa aja." Ia tersipu malu. Astaghfirullah kek cewe ya lu ndro.
"Ga ditawarin masuk nih pak?" Tanya indro to the point.
"Yaudah masuk, ria nya masih ngebo." Indro tersenyum hangat. Ternyata sahabatnya itu masih sama seperti dulu. Selalu saja masih tidur ketika indro menjemputnya. Entah ria yang kebo, atau indro yang keawalan.
Uda zein menaiki tangga menuju lantai atas untuk membangunkan ria. Setelah sampai di kamar ria, uda zein kaget. Ia tak menemukan ria di kasur.
"Riaaaa"
"Di kamar mandi kali ya," uda zein menuju kamar mandi, tetapi nihil. Ria juga tak ada di kamar mandi.
"Ria, dimana kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Ria (END)
Dla nastolatkówCerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang gadis yang selalu berusaha kuat dalam rapuhnya, melewati hidup yang seakan akan tak lagi berpihak padanya.