Moment

978 142 22
                                    

Happy Reading!!!

Dalam waktu singkat indro sudah berada diantara teman temannya yang sedang bersantai di depan ruangan ujian dilantai atas. Nafas indro memburu, banyak pertanyaan yang ingin dilontarkannya.

"Ria kenapa?" Tanya indro to the point.

"Kenapa? Emang ada apa ndro?" Tanya balik joko. Ya. Joko tidak satu ruangan dengan ria, jadi dia juga tidak tau apa yang terjadi, sama halnya dengan indro. Lili santi dan roni yang satu ruangan dengan ria. Sedangkan indro, joko, wulan dan gino di ruangan yang berbeda.

"Lo tanya aja sama mereka bertiga." Jawab indro singkat namun dengan tatapan tajam yang tertuju pada lili, santi dan roni.

Joko semakin tak mengerti, suasana saat ini sangat mencekam. Sedangkan ketiga orang yang dimaksud indro itu merasa takut, mereka bertiga sangat takut! Nampak dari raut wajahnya.

"Eh-eeh ri-ria kenapa e-emang ndro?" Tanya lili dengan terbata bata. Apa apaan ini, mereka seruangan dengan ria, kenapa malah bertanya balik?

"Gw tanya, ria kenapa?!" Ulang indro dengan suara tinggi sampe ke langit, eh ga deng canda.

-Di saat ujian berlangsung-

Di ruangan 6, yang ditempati ria, lili, santi dan roni sangatlah sunyi. Hanya ada suara gesekan antara mata pensil dan kertas ujian. Ria terlihat anteng sekali mengerjakan ujian mata pelajaran bahasa indonesia ini, ia bersyukur karena apa yang ia pelajari kemarin banyak keluar di ujian ini. Sedangkan lili yang posisinya di samping kanan ria, sibuk memanggil santi yang posisinya disamping kiri ria. Ya, ria berada di antara lili dan santi. Santi tampak menuliskan jawaban di kertas contekan yang tadi dilempar lili melewati meja ria. Ria yang mengetahui itu sebenarnya ingin sekali menasihati, tapi dengan konflik yang ada di pertemanan mereka saat ini, ria mengurungkan niatnya tadi.

"Waktu ujian hari ini tinggal 15 menit lagi" ucap pak iwan yang sedang duduk di meja guru, menjadi pengawas di ruangan 6 ini. Mendengar itu, lili kalangkabut dan memanggil pelan nama santi.

"Santi, buruaaan, gw masih banyak yang belom ini" bisik lili yang lumayan terdengar oleh santi.

"Sabar lah li, ini bentar lagi kelar. Nah udah, nih" jawab santi dan melemparkan gumpalan kertas contekan itu ke arah meja lili. Namun, lemparan yang santi berikan sangat tidak pro, bukannya sampai ke meja lili, malah jatuh ke bawah kaki ria.

"Aduhh!" Desis lili yang dapat mengundang perhatian pak iwan yang berada di depan.

"Yang di belakang, ada apa? Lili?" Tanya pak iwan dan melangkah menuju meja lili.

"Eh pak iwan hehe" jawab lili cengengesan.

"Kenapa lili?" Tanya pak iwan.

Lili terdiam, memejamkan matanya sebentar, dan memikirkan alasan apa yang akan ia beri kepada pak iwan yang posisinya kini sudah berada di samping meja lili.

Ting💡

Ide cemerlang muncul di pikiran lili. Membuka mata dan menatap pak iwan dengan wajah sok serius. Setelah itu ia mengalihkan pandangannya ke contekan yang ada di dekat kaki ria.

"Itu pak, saya ngeliat gumpalan kertas itu. Siapa sih yg piket gak bersih" Pak iwan pun lalu mengalihkan pandangannya ke arah yang lili maksud, mendapatkan gumpalan kertas kecil yang berada di bawah meja ria. Mengambil gumpalan itu lalu membukanya. Jawaban. Ya, kertas itu berisi jawaban ujian. Pak iwan menatap ria tajam.

"Ria, kamu menyontek?!" Tanya pak iwan dengan nada seram.

Ria kaget, kenapa kertas itu ada di bawah kakinya? Ia tau persis kertas apa yang dipegang oleh pak iwan itu. Itu contekan lili yang mungkin dilempar santi tapi salah sasaran.

Kisah Untuk Ria (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang