Kuat dalam rapuh.

1K 131 7
                                    

Happy Reading!!!

"Ri! Jadi lo udah tau? Yang hari itu, itu juga lo udah tau? Kenapa lo ga bilang!" Kini indro yang terpancing emosi. Dia tak menyangka teman kecilnya itu telah menutupi suatu hal yang besar.

"Lan, lo jangan percaya sama orang itu, dia bohong wulan!" Ucap ria cemas, dia heran. Mengapa ayah nya itu mengatakan hal yang tak benar, sejak kapan ria menyetujui hal ini?

"What?lo bilang Ayah lo bohong? Ria! Dari sini aja kita udah ngeliat, lo ga bener! Bisa bisa nya lo bilang ayah lo bohong. Lo kenapa sih ri?" Bukan wulan, tapi lili yang jawab.

"Li, lo gak tau apa apa, lo diem aja." Ucap ria singkat.

"Mau ngomong apa lagi lo? Ooo jadi yang kita ketemu mama wulan dan ayah lo pas kita ke toilet itu, lo udah tau? Ga nyangka gw ri, lo bisa nutupin hal sebesar ini dari kita." Ucap santi tak menyangka.

"Gila lo ri"

"Ga punya hati lo ria"

"Jahat banget lo"

"Stop!!! Kalian salah paham. Kenapa kalian malah nyudutin gw? Kenapa kalian ga dengerin penjelasan gw dulu?" Ucap ria dengan tangis yang pecah. Sekarang dia rapuh, disudutkan oleh teman teman terdekatnya, yang selalu ia bela di keadaan apapun. Tapi kini? Ah sudahlah.

"Penjelasan apa lagi? Ini semua udah jelas ri! Dan itu ayah lo sendiri yang bilang ke gw. Kurang jelas apalagi? Udahlah gw gamau lagi berurusan sama lo" wulan mengakhiri perdebatan ini dan berlalu pergi meninggalkan ria. Joko, gino, lili, santi dan roni pun ikut pergi meninggalkan ria. Kini tersisa indro.

"Ndroo, lo percaya kan sama gw. Gw juga korban disini ndroo, semua ini salah paham." Ucap ria dengan isak tangisnya. Indro hanya diam, lalu pergi meninggalkan ria.

Kini ria sendiri. Ria yang ceria kini menjadi ria yang rapuh. Tak ada teman, tak ada yang membelanya. Dia tak menyangka semua ini akan terjadi. Ria yang selalu berada di garda terdepan dikala teman temannya dilanda masalah, tapi apa balasannya? Ria yang sebenarnya terjebak dalam masalah ini. Ria korban, tapi kemana teman temannya? Kenapa tak ada yang membela nya? Malah menyudutkan. Ria tak minta balasan dari semua kebaikannya, tapi ria juga manusia biasa. Butuh penyemangat dari orang terdekat. Tapi ria harus kuat, kuat di dalam rapuh. Ria tak boleh lemah, ria masih punya bunda yang sayang pada nya.

******

Indro sedang duduk di tepi lapangan sendiri setelah mendapatkan waktu istirahat. Ya sekarang indro dan anak basket lainnya sedang latihan karena besok adalah hari tandingnya. Saat ini indro sedang melamun di tepi lapangan. Dalam lamunannya, ia sedang memikirkan masalah tadi pagi. Dia tak menyangka jika teman kecilnya itu menyembunyikan hal sebesar ini. Tapi dia juga merasa kasihan. Dia tak kuat melihat itoyy nya sedih. Biasanya dia lah yang membujuk ria dikala ia sedih, menawarkannya es krim, mengajaknya ke taman, hanya untuk mengembalikan mood ria dan melihatnya tersenyum lagi. Indro merasa serba salah. Ria salah. Keadaan dan kenyataan mendukung itu. Tapi Bagaimana ria sekarang? Apakah dia baik baik saja?

"Eh ndro, ngapain lo melamun?" Ucap joko membuat indro tersadar dari lamunannya.

"Tau lo ndroo, kesambet ntarr, nanti nangesss." Kata roni membenarkan.

"Nih gw tau ni, pasti lo lagi mikirin si ria kan?" Tebak gino. Bukan cuma gino, semua juga pasti tau apa yang ada di pikiran indro saat ini.

"Apasih lo pada, ga ada, gw ga mikirin ria. Untuk apa mikirin orang yang jelas jelas salah." Elak indro. Percayalah, itu hanya sekedar omongan semata. Di dalam lubuk hati yang paling dalam, ia membenarkan perkataan gino itu.

"Nah bener tu, udahla move on ndro. Ngapain masih bertahan sama cewe kayak gitu. Hal sebesar itu aja bisa dia sembunyiin, apalagi cuman hal kecil. Mungkin udah banyak hal kecil yang dia sembunyiin dari kita." Jawab roni agak bijak. Agak ya.

"Wih bisa bijak juga lo ya kakek cangkul." Kini lili yang menjawab. Ya, lili, santi dan wulan baru saja datang. Mereka memang suka menonton anak basket latihan, tapi kali ini mereka kekurangan personil sepertinya.

"Hmm, biasanya aja ada ria. Kasihan dia ga ada temen." Batin indro.

Pritttttt.

Peluit berbunyi. Menandakan waktu istirahat telah usai, waktunya berjuang lagi untuk pertandingan besok.

"Joko semangattt yaaa"

"Semangattt roni"

"Semangattt ya gino"

"Ria, gw butuh semangat dari lo." Batin indro.

******

Malam ini terasa sangat dingin. Ria. Gadis itu sedang berada di kamarnya, dan duduk di bangku belajar. Kini dia sedang mencurahkan perasaannya pada coretan di buku diary. Dia merasa sepi, tanpa teman. Tiba tiba ia merasakan tangan lembut menyentuh pundaknya. Bunda ria. Ria melihat ke arah bunda yang sedang tersenyum dan dibalasnya juga dengan senyuman.

"Ria, udah ya jangan sedih. Semangatt ya. Bunda ada disini sama kamu. Anak bunda itu kan kuat."

" Iya bun, ria gapapa kok. Bagaimanapun, ria harus terima kenyataan. Ria harus terbiasa dengan ini semua. Besok ria akan buka lembaran baru, dengan orang orang yang baru, mungkin." Ria menjawab bundanya lalu anak dan ibu itu pun berpelukkan menyalurkan rasa sayang antara keduanya. Tanpa anak dan ibu itu ketahui, ada yang menyaksikan kehangatan ini dengan hati yang serba salah. Indro. Dia ada di luar jendela kamar ria dan menyaksikan itu semua.

"Yaudah, bunda keluar dulu ya, kamu habis ini turun, nanti kita makan bareng"

"Tanpa ayah kan bun?" Tanya ria pelan.

"I-iya nak. Ayah mu sudah memutuskan untuk pisah rumah." Ucap bunda ria dengan nada yang sedih. Kasihan. Pasti sangat merasa kehilangan.

"Bunda turun ya" ucap bunda ria yang dibalas anggukan oleh anaknya itu.

Setelah bunda nya itu keluar, ria berniat untuk melanjutkan coretannya tadi. Tapi mata nya tertuju pada handphone bunda yang ketinggalan. Ketika hendak berjalan untuk mengembalikan nya, handphone itu bergetar dan terlihat pesan masuk dari seseorang.

Hendra. Ria kenal, om hendra adalah teman kantor ayah nya. Ria duduk kembali ke bangkunya dan membuka isi pesan tersebut.

Hendra
Bukan maksud ku ingin mencampuri urusan keluargamu, tapi aku hanya ingin memberi fakta yang ku lihat sebenarnya. Disini linda lah yang menggoda hilman. Hingga akhirnya Hilman membalas perasaannya. Aku sebagai teman sudah beberapa kali mengingatkan hilman, tapi dia sudah sangat terobsesi dengan linda. Maafkan aku.

Deg.

Fakta ini sangat sulit untuk ria terima. Disini jelas jelas ria tak patut di salahkan. Dirinya adalah korban dari semua ini. Tapi, bagaimana caranya ria mengatakan hal ini kepada wulan dan teman temannya. Apakah membongkar ini bisa menyelesaikan kesalahan pahaman ini? Tidak! Ria tak mau wulan menanggung semua ini. Ria tak bisa mengatakan ini ke wulan dan kawan kawan.

Kasihan ria gais, cuma bunda nya yang ngertiin ria. Kalian di pihak sapa nich, pihak wulan ato ria? Hahaha. Jangan lupa vote dan koment! Terimakasih yang udah baca.

Kisah Untuk Ria (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang