Happy Reading!!!
Resmi. Ayah dan bunda ria resmi berpisah. Ria merasa sedikit lega, walaupun kini ia harus tinggal berdua dengan bunda saja, toh ria juga sudah terbiasa tinggal berdua 2 minggu belakangan ini.
Kini ria dan bunda masih berada di sekitar pengadilan agama, menghirup udara segar setelah merasakan hiruk piruk sesak di dalam pengadilan tadi. Seakan akan melepas satu ikatan terik yang berada di dada nya, kini ria merasa jauh lebih tenang. Meskipun, ini hanyalah sebagian kecil dari masalahnya yang lepas. Menatap manik mata bunda yang tersirat kesedihan, ria segera memeluk bunda nya dari samping dan sesekali megecup pipi kiri bunda.
"Alhamdulillah, bundaa, ria ngerasa lega, sekarang bunda ga perlu sedih lagi ya, ria yakin, kita berdua bisa jalani hidup dengan tenang setelah ini kalau kita bisa ikhlas dengan keadaan. Bunda kan yang selalu bilang itu ke ria?" Ria mengusap pundak bunda nya agar lebih rileks. Bunda pun menoleh kearah ria dan membalas pelukan anaknya itu.
"Iya ria, makasih udah selalu semangatin bunda, janji ya, kamu harus selalu disamping bunda?" Ujar bunda melihatkan wajah teduh khas seorang ibu lalu mengacungkan jari kelingkingnya.
"Siappp bunda, janji" ria membalas acungan kelingking bunda.
Disepanjang perjalanan pulang, sepasang anak dan ibu itu saling melempar lelucon tanpa merasa canggung dengan supir taxi yang kini juga ikut terbawa suasana. Ria mengernyit heran melihat intruksi bundanya yang menyuruh supir taxi untuk belok ke kiri, padahal dia tau betul bahwa jalan menuju rumahnya itu seharusnya belok ke kanan.
"Bunda, mau kemana sih? Kok belok kiri?" Tanya ria dengan wajah bingung.
"Oo bunda lagi pengen cake nya bu nilam, jadi kita mampir dulu ya ke kedai nya." Jawab bunda sambil mengelus rambut sebahu ria yang terurai dan dibalas anggukan.
Setelah beberapa menit, taxi yang ditumpangi anak dan ibu itu telah sampai di kedai bu nilam, ibunya indro. Mereka pun segera turun dari taxi lalu masuk ke dalam kedai yang terlihat ramai pengunjung.
"Assalamu'alaikum" ucap ria dan bunda bersamaan
"Wa'alaikumussalam, eh mba sama ria, sini sini masuk" sambut nilam dengan wajah sumringah.
"Iya nilam, aku lagi pengen makan cake kamu yang biasa aku beli itu loh, udah lama juga ga mampir kesini."
"Iya mba, udah lama mba ga kesini. Ria juga, tumben jarang kesini, kerumah juga udah ga pernah lagi. Mau ibu panggilin indro gak ri? Kebetulan tadi indro bantuin beres beres jadi dia ada tuh di dalem." Tanya ibu indro yang dibalas gelengan oleh ria.
"Gausah bu, hehe. Ria kesana dulu ya, mau wifi-an" jawab ria dengan senyum manis dan dibalas anggukan ibu dan bunda. Ria pun pergi ke meja pojok, tempat favoritnya kalo lagi ke sini.
"Dari mana mba?"
"Dari pengadilan agama nil" jawab bunda dengan senyum tipis.
"Ngapain mba?" Tanya nilam lagi, dengan wajah penasaran.
"Yah biasalah, udah ga sejalan. Udah keputusan terbaik bagi ku, untuk ria juga"
"Hmm gitu ya mba, kita gatau gimana hari esok, yang penting tetep semangat aja lah" ucap nilam mengelus pundak teman SMP nya itu guna untuk menenangkan. Sama sama perempuan, pasti tau lah gimana rasanya.
"Oo iya nil, habis kelulusan ria, kita mau balik ke padang." Bunda memberitahukan bagaimana kelanjutan nya setelah ini.
"Yah, bakalan kangen aku sama mba sama ria juga" nilam memeluk bunda ria dengan wajah memelas yang dibuat buat. Memang pertemanan antar keduanya sangat lucu, menggemaskan seperti anak anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Untuk Ria (END)
Genç KurguCerita ini terinspirasi dari kehidupan seorang gadis yang selalu berusaha kuat dalam rapuhnya, melewati hidup yang seakan akan tak lagi berpihak padanya.