Part38

6.8K 382 54
                                    

Happy Reading ...

Tangis dari Lidya sahabat Syifa terdengar begitu menyanyat hati Syifa. Sekarang, Syifa sedang berada di bandara Soekarno. Ia akan pergi jauh entah kemana. Intinya, ia akan pergi dari kehidupan Melvin untuk selama-lamanya. Tidak perduli statusnya masih sebagai istri Melvin.

"Lidya, udah ih. Cengeng," ejek Syifa yang juga ikut menangis.

Lidya memeluk Syifa kembali dengan erat, "Kenapa lo nyerah? Jangan pergi, Syifa ...." Tangis pilu Lidya semakin kuat.

Syifa membalas pelukan sahabatnya itu erat. Ia bukannya tidak mau lagi berjuang. Tetapi, ia lelah dengan sikap Melvin yang selalu se-enaknya.

"Gue gak tahan, Lidya ... Gue pengen, bebas," cicit Syifa sembari melepaskan pelukan mereka.

"Lo jaga diri baik-baik," sahut Sean menatap Syifa sendu.

Syifa tersenyum beralih menatap Sean, "Pasti," ujarnya mantap.

'Lima menit lagi pesawat. Akan berangkat'

Ketiga orang itu terdiam saat mendengar bahwa lima menit lagi pesawat akan berangkat. Lidya, gadis itu semakin menangis. Ia tidak perduli dengan orang-orang sekitar.

"Syifa ...," lirih Lidya menatap Syifa berharap agar Syifa tidak pergi.

"Maaf, Lidya. Gue harus pergi, lo jaga diri baik-baik," kata Syifa beralih menatap Sean, "Lo juga, Sean," sambungnya tersenyum begitu lebar.

Mereka berpelukan sekali lagi. Siapa yang tidak sedih? Melihat sahabatnya, yang akan berpisah dari mereka?

Syifa. Gadis itu menyerah berjuang, percuman saja ia bertahan. Pada akhirnya Melvin juga tidak memilihnya, lalu? Kenapa ia harus bertahan.

"Gue pergi ...," lirih Syifa melepaskan pelukkan mereka dan memegang kopernya. Syifa berbalik badan dan melangkah dengan langkah pelan. Walaupun, Syifa benci. Ia masih saja berharap, jika Melvin datang menahannya. Namun, itu semua hanya angan-angan saja.

"Syifa. Hati-hati!" teriak Sean dan Lidya bersamaan. Soal keberangkatan Syifa. Hanya, Sean dan Lidya yang mengetahuinya. Kedua orang tua Syifa, pun. Tidak mengetahui ini semua. Karena, Syifa yang melarangnya untuk di beritahu.

* * *

Melvin sedang berada di apartemen. Ia merasa sangat bosan. Karena, tidak tau harus berbuat apa. Namun, tiba-tiba saja sebuah tangan melingkar di lehernya. Melvin mendongak dan mendapatkan Alexa gadis yang menjadi sahabatnya itu.

"Vin ... aku mau tanya boleh?" ucap Alexa dengan wajah sok imutnya.

Melvin terkekeh kecil, "Nanya apa? Ih ... kamu gemesin deh," tutur Melvin mencubit hidung Alexa lembut.

Alexa tersenyum senang. Dan, mengambil alih duduk di samping Melvin. Ia memegang tangan Melvin lembut dan menatap kedua mata Melvin.

"Vin, aku suka sama kamu, aku jatuh cinta, Vin ...." Tanpa ada rasa malu. Alexa mengatakan itu.

Melvin di buat diam. Apa maksudnya? Masalahnya Melvin menganggap Alexa hanya sahabat. Tidak lebih.

"Ca, maksud kamu?" tanya Melvin.

"Aku cinta kamu, Vin."

Ting nong!

Alexa menggerutu kesal saat ada orang yang menekan bel apartemen. Itu sama saja, telah menggagalkan rencananya. Hish. Menyebalkan!

Married By Accident (MBA_COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang