Part43

7K 344 36
                                    

Happy Reading ...

Edward lelaki itu sedang duduk dengan santainya di cafe miliknya. Namun, tiba-tiba saja ponselnya bergetar. Edward mengerutkan dahinya. Saat, yang menelpon adalah Melvin. Tanpa basa-basi, Edward langsung saja mengangkat telpon tersebut.

"Halo?"

"Maaf, Pak. Apakah ini dengan Bapak Edward?"

Edward semakin bingung. Masalahnya yang menelpon memang Melvin. Tetapi, yang berbicara bukan orangnya.

"Iya, saya sendiri."

"Oh, baiklah, kami mau mengabarkan. Pemilik ponsel ini mengalami kecelakaan. Dan sekarang, sedang berada di rumah sakit."

Mata Edward terbuka lebar. Melvin? Kecelakaan?

"Baik-baik. Saya akan segera ke sana. Share-lock lokasinya."

Tut!

Edward mematikan panggilannya. Ia menggigit kepalan tangannya sambil menunggu sms yang masuk.

Ting!

Tanpa menunggu lama. Edward langsung saja, mengambil kunci mobilnya. Dan, melaju di mana tempat Melvin berada.

* * *

"Dokter! Pasien berhenti bernapas." Salah satu suster berteriak dengan wajah paniknya.

"Tenang, jangan ada yang panik," ucap Dokter tersebut. Walaupun ia sendiri sedikit panik.

"Dokter! Jantungnya berhenti berdetak!" teriak salah satunya lagi. Dokter tersebut tidak menggubris. Ia lebih fokus kepada pekerjaannya saat ini. Ia akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelamatkan pasien tersebut.

"Vin ... kamu, harus kuat," lirih Dokter itu menatap Melvin sendu.

"Aku akan selamatkan kamu."

"Dokter. Detak, jantungnya kembali," ucap salah satu suster. Dokter tersebut mengucapkan banyak syukur dan menatap Melvin dengan tersenyum.

"Melvin, kamu cepat sadar, ya ...,"

Setelah mengatakan itu. Dokter tersebut, mengarahkan kepada para perawat agar memindahkan Melvin ke ruang VIP. Keadaan, Melvin sekarang belum membaik sepenuhnya. Dan Melvin mengalami koma serta kelumpuhan di kedua kakinya.

Di sisi lain. Edward lelaki itu sedang berjalan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Pikirannya sekarang ini sedang kacau. Ia bingung, apakah ia harus memberi tahu Syifa? Atau tidak!

"Mbak? Mbak. Pasien korban kecelakaan di mana ya, Mbak?" tanya Edward kepada ressepsionis yang berjaga.

"Sebentar, Mas," balas Mbak tersebut ramah. Edward hanya mengangguk menanggapinya.

"Di ruang, VIP 032. Mas," tutur Mbak tersebut.

"Terima kasih, Mbak." Edward langsung saja berlari ke ruangan di mana di sebutkan tadi. VIP. 032? Yah, Edward membatin saat sudah berada di depan ruangan tersebut.

Ceklek!

Pintu ruangan terbuka. Menampilkan, seorang Dokter mudah yang cantik. Mungkin, seumuran dengan dirinya. Pikirnya.

"Eum ... maaf, Anda siapa?" tanya Dokter tersebut kepada Edward.

Lamunan Edward terbuyar, "Eh, teman saya, di dalam. Gimana keadaannya. Dok?" jelas Edward dengan raut wajah khawatir.

Married By Accident (MBA_COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang