Baekhyun masih setia pada tidurnya, matahari sudah mengantikan tugas sang bulan yang bekerja pada malam hari.
chanyeol masih setia menemani sang istri, memainkan pipi baekhyun. hingga akhirnya baekhyun membuka mata, menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk.
bughh
baekhyun mendorong tubuh chanyeol hingga chanyol jatuh dilantai.
"k-kau t-tidak! p-pergi"
"bee tenanglah tak usah takut aku tidak akan jahat padamu"
namun entah kenapa pandangan baekhyun saat melihat chanyeol terlihat berbeda, chanyeol difikiranya adalah sosok yang kasar.
"Tidak! pergi kau!"
"bee..."
"PERGI! PERGI!"
baekhyun ingin sekali melempar apapun pada chanyeol namun ia tak menemukan apapun disini, serasa kosong.
chanyeol sudah meminta petugas rumahnya untuk tak memberi barang-barang, hanya tersisa barang-barang besar. sooya sempat bercerita baekhyun ingin melukai diri dengan pecahan piring. dan sebisa mungkin chanyeol menjauhkan barang-barang yang berkemungkinan dapat digunakan.
"bee tenanglah bee"
"Tidak hiks tidak"
"baiklah-baiklah aku akan keluar, jika membutuhkan sesuatu kau panggil aku"
chanyeol keluar dari sana dan menutup pintu pelan, berdiri didepan kamar cukup lama lalu menuju keruang kerjanya.
chanyeol menatap layar cukup besar, melihat apa yang baekhyun lakukan dikamarnya. chanyeol juga sudah memasang cctv untuk melihat sang istri.
"aku merindukanmu bee"
"maafkan aku..."
"aku yang sudah membuatmu seperti ini"
"maafkan aku...maaf..."
chanyeol tiba-tiba menitihkan air mata, ia merasa sangat berengsek.
***
dua minggu sudah kejadian itu berlalu,baekhyun sama sekali tak mau bertemu dengan chanyeol.
entah ia merasa takut,juga benci.
baekhyun akan mengamuk dan berteriak agar chanyeol pergi dari hadapanya, dan setiap hari yang membantu mengurus baekhyu. adalah sooya dan luhan juga tak lupa melakuakn terapi untuk baekhyun.
“ini minumlah baek, kau kenapa?” tanya sooya khawatir
“ah sepertinya aku tidak enak badan soo”
“sudah ku katakan makanlah dengan teratur, kenapa kau tak mau menurut” kata sooya
“aku akan makan jika aku lapar”
“kau bahkan tak pernah memakan makananmu jika tak dipaksa baek”
“ayo sekarang makanlah”
sooya memberikan makanan pada baekhyun juga tak lupa menyiapkan obat, baru saja satu suapan baekhyun kembali berlari kearah kamar mandi lalu memuntahkan isi perutnya.
“astaga baek, kau tak akan sembuh jika sedari tadi kau memuntahkan makananmu” kata sooya memijat tengkuk baekhyun.
“biarkan aku menghubungi dokter”
“aku tak apa soo… sungguh aku hanya masuk angin biasa” kata baekhyun
“tetap saja kau perlu diperiksa baek”
“soo…”
“sudahlah tak usah membantah, aku akan menelfon dokter”
Baekhyun segera membersihkan mulutnya dan kembali keranjang untuk mendudukan diri dan bersandar.
setengah jam lamanya akhirnya dokter datang, chanyeol yang melihat kedatangan dokter itu pun mengernyit bingung.
“soo baekhyun sakit? kenapa bukan Dokter Lay yang datang?” tanya chanyeol
“baekhyun terus memuntahkan makananya, padahal dia harus banyak makan. sudah kau lihat dan dengarkan saja lewat ruang kerjamu, aku akan menemani baekhyun”
“hm terima kasih”
sooya mengangguk merasa kasihan, lalu segera kembali kekamar untuk menemani baekhyun.
dokter mulai memeriksa keadaan baekhyun, merasa bingung karena melihat sang dokter tersenyum.
“dok?” panggil sooya bingung.
“nonya park sedang megandung”
Baekhyun terdiam
diposisi lain chanyeol yang mendengar pun menerbitkan senyum bahagianya, ia benar-benar merasa senang.
“astaga aku ingin memeluk baekhyun”
“Terima kasih tuhan”
lalu rasa bahagianya tiba-tiba pudar saat melihat reaksi baekhyun.
“AKU TIDAK MAU MEMILIKI ANAK DARI LAKI-LAKI KASAR ITU!” teriak baekhyun.
Baekhyun menangis, sooya pun memeluk baekhyun erat.
“AKU TIDAK MAU HIKS”
“baek tenanglah baek tenanglah kumohon jangan seperti ini hiks hiks dia darah dagingmu baek hiks, bukankah kau sangat ingin memiliki anak hiks”
“hiks tapi anak ini ada karena paksaan hiks, karena kekerasan laki-laki itu hiks”
“baek kumohon”
Sedangkan chanyeol melihat dengan perasaan sakit, melihat bagaimana penolakan istrinya pada darah dagingnya sendiri.
tanpa sadar chanyeol meneteskan air mata, ia bahagia karena kehadiran sang buah hati. namun juga sakit karena buah hatinya ditolak oleh ibunya sendiri dengan alasan dirinya.