BAB 13

10.6K 1.4K 27
                                    

Aku mendongkak, mengernyit dahi heran. Kenapa Liona tidak menjawab salamku?

"E-eh... I-iya tu-tuan pu-tri." Ucap Liona gugup saat semua mata tertuju ke arah nya.

Waahh... Kek nya ada yg gak beres nih. Bisa berabe gue kalau jalan ceritanya sampe berubah.

Aku menatap nya dalam diam. Aku menunggu nya untuk memperkenalkan diri, tapi kenapa tidak kunjung juga?

Wah, apa Liona di novel benar-benar berbeda dengan Liona yg sekarang?

Bisa aja kan, tokoh utama nya berubah jadi jahat. Gue pernah dengar, Tante gue yg pecinta Novel, dia sering baca Novel transmigrasi transmigrasi gitu.

Awalnya aku tak tertarik dgn pembahasan Novel Novel atau apalah itu, tapi sebagai penghormatan mendengar perkataan orang lain, aku mendengar nya seksama agar tanteku tidak sedih. Dia sudah susah payah bercerita, aku malah mengabaikan.

Di cerita nya, tokoh utama yg baik hati dan lembut malah berubah menjadi ular. Dan antagonis malah menjadi protagonis. Ada ada saja.

Tapi, apa cerita Tante itu juga berlaku buatku? Apa itu berarti aku berubah menjadi Protagonis dan dia antagonis?

Au ah, jangan terlalu dipikirkan. Gue belum boleh su'udzon sama orang lain sebelum mengetahui kebenaran.

Back.

Aku tersenyum tipis saat tidak mendapati dia yg belum memperkenalkan diri.

"Apa anda tidak berniat mengajukan perkenalan diri?" Tanyaku yg nadanya sedikit terdengar agak sinis.

Dia tersentak, mendongak menatap tepat di manik merah jambuku. Melihat sorot mata kepercayaan diri nya itu, membuat ku ingin muntah saja.

Apa-apaan itu? Wajahnya seolah mengatakan kalau tidak ada di kerajaan ini yg tidak mengenalinya.

Pftt... Apa dia pikir dia secantik itu sampai sampai dikenali banyak orang?

Hahaha rasanya aku ingin tertawa berguling guling sekarang juga.

"A-anda tidak mengenali saya?"

Aku menaikkan satu alis bingung. Oohh seperti nya dia berpikir kalau aku pura-pura tidak mengenalinya ya.

"Pfftt... Sorry, apa anda sepenting itu buat saya, sampai sampai saya harus mengetahui anda? Soalnya disini terlalu banyak para lalat, jadi wajar saya tidak mengetahui anda."

Lalat? Mendengar apa yg aku katakan, semua orang disana termasuk para pangeran dan Putri menahan tawanya.

Heh? Menahan tawa? Ckckck, lucu sekali. Padahal aku berbicara seperti itu bukan untuk Liona saja, tapi juga untuk mereka para putri yg terus menempel bak lalat di dekat pangeran.

Ah, aku benar-benar tidak habis pikir dgn jalan pikiran orang orang di dunia ini.

"I-itu..." Ucap Liona dgn wajah merah padamnya. Terlihat jelas sekali kalau dia sedang menahan malu sekaligus kesal dgn ucapan ku.

"Wah, anda tidak boleh berbicara seperti itu putri. Sebagai seorang putri, anda harus menjaga cara bicara anda dgn orang lain." Ucap salah satu putri bangsawan yg aku pikir, dia adalah temannya Liona.

Aku mengetahui nya karena cuman dialah yang menenangkan Liona yg sedang menahan malu dan kesal.

Tapi, apa katanya? Menjaga bicaraku? Emang apa yg salah dgn cara bicara ku?

"Emang, apa ada perkataan saya yg salah, Nona?"

Dia terlihat gugup, makanya kalau ingin melawan ku itu harus menyiapkan sejuta strategi. Haha nggak ding, sejuta aja gak bakalan mempan.

"I-itu.."

"Saya cuman bicara kalau saya tidak mengenali nya. Bukankah benar kalau dia itu tidak sepenting itu buat saya sampai sampai saya harus mengenalinya? Lagian dia juga tidak membalas salamku."

"Tapi gaya bicara anda–"

"Ada apa dgn gaya bicara say–"

"Berhenti memotong ucapan saya Putri!!" Teriaknya yg mampu membuat ku terlonjak kaget. Bukan hanya aku saja, tapi sepertinya yg lain juga mendengar nya karena teriakan nya cukup menggema di seluruh aula.

Aula yg tadinya ramai sekarang mendadak hening.

Heh?? Memotong ucapan nya? Bukannya dia yg memotong ucapan ku? Dan lagi, memangnya kenapa kalau gue memotong ucapan nya? Wajar, aku ini adalah seorang putri.

Dan dia? Cuman gadis bangsawan yg pangkatnya berada dibawah ku.

Gue bukan nya sombong, tapi gue menyombongkan diri menurut situasi. Sesuai situasi lho ya?

Mataku membola kaget saat dia teriak. Kenapa dia teriak sih? Apa dia berniat mempermalukan diri sendiri? Haha, kalau gitu aku akan memenuhi nya Nona.

"Kenapa anda tiba-tiba teriak?" Tanyaku sambil menutup mulutku dgn tangan, berpose seperti orang yang kaget.

Gadis itu, tiba-tiba menyeringai.

Heh? Menyeringai? Wah, sepertinya gue benar-benar harus melawan nya sampai dia tidak berani menampakkan wajah nya didepan orang orang.

"Saya tahu anda iri dgn kecantikan wajah teman saya, tapi apa perlu anda berbicara seperti itu?" Ucap nya dgn wajah tenang.

Para bangsawan yang mendengar itu tiba-tiba langsung berbisik-bisik menggunjing diriku.

Laah lah lah? Gimane ceritanya sih?? Kok tiba-tiba topiknya wajah sih?? Ashsgsnks ingin benget gue tenggelam kan wajahnya dilautan yg banyak hiunya!

Enak banget ya ngebalikin fakta. Cuih, dasar perubah kata-kata.

Tapi tenang, gue gak bakalan takut cuma gara-gara mereka yang ngomongin gue dibelakang.

Rissa dilawan!

"Kenapa anda tiba-tiba bertanya tentang wajah? Apa tadi Kita membahas itu?" Tanyaku dg wajah santuy ku.

Dia menggeram kesal. Ya pasti kesal lah, karena gue ngerubah topiknya. Mwuehehe

"Itu–"

"Dan lagi, anda berani berteriak pada saya? Yg notabene nya adalah seorang putri? Sedangkan anda?" Ucap ku sambil menaikkan satu alis ku.

Aku melihat sekitar, ternyata mereka yang membicarakan ku tiba-tiba berubah membicarakan gadis dihadapanku ini.

" Wah benar juga, kenapa dia berani berteriak pada Putri sih? Apa dia tidak sadar posisi?"

"Benar tuh, apalagi katanya tuan putri iri sama wajah nona Lownston? Heh, ngimpi kali ya. Jelas jelas wajah tuan putri lebih cantik daripada nona Lownston."

"Iya, tadi kalian dengar bukan, kalau dia memotong ucapan tuan putri?"

"Wah, walaupun tuan putri itu sering membuat ulah, tapi dia juga seorang putri. Kalau dia tiba-tiba dibentak, hancur sudah posisinya sebagai seorang putri."

"Hemmm menurut mu tuan putri bakalan ngasih hukuuman apa ya sama Nona Count Liorre? Kalau hukuman penggal, boleh juga. Tapi kasian."

"Heh? Putri Count Liorre? Hooh, jadi dia putri seorang Count? Belagu banget sama gue." Gumam ku yg tentunya tidak ada yg mendengar.

Rolia, nama gadis yg berada dihadapanku ini, tiba-tiba maju melangkah ke arah ku.

Bisa kulihat wajah merah padamnya itu. Rasanya aku ingin tertaw–

Plak!

Oke, sepertinya kesabaran ku sudah Habis. Maaf Ayah, sepertinya aku harus mengacaukan pesta yg sudah susah payah kau Gelar. Tapi salahkan saja dia yg sudah berani memancing emosiku.

Tbc

I Become an Evil Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang