BAB 24

3.3K 485 6
                                    

Silahkan beri dukungannya dengan vote, koment and share ya ^_^
.
.
.

Carissa, Leon, Ashton, Rolia dan Liona saat ini berada di laboratorium Akademi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Carissa, Leon, Ashton, Rolia dan Liona saat ini berada di laboratorium Akademi. Kelimanya memusatkan pandangan ke depan dimana Prof. Hart berdiri.

"Baiklah anak-anak, sekarang kalian ada ujian sihir. Peringatan pertama, kalian tidak boleh memanipulasi sihir! Jika di antara kalian ada yang ketahuan, pihak Akademi akan memberikan surat peringatan!" teriak Prof. Hart lantang.

"Dan, peringatan kedua, kalian tidak boleh saling melukai satu sama lain! Dan yang ketiga, kalian akan berada di kelompok yang sudah saya pilih, tetapi kalian tidak boleh menukar kelompok lagi!"

"Mengerti?!"

"Mengerti, Profesor!" balas semua murid yang langsung bubar menghampiri kelompok mereka masing-masing.

Sedangkan Carissa, Leon, Ashton, Rolia dan Liona berada di satu kelompok. Mereka berlima langsung berjalan ke arah meja nomor 16.

"Mereka kenapa?" tanya Liona berbisik ke Carissa.

Carissa menoleh, "Mereka siapa?"

"Dua pangeranmu."

"Oh, mana kutahu," balas Carissa mengendikkan bahu acuh.

Dia tahu kenapa Ashton mendiaminya sekarang, namun dia tidak mengetahui kenapa Leon menjadi diam tidak secerewet biasanya

Apa dia sakit? Batin Carissa.

"Liona, bisa tukar tempat duduk sebentar?" pinta Carissa pada Liona yang duduk tepat di sebelah Leon.

"Oh? Baiklah." Saat Liona hendak berdiri, tangannya langsung dicekal oleh Leon.

"Duduk," perintah Leon dengan dingin. Dia memandang Liona tajam.

Liona bergetar ketakutan, dengan patuh dia duduk kembali. Namun, baru saja dia duduk Leon langsung memeluknya.

Mata Liona terbelalak, "L-Leon?!"

Leon melepaskan pelukannya dan menatap Liona mengintimidasi. "Jangan tukar tempat duduk."

"B-baiklah," ujar Liona pasrah.

Carissa menggerutu kesal. Dia tidak cemburu. Tapi, sangat aneh kalau Leon menghindarinya tanpa alasan yang jelas.

Dia kenapa sih, hari ini? Aneh banget.

Dengan kesal Carissa menatap Rolia. "Rolia, bisa tukar tempat duduk sebentar?" pinta Carissa pada Rolia yang duduk tepat di sebelah Ashton.

Dia ingin membujuk Ashton soal perihal kemarin, karena memang benar kemarin dia tidak bermaksud menyakiti hati Ashton.

"Hm? Oke," balas Rolia yang hendak berdiri namun tangannya juga ditahan oleh Ashton.

"Duduk," perintahnya datar.

"Ha??" Rolia bingung dengan situasi saat ini, dia memang sadar ada yang aneh dengan dua laki-laki itu sejak pagi tadi.

"Duduk ya duduk," kata Ashton tidak ingin dibantah.

Rolia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Dia merasa tidak enak hati dengan Carissa. Namun, dia juga tidak ingin terkena masalah kalau berurusan dengan Ashton.

Mata Rolia terbelalak saat Ashton menyenderkan kepalanya di bahunya. "A-Ashton?"

"Sst, biarkan seperti ini," ujar Ashton memejamkan matanya.

Carissa mengaga lebar tidak percaya dengan kelakuan Leon dan Ashton. Namun, tidak bisa dipungkiri dia juga bahagia karena mereka berdua tidak lagi mengikutinya seperti anak ayam kehilangan induknya.

Inikah rasanya berada di surga yang sesungguhnya? Batin Carissa kegirangan.

☆☆☆

Bosan.

Ternyata pemikiran tentang Leon dan Ashton yang menjauhinya salah. Buktinya, saat ini Carissa duduk di taman seorang diri sambil membolak-balikkan bukunya bosan.

Biasanya, akan ada dua manusia yang asik berceloteh ria di dekatnya. Namun sekarang dua manusia itu tidak datang ke istananya lagi.

"Argh! Mereka kenapa sih?!" teriak Carissa mengacak rambutnya frustasi.

Pelayan yang ada di belakangnya terkejut. "T-Tuan Putri?!"

"Apa aku melakukan kesalahan? Kenapa mereka tidak datang ke sini? Apa mereka sakit hati??"

Pelayan tadi di buat bingung dengan sikap Carissa. Karena takut terjadi apa-apa dengan Carissa, dia langsung lari terbirit-birit menuju ruangan dokter istana.

"Dokter! Dokter!"

"Apa?!" Dokter-namanya Hans, membuka pintu dengan wajah panik.

"Kyaaa!"

"Hah?" Hans terdiam. Dia tidak tahu mengapa pelayan tadi tiba-tiba berteriak.

"B-baju anda..."

Hans melirik tubuhnya. Matanya terbelalak saat menyadari saat ini dia hanya mengenakan handuk dan rambutnya yang masih berbusa.

"S-sekarang itu tidak prnting! Yang Mulia Putri saat ini teriak-teriak sendiri di taman. Mungkin saja dia terkena penyakit! Bisakah anda memeriksanya?"

Hans dibuat kaget dua kali. "Kenapa tidak bilang daritadi?! Aku akan diomeli Kaisar!"

Hans dan pelayan tadi langsung lari terbirit-birit segera pergi menuju taman.

Carlez yang lewat lorong istana dengan es krim ditangannya mendadak bingung melihat Hans yang berlari bersama pelayan. "Hans kenapa lari-lari begitu? Ada pencurian, kah?"

"Cilukba!"

"Sinting!!" latah Carlez mengelus dadanya kaget.

"Hahahaha, kakak mah, mudah kagetan. Hati-hati, nanti jantungnya udah gak di tempat lagi. Kan, kasian," ujar Ario menatap Carlez dengan wajah tengilnya.

Carlez menatap dua adik kembarnya itu dengan tajam. "Kalian! Ck, sikap kalian tidak pernah dewasa."

"Yang tidak pernah dewasa itu kami atau kakak? Kakak saja sudah besar tapi masih saja makan es krim seperti anak kecil," sindir Aria mengibaskan rambutnya ke belakang dengan angkuh.

Carlez memiringkan kepalanya bingung. "Es krim?" Seakan tersadar Carlez menatap tangannya. "Lah, es krim ku mana?!"

Gedubrak!

"Hans?!"

I Become an Evil Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang