BAB 19

6.5K 921 24
                                    

Hola pren!

Rara mau nanya nih, dapat cerita ini dimana?

Komen yok!👉

Oke, sudah siap tenggelam dalam dunia teka-teki bersama Rara?

Sebelum masuk ke inti cerita, vote nya jangan lupa! Baca doang, masa nggak vote.

Vote itu gratis, dan kalian juga mendapat pahala dalam bentuk menghargai karya orang lain😁😇

Mwueheheh, lanjut!

☆☆☆

Carissa datang terlambat. Kehadirannya yang sangat penting itu membuat atensi semua orang mengarah padanya.

Anjir, gue jadi artis dadakan nih.

Carissa berdehem, menahan gugup agar dirinya terlihat rileks. Lalu, gadis itu menghampiri tempat duduk yang memang khusus untuknya.

"Hai, Putri."

Carissa menoleh kesamping, dia mendapati seorang laki-laki yang tua satu tahun darinya tersenyum sumringah.

Dia siapa, sih? Gak sopan banget.

"Hei, pangkatku lebih tinggi darimu," ujar laki-laki berambut hitam bernetra merah.

"E-eh? Memangnya kau siapa?" tanya Carissa sedikit tersentak.

"Aku? Leon Ardenaldo, Archduke muda." Laki-laki berambut hitam dan bernetra merah itu adalah Leon Ardenaldo. Penyihir muda yang memiliki sihir turunan dari ayahnya yang merupakan Grand Archduke.

"Leon?" tanya Carissa yang sedikit familiar dengan nama itu.

Oh? Dia yang punya buku itu? Ah elah, gue lupa lagi bawa buku itu lagi. Kalau bawa, gue kan bisa mukul kepalanya.

Carissa hanya berdehem singkat, lalu mengalihkan pandangannya kedepan.

"Baiklah, Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Ratu, Yang Mulia Putri, dan para terdakwa yang sudah hadir dalam sidang ini. Saya, sebagai Perdana Mentri menyelenggarakan sidang terbuka atas perintah Yang Mulia Kaisar, untuk membuktikan bahwa nona dari Count Liorre bersalah karena sudah menyakiti salah satu anggota keluarga Kekaisaran!" teriak Perdana Mentri dengan tegas dan lantang.

"WOOO!!" sontak, sorak-sorai terdengar dari para rakyat yanng menghadiri sidang terbuka yang dilakukan Kaisar.

Mereka sangat jarang melihat sidang terbuka, karena memang para anggota keluarga kekaisara atau para bangsawan sering melakukan sidang tertutup yang mana para rakyat dari kalangan rendah tidak bisa melihatnya.

Namun, sidang kali ini tidak, yang mampu menbuat seluruh rakyat ibukota Frenchif datang berbondong-bondong.

"Terdakwa, Nona Rolia, silahkan beri pembelaan anda," titah Perdana Mentri.

Rolia yang berada di tengah-tengah aula dengan baju lusuh dan tangan yang terikat tali, langsung menyerukan pembelaannya.

"B-bukan saya! S-saya dikendalikan, benar, seseorang mengendalikan saya! Tanpa sadar, saya menampar Putri!"

I Become an Evil Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang