BAB 18

6.8K 985 11
                                    

Mau ngasih info aja, covernya ditukar biar kalian gak salah paham lagi😭🤭

Buat yang mengkritik Covernya, makasiiih banget ya. Rara senang kalau ada yang mengkritik dengan tutur kata yang sopan😁

Rara harap, kalian juga mengkritik dengan bahasa yang sopan. Karena, bisa jadi hal yang kalian anggap sepele itu berdampak besar bagi orang lain👍😊

Sebelum masuk ke cerita, Rara boleh gak nih minta Vote-nya?

Jangan lupa juga spam komentar di setiap paragraf😄😆

Rara☆

••••

15+
Diharapkan kepada pembaca sekali lagi, agar bijak dalam membaca. Karena terdapat banyak kata-kata kasar dalam cerita ini✔

Dan, jangan menirukan kata-kata kasar yang ada di cerita ini, karena cerita ini dibuat untuk menghibur, bukan ditiru✔





Brak!

Pintu ruangan dibuka secara kasar. Kaisar Theo melirik datar pada sang empu yang mendobrak pintu.

"Sialan!" umpat sang lelaki berumur 14 tahun dan menghampiri Kaisar dengan mata yang berkobar api amarah.

"Apa?" tanya Kaisar santai.

"Kenapa kau menolak tawaranku?!"

"Apa untungnya bagiku?"

"Apa kau lupa, dengan semua imbalan yang kulakukan padamu?!" tanyanya berteriak.

Kaisar diam, dia menatap kertas yang ada ditangannya dengan datar. "Lalu?" Kaisar bertopang dagu di meja, dan tersenyum miring menatap laki-laki berumur 14 tahun yang berani menatapnya nyalang.

"Kau tidak bisa begini, Theo! Kau lupa apa yang dilakukan ayahku untukmu?"

Kaisar menggeleng, "Tidak tuh, aku masih ingat pengorbanan ayahmu padaku."

"Lalu, kenapa kau menolak tawaranku dan malah menerima bajingan itu?"

"Karena, aku tidak ingin putriku diambil?"

☆☆☆

"Tuan putri, sekarang kau adalah tunanganku!"

Prang!

Bak disambar petir disiang bolong, Carissa menatap pecahan gelas yang sudah tidak berbentuk dilantai.

Dia shock. Ucapan tadi seperti terompet sangkakala baginya. Barusan... dia tidak salah dengar kan?

"M-maksud anda?" tanya Carissa.

Ashton, laki-laki itu menyengir lebar. "Kau sekarang adalah tunanganku!"

Carissa menggeleng kuat. Dia pasti sedang stress dan karna itu pula dia memikirkan hal yang aneh.

"Nggak!" teriak Carissa.

"Tapi, bagaimana lagi? Kau sudah menjadi milikku, dan tidak bisa kabur." Ashton tersenyum miring.

Carissa menatap Ashton tajam, "Anda jangan mengklaim seenaknya! Saya bukan tunangan anda!"

"Tapi, Kaisar sudah menyetujuinya, tuh?" Ashton memperlihatkan sebuah berkas dan menyodorkannya   ke hadapan Carissa.

Carissa membacanya dengan srksama. Lalu, matanya melotot saat melihat ada cap kekaisaran disana yang artinya Kaisar menyetujuinya.

"Kaisar sinting!"

☆☆☆

Carissa membuka matanya perlahan. Kantung mata bawahnya hitam karna tidak bisa tidur semalaman.

Dia sibuk berpikir bagaimana dia kabur, dan bagaimana caranya agar Kaisar menarik kembali surat lamaran Ashton.

"Agh! Lama-lama kepala gue pecah!" Carissa menjambak rambutnya meluapkan kekesalan yang melanda sejak kemarin.

"Kaisar sinting, Ashton sialan, Liona anjing, Rolia goblok! Kenapa gue harus terseret sama mereka sih?!"

Carissa menatap kertas yang berisi jadwalnya hari ini. Sekarang adalah sidang Rolia, dimana di sidang itu hadir orang-orang yang ingin dihindarinya.

Dia ingin tidak hadir, namun sangat tidak menyenangkan kalau Rolia hanya dijebloskan di penjara tanpa membuatnya malu di depan rakyat.

Terutama Liona, Carissa ingin rakyat tidak bersimpati pada gadis itu agar menpermudahkannya menyingkirkan Liona

"Gini amat masuk ke tubuh orang yang banyak dosanya," gumam Carissa merenggangkan otot-ototnya lalu pergi bersiap-siap.

☆☆☆

"Kaisar Theo! Kau harus mencabut surat lamaran itu!"

Kaisar hanya berjalan santai melewati lorong-lorong istana. Mengabaikan makhluk kecil yang sedaritadi berkoar-koar tidak jelas.

"Kaisar, kau ingin aku meratakan kekaisaran ini? Sangat mudah bagiku melakukan itu."

Kaisar menghela napas jengah, "Leon, aku tahu kau sama menyebalkannya dengan ayahmu."

Leon, laki-laki itu yang sedaritadi berkoar-koar mendadak diam. "A-apa begitu? Tapi, apa kau lupa siapa yang mengembalikan jiwa putrimu?!" tanya Leon tidak mau mengalah.

Langkah Kaisar terhenti, dia menoleh kebelakang menatap Leon datar. "Aku tau, kau yang telah mengembalikan jiwa putriku."

"Lalu, kenapa kau melakukan ini padanya? Kau juga tahu bukan, kalau kau membuatnya jatuh cinta pada Ashton, akhir hidupnya akan sama seperti dia?"

Kaisar tersenyum miring, "Itu adalah bagian dari rencanaku," ujarnya lalu pergi.

Leon menatap punggung Kaisar yang kian menjauh. Wajahnya mengerut karena tidak suka dengan sikap Kaisar yang plin-plan.

"Apa yang kau rencanakan, Theo?" gumam Leon.

Dia sangat plin-plan. Apa dia bebar-benar menyayangi putrinya atau menginginkan sesuatu di balik rencananya itu?

"Heh, pantas saja dia disebut Kaisar yang agung. Dia sangat licik lebih dari siapapun."

I Become an Evil Princess [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang