Tiga Belas | Festival

646 119 32
                                    

"Ayo ikut aku."

Levi mengulurkan tangannya, mengajak gadis yang kesenangannya adalah memperhatikan tembok itu untuk pergi keluar. Anggap saja ini untuk mengurangi suntuk karena sehari-hari kerjaannya hanya berdiam diri di rumah.

Kepala Mikasa terangkat. Menatap Levi untuk beberapa detik lalu kemudian kedua bola matanya bergantian melirik ke arah tangan Levi yang terulur juga wajah pria itu.

Cukup lama dia diam dan memperhatikan sebelum pelan-pelan Mikasa akhirnya mengangkat tangannya, menerima uluran tangan Levi.

"Jangan dilepas," kata Levi ketika kedua tangan mereka sudah saling bertaut.

Mikasa mengangguk. Sedikit mengarahkan pandangan ke jemari tangannya yang digenggam erat oleh tangan Levi. Hangat, namun disatu sisi terasa lembut. Seperti kelembutan yang pernah Mikasa rasakan sebelumnya yang hampir Mikasa lupakan kalau dia pernah merasakannya. Kurang lebih seperti itulah yang Mikasa rasakan dari tautan tangannya dengan Levi sekarang ini.

Tipis. Sangat tipis hingga tidak terlihat oleh mata, bibir Mikasa menyunggingkan senyuman. Karena saking tipisnya bahkan Levi tak menyadari senyuman itu.

"Kita akan pergi keluar hari ini. Hanya jalan-jalan, jangan khawatir," ucap Levi memberitahu tujuan mereka.

Mereka berdua menyusuri jalanan yang ada di Wall Sheena. Memperhatikan sekeliling masyarakat yang cukup ramai, berlalu-lalang atau juga berhenti untuk berbincang-bincang. Padahal sebagian besar pasukan militer mereka sebagian ada yang di medan perang tapi mereka seperti tak ada beban sama sekali. Menjalani hari-hari seperti biasa saja.

Levi sendiri karena tugasnya sudah selesai, hanya diminta untuk berjaga-jaga sambil menunggu instruksi berikutnya jika diperlukan. Dan karena tidak ada hal yang perlu dipikirkan oleh Levi saat ini, dia pun memutuskan untuk mengajak Mikasa pergi keluar hari ini.

"Sepertinya sedang ada festival," kata Levi setelah melihat keramaian yang tak jauh dari tempat mereka berdiri sekarang. "Ayo kita lihat!" ajaknya langsung.

Levi melangkah dengan cepat, membuat Mikasa sedikit memperlebar langkah kakinya untuk menyamai kecepatan Levi. Menyadari hal itu, Levi pun sedikit melambatkan langkahnya agar Mikasa tak perlu terburu-buru mengikutinya.

Hal sederhana yang dilakukan Levi ini entah bagaimana membuat perasaan Mikasa menghangat. Dia mempererat tautan tangannya dengan Levi membuat pria itu mengarahkan tatapannya pada tangan mereka.

"Kapten Levi!"

Sebuah seruan yang membuat Levi dan Mikasa bersamaan menolehkan kepalanya ke sumber suara. Seorang gadis dengan tubuh mungil melambaikan tangannya ke arah Levi sembari tersenyum cerah. Kemudian dengan setengah berlari dia menghampiri Levi ditempat.

"Kapten, sudah lama tidak bertemu," sapanya riang. Untuk sesaat, tatapan matanya tertahan pada tangan sang Kapten dibawah sana.

"Kau disini juga, Petra." Sahutan Levi membuat Petra segera mengalihkan tatapannya. Dia tersenyum lebar pada Levi.

"Ya, Kapten."

"Oh ya, kenalkan ini Mikasa." Levi mengenalkan Mikasa yang berdiri di sebelah kirinya.

Petra mengulurkan tangannya, "Petra Rall. Aku dulu anggota pasukannya kapten Levi. Senang berkenalan denganmu."

Mikasa menatap canggung pada telapak tangan Petra yang terulur padanya. Sedikit bingung memilih antara hendak menerima uluran tangan itu atau tidak sebab tangan kanannya yang tertahan oleh tangan Levi yang masih menggenggamnya. Ia merasa tak sopan jika harus membalas uluran tangan Petra dengan tangan kirinya namun disisi lain Mikasa juga mengingat permintaan Levi untuk tidak melepaskannya.

The Girl Who Standing in the Dark (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang