Challenge!
Satu orang satu vote + minimal satu komen di part terakhir ini?
.
.
.Mikasa awalnya merasa bimbang tentang perasaannya sendiri.
Sungguhkah dia menyukai Levi seperti yang pernah dipikirkannya? Lalu jika dia menyukainya, apakah Levi juga memiliki perasaan yang sama terhadapnya?
Ahh, Mikasa tidak ingin bersikap terlalu percaya diri dengan merasa kalau Levi juga menyukainya. Hanya saja, terlalu banyak bukti yang ditinggalkan oleh Levi yang membuat Mikasa tidak bisa tidak memikirkan kemungkinan kalau Levi juga menyukainya.
Dan kalaupun ternyata Levi tidak memiliki perasaan yang sama dengannya, walau terdengar tidak adil juga memaksa, Mikasa masih ingin terus berharap tentang itu.
Bunga pohon sakura mekar di sebelah rumah Levi mulai berguguran. Sebentar lagi musim gugur akan tiba menggantikan musim semi. Mikasa memandangi kelopak-kelopak bunga sakura yang jatuh tertiup angin sendirian di sebuah bangku panjang di samping rumah yang sengaja Levi buat baru-baru ini.
"Aku suka kamu."
Bolehkah nanti Mikasa mengatakannya dengan terus terang seperti itu?
Jantung Mikasa berdebar. Padahal dia hanya bermonolog dengan dirinya sendiri tapi dia sudah merasakan gugup saat mengatakan kalimat itu. Lalu, bagaimana bisa dia mengatakan pada Levi nantinya kalau dirinya yang sekarang saja tidak bisa mengatakannya dengan baik?
Tunggu-tunggu!
Kenapa rasanya Mikasa percaya diri sekali kalau ia akan dan dapat mengatakannya?
Memangnya boleh bagi Mikasa untuk tiba-tiba langsung mengatakan hal itu tanpa persiapan? Maksudnya, tanpa kalimat pembuka atau basa-basi lainnya? Bukankah akan terasa lucu kalau Mikasa tiba-tiba menyatakan cintanya seperti itu?
Dan lagi, bukankah mereka masih belum bicara dengan baik sejak kepulangan dari Hizuru waktu itu?
Bagaimana mungkin Mikasa tiba-tiba mengatakan perasaannya ditengah kecanggungan ini?!
Ahhh, Mikasa tidak tahu!
Dia sungguh tidak tahu!
Telapak tangan Mikasa berada didahinya dan matanya memejam. Hanya dengan memikirkannya saja dia merasa sakit kepala. Dia menghela napas.
"Aku ingin bertemu dengannya tapi juga tidak ingin bertemu," kata Mikasa kembali bermonolog.
"Aku ingin tahu perasaannya tapi juga tidak ingin tahu. Aku takut," kalau ternyata dia hanya bersikap baik kepadaku dan dia akan pergi meninggalkanku nantinya. Sebenarnya dia menganggapku seperti apa?
Kembali Mikasa menghela napas. Pandangannya kini lurus ke depan tempat pohon sakura itu mekar. Bibirnya kemudian menarik lengkungan pendek.
"Kalau ku pikir-pikir, aku tidak pernah tahu apa yang dia pikirkan. Kira-kira apa yang sedang Levi pikirkan saat ini?"
"Kau, aku sedang memikirkan tentang kau."
Eh?
Mikasa menoleh mendapat jawaban langsung dari subjek yang sedang dipikirkannya. Rambutnya yang kini dipotong pendek sebahu terkibar oleh angin musim gugur yang bertiup lembut melewatinya.
Cahaya matahari sore sedikit menyilaukan pandangan Mikasa tapi dia dapat melihat dengan jelas bahwa ada Levi disana, hanya berjarak beberapa langkah dari bangku tempatnya duduk sekarang. Kini, di dalam kepala Mikasa bertanya, "sejak kapan Levi berada disana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl Who Standing in the Dark (Tamat)
FanfictionMikasa melarikan diri dari Hizuru lalu menjadi tawanan di Paradis. Secara khusus, dia dijaga oleh Levi Ackerman yang merupakan pria terkuat dari Pasukan Pengintai. "Apakah kau akan melarikan diri?" - Levi "Tidak, aku tidak akan melarikan diri." - Mi...