Bulan di langit malam sudah naik cukup tinggi.
Udara malam yang dingin hingga menembus tulang tak menghentikan langkah dari Pasukan Levi untuk terus melangkah maju menyusuri sepanjang aliran sungai bertemankan pepohonan di kiri kanan. Ini adalah jalan terbaik yang bisa mereka lalui ketimbang harus lewat darat dan langsung bertemu dengan pasukan musuh yang kemudian malah jadi berseteru dengan mereka menjadikan misi utama mereka terhambat.
Levi berjalan di depan memimpin pasukannya. Setelah menyebrangi lautan akhirnya mereka sudah cukup dekat dengan tempat tujuan mereka yakni markas komunikasi utama musuh berada.
Berdasarkan info dari pihak intelijen, dikatakan bahwa ada tiga tempat yang merupakan markas komunikasi Marley yang mana satu merupakan pusatnya dan sisanya sebagai percabangan darinya.
Lalu tim Levi diberikan tugas khusus untuk menyerang titik krusial dari pasukan musuh tersebut.
“Kapten.” Sasha memanggil membuat seluruh pasukan menghentikan derap kaki mereka. Hanya ada satu makna jika Sasha memanggil kapten mereka dalam keadaan saat ini karena itu semuanya sekarang berada dalam posisi awas. Tapi meski begitu, konfirmasi secara lisan adalah yang terbaik. "Ada suara langkah kaki mendekat.”
“Berapa banyak?” tanya Levi.
Sasha semakin menajamkan telinganya, membuat perkiraan paling mendekati yang ia bisa. “Lima ... tidak enam orang.”
“Pasukan patroli kah?” Levi bermonolog, “semuanya, bersiaga,” instruksi Levi selanjutnya dan semua anggotanya memang telah bersiaga sejak Sasha pertama kali membuka suara.
Mereka sedikit merapat, menyembunyikan hawa keberadaan mereka dengan posisi siaga menunggu instruksi berikutnya dari Levi.
Tak berapa lama kemudian dari jarak sekitar tiga ratus meter mereka bisa melihat cahaya lentera yang berjalan semakin mendekati mereka. Senapan yang sebelumnya bertengger manis di punggung mereka sekarang berpindah ke tangan menunggu untuk ditarik pelatuknya.
“Semuanya, tahan.” Melihat hampir seluruh anggota pasukannya telah siap untuk menembak, Levi segera menahan mereka. Dia tidak bisa membiar mereka untuk menimbulkan keributan dari suara tembakan yang akan membuat musuh tahu kalau mereka sedang diserang sekarang.
Mungkin sekarang mereka harus melakukan sedikit improvisasi pada strategi mereka.
“Kapten, ada apa?” tanya Eren bersamaan dengan Jean yang sudah sangat dekat menarik pelatuk dengan jarinya tadi.
“Tenanglah, jika kita menembak mereka akan terdengar suara tembakan dan musuh akan tahu kalau mereka diserang,” jelas Levi merasa seharusnya ini tidak perlu dijelaskan.
Pasukan patroli musuh semakin mendekat sementara pasukan Levi masih tak berkutik di tempatnya. Levi hanya tak ingin pasukannya melakukan perlawanan sia-sia yang berujung pada kacaunya misi karena itu ia bertindak dengan sangat hati-hati.
Ini adalah misi penting untuk pasukannya. Tidak boleh ada kesalahan sedikitpun dalam eksekusinya.
“Kapten, kita hanya perlu memastikan pasukan musuh tidak tahu kalau kita sedang menyerang bukan?” Armin membuka suaranya setelah cukup lama diam dan hanya menjadi pengamat situasi.
“Ya,” sahut Levi.
“Kalau begitu, kita bisa menyerang mereka sekarang dengan serangan kejutan.”
Armin yakin kalau Levi pasti sudah mempertimbangkan untuk melakukan itu. Dan karena itu berikutnya Levi memberikan jawaban sekaligus instruksi untuk mereka semua.
“Sepertinya begitu. Baiklah, semuanya bersiap un-"
Tidak selesai Levi menyampaikan instruksinya, Mikasa sudah lebih dulu menyerobot melompat ke tepi sungai dan berlari lalu menghantamkan lututnya ke pipi salah satu petugas patroli tersebut dengan sangat keras membuatnya tumbang seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl Who Standing in the Dark (Tamat)
FanfictionMikasa melarikan diri dari Hizuru lalu menjadi tawanan di Paradis. Secara khusus, dia dijaga oleh Levi Ackerman yang merupakan pria terkuat dari Pasukan Pengintai. "Apakah kau akan melarikan diri?" - Levi "Tidak, aku tidak akan melarikan diri." - Mi...