Sembilan | Pertemuan

748 132 23
                                    

Dorr!!!

Suara tembakan pertama terdengar hanya berselang beberapa detik setelah tombak petir dilayangkan. Asal suaranya sekitar tiga ratus meter dari tempat Mikasa berada sekarang.

Saat Mikasa melihat ke arah penembak, ia menemukan bahwa Levi lah yang berada disana. Tidak ada yang berubah dari ekspresi pria itu, tetap seperti biasanya. Datar tanpa kerutan. Mungkin membunuh satu dua orang bukanlah masalah besar baginya.

Berkaca pada dirinya, Mikasa jadi sadar kalau ia tidak berhak untuk men-judge seseorang perihal sesuatu seperti membunuh karena dirinya sendiri pada kenyataannya jugalah merupakan seorang pembunuh.

“Mikasa.” Dari alat komunikasi yang tersambung ke telinga Mikasa terdengar suara Armin yang memberikan instruksi kalau mereka harus membantu kapten mereka mengalahkan pasukan musuh yang tersisa yang secara ajaib selamat dari ledakan luar biasa dari tombak petir mereka.

Gadis itu dengan mulus melompat ke bawah dari dahan pohon yang membantunya berdiri di tempat persembunyiannya sebelumnya. Pertama dia mentargetkan satu prajurit yang ada di dekatnya, menendang belakang kepalanya dengan sekali tendangan hingga prajurit itu yang tidak tahu apa-apa dan hanya diliputi oleh perasaan takut juga khawatir jatuh ke tanah.

Karena mereka adalah pasukan elit yang dikomandoi langsung oleh prajurit terkuat Paradis, Levi Ackerman, semuanya berjalan dengan sangat mulus.

Tidak ada banyak perlawanan yang mereka dapatkan. Bahkan Mikasa pun dapat mengalahkannya seorang diri menggunakan teknik bela diri yang dikuasainya tanpa perlu mengeluarkan senjata miliknya. Hanya beberapa menit dan seluruh pasukan musuh disana berhasil di habisi oleh Mikasa yang dibantu oleh anggota pasukan Levi lainnya.

Setelah memastikan mereka berhasil mengalahkan semua musuh yang ada disana tanpa terkecuali, mereka berkumpul disekeliling Levi menunggu instruksi berikutnya. Harap-harap perintah untuk kembali yang mereka dapatkan karena misi yang mereka terima kini sudah selesai di laksanakan.

Akan tetapi Levi terlihat lain. Matanya menelisik sekitar seperti sedang mencari-cari sesuatu. Dia masih dalam posisi seratus persen waspada yang membuat seluruh anggota pasukannya tak ada waktu untuk merasakan euforia karena baru saja menuntaskan misi mereka.

Masih menunggu sang kapten untuk membuka suara, satu persatu dari mereka mulai memperhatikan sekelilingnya, meningkatkan kewaspadaan mereka kembali.

“Ini aneh,” gumam Levi kecil hanya kepada dirinya sendiri. Angin malam yang berhembus menyentuh kulitnya memberikannya firasat tak nyaman seperti mengatakan kalau ini masih belum selesai. Masih ada yang harus Levi dan timnya selesaikan.

“Levi.” Terdengar suara dari alat komunikasi Levi.

“Ya, Hange?” yang segera Levi balas demikian.

“Kami mendengar suara ledakan beberapa menit yang lalu, apakah misi kalian sudah selesai?”

Tidak perlu khawatir kalau komunikasi mereka akan disadap atau semacamnya karena semuanya sudah terenkripsi dengan enkripsi khusus mereka sehingga seluruh pasukan dapat berbicara dengan tenang dan terbuka disaluran komunikasi mereka.

“Sudah.”

Tanpa basa-basi lagi Levi menjawab demikian.

“Bagus, kalau begitu tim kalian bisa ke tempatku? Kami berada di dekat markas musuh sekarang dan aku merasakan sesuatu yang janggal disini. Firasat ku tidak enak dan aku tidak bisa mengabaikannya."

“Baiklah, lima menit lagi kami akan tiba.”

Dan benar saja, Hange memanggilnya untuk meminta bantuannya. Semoga saja ini tugas mudah yang akan berakhir dengan cepat.

The Girl Who Standing in the Dark (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang