Tiga | Kota Bawah Tanah

1.1K 207 32
                                    

Challenge!

60 views + 20 votes + 10 komen sampai jam 23.59 WITA hari ini maka aku akan langsung publish chapter berikutnya besok.

🖤🖤🖤

Tempat pertama yang Levi datangi adalah kota bawah tanah di Wall Sheena. Bukan apa-apa, menurutnya tempat seperti inilah tempat terbaik untuk menggali informasi. Lagipula ia dibesarkan disini oleh paman sialannya itu.

Mikasa berjalan dengan mengekor dibelakang Levi mengikuti setiap langkah Levi.

"Jangan terlalu jauh dariku," instruksi Levi merasakan banyak pasang mata, tatapan-tatapan yang tidak menyenangkan yang mengarah kepada mereka.

Tatapan yang bermaksud mengusir mereka untuk segera pergi dari tempat ini atau juga tatapan dengan tujuan mengawasi mereka sebagai salah satu target untuk dirampok mereka hari ini -jika saja Levi tak mengenakan seragamnya.

Tentu saja, kota bawah tanah merupakan tempat dari banyak kriminal yang tinggal. Mereka takkan nyaman melihat petugas berkeliaran diwilayah mereka termasuk yang dari Pasukan Pengintai.

Mikasa setengah berlari, menyejajarkan langkahnya dengan langkah Levi yang lebih panjang darinya.

Mereka berhenti di depan sebuah bar. Bibir Levi setengah tersenyum, mengukir senyum sinis disana. Terdengar bunyi dengusan darinya. Sudah cukup lama sejak ia terakhir datang ke tempat ini.

Saat ia masih menjadi kriminal di kota bawah tanah ini.

"Selamat datang," sapa si bartender yang merupakan pria muda dari belakang meja. Ia sedang mengelap sebuah gelas ditangan. Ekspresinya langsung berubah tak senang melihat siapa yang datang.

Tak hanya bartender tersebut. Semua pengunjung bar juga langsung menghujamkan tatapan tak senang dengan kehadiran Levi disana.

Tapi Levi sama sekali tak menggubrisnya. Dia berjalan didampingi Mikasa menuju meja tersebut.

"Beritahu aku tentang orang ini."

Levi langsung bertanya tanpa basa-basi, menunjukan kertas bertuliskan nama Cattleya disana.

Bartender itu melirik sekilas lalu mengatakan, "aku tidak tahu," yang membuat Levi mengeluarkan satu koin dari sakunya.

"Bahkan jika kau menyuapku aku tidak bisa mengatakan apa-apa karena aku sungguh tidak tahu," beritahu bartender itu membuat Levi berdecih kesal. Bartender sialan itu bersikap sok jual mahal pada Levi tentang orang yang namanya tertera di atas kertas.

Melihat Levi yang cukup berbeda dari sikapnya di rumah membuat Mikasa mundur selangkah. Enggan untuk berada di dekatnya, sedikit merasa ketakutan.

Menyadari kalau Mikasa menjadi waspada terhadapnya, Levi melembutkan tatapannya. Menyentuh pundak Mikasa menyalurkan perasaan hangat kepadanya.

Ia lalu setelah itu melirik ke salah satu meja bar yang berisi tiga orang dewasa yang sedang berjudi disana. Intuisi Levi mengatakan kalau ia harus menghampiri mereka dan bertanya mengenai Cattleya.

Bahkan, jika bartender itu tak mau memberitahunya, Levi takkan kekurangan akal untuk mencarinya.

"Yo, Tuan Polisi Militer."

"Bodoh, lihat lambangnya. Dia dari Pasukan Pengintai."

Saat Levi menghampiri meja tersebut ia langsung mendapat sambutan seperti itu dari tiga pria tersebut.

Levi menatap wajah mereka satu persatu dengan tatapan datarnya sebelum membuka suaranya.

Dengan satu tarikan napas Levi kemudian bicara, "beritahu aku semua yang kalian ketahui tentang orang bernama Cattleya," titah Levi dengan tegas yang sama sekali tidak membuat ketiga pria tersebut takut. Mereka justru tertawa karena perintah Levi tersebut.

The Girl Who Standing in the Dark (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang