Happy Reading!
***
Reza mengerjapkan mata, terdiam kala melihat pergerakan seseorang di depan sana.
Dia tidak mampu berucap, terlalu kagum dengan Giovanni yang berlari untuk mencetak angka. Giovanni terlihat sangat tinggi, cekatan, dan luar biasa. Dengan mudah, cowok itu berhasil mencetak angka untuk keenam kalinya.
"Astaga, Giooo!" Clara menjerit dari sisi lapangan, bersorak paling kencang di antara barisan cewek yang menonton tim kelas mereka. "Ganteng banget sih lo!"
"Gue pengen banget jadi pacarnya," Gladis berujar, menyenggol lengan gadis pendek yang ikut menonton tanpa mengedipkan mata. "Lo ditolak lagi ya kemarin?"
Annisa mengerutkan alis, mencibir. Gadis itu segera mengambil ujung rambut, memutarinya manja menggunakan jari. "Mending gue dari pada lo. Lo mah usaha aja belom, udah nyerah duluan."
"Anjing."
"Babi."
"Kuda!"
"Kecoa!"
Reza menelan ludah, memutuskan untuk tidak mendengar lebih jauh.
Cowok itu melangkah mundur, bersembunyi dibalik tubuh-tubuh besar yang ingin menonton permainan basket yang saat ini terjadi di lapangan utama sekolah mereka. Reza mengerjapkan kedua mata, berusaha agar tetap fokus pada satu titik yang menyejukkan jiwa.
Reza tidak sadar kalau ia sedang tersenyum lepas. Ditemani oleh sorak-sorai penonton yang terdengar semangat, dirinya ikut bahagia.
Giovanni kembali mencetak angka, menciptakan gerakan yang menghipnotis mata. Sehingga, poin tersebut adalah akhir penentu bahwa Kelas XII MIPA 2 adalah sang pemenang.
"Yes, menang!" Gladis menepuk-nepuk tangan. Ia mengabaikan lirikan sinis cewek-cewek yang berasal dari kelas lain.
Annisa mengumpat, tidak siap saat Gladis segera berlari menuju lapangan. Gadis centil dengan paras manis itu menghampiri Giovanni, memberikan selamat.
"Tadi itu keren banget!" ujar Gladis. Ia menyerahkan botol minum yang masih baru. "Nih, minum! Khusus buat Gio yang hari ini paling banyak masukin bola, hehe."
Giovanni mengangguk, mengambil botol minum tersebut. "Thanks."
"Buat gue mana?" Giovanni langsung terdiam, segera memundurkan langkah. Gladis memutar bola mata, risih saat melihat Rana sudah ada di tengah keduanya.
Cowok itu tersenyum sinis, mendelik pada Gladis. "Dasar caper."
"Apa sih?" Gladis membalas, ingin kembali dekat dengan Giovanni. Namun, Rana menghalangi.
"Kapan lo belajar nge-dunk?" Rana mengambil botol air minum itu dari tangan Giovanni. Seperti yang dilihat, si cowok populer tampak tidak protes. "Kalo lo punya waktu, kapan-kapan ajarin gue dong."
Giovanni mengangguk. "Boleh."
Gladis menggembungkan pipi. Kenapa sih Rana selalu mengganggu?
Demi Tuhan, ia hanya ingin dekat dengan Giovanni!
"Giooo," bisik Gladis, minta diperhatikan. Ia terlihat menarik-narik ujung kaus milik Giovanni yang basah.
Gadis itu lantas tersenyum manis kala melihat cowok itu menoleh, menatapnya. "Bulan depan, gue ulang tahun."
"Oh," Giovanni kembali mengangguk, tersenyum. "Selamat ulang tahun."
"Ih, masih lamaaa." Gladis membalas, sedikit manja. "Masih bulan depan..."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG SAMA [BL]
Teen Fiction[CERITA HOMO] [ 🔞 DI BAB TERTENTU] [DRAMA, TIDAK ADA HUMOR] [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika diperhatikan, Reza Samuel Ivander adalah wujud dari manusia yang sulit ditebak. Dikenal karena kecerdasan dan gaya bicara yang formal, ia memutu...