[2] REZA

3.6K 438 41
                                    


Happy Reading!


***

Reza melihat tumpukan novel yang tersusun rapi di atas meja.

"Semuanya, Bu?"

"Iya, semuanya." Bu Nelly tersenyum lebar, menepuk bahu kecil milik Reza yang hanya terdiam dengan wajah bingung. "Saya tahu kamu ini penghuni tetapnya perpus. Nggak salah 'kan kalau minta tolong ke kamu?"

"Iya, tapi—" Reza berkata, sedikit ragu. "Kenapa cuma saya? Saya nggak yakin bisa bawa semuanya sendirian, Bu."

"Loh, 'kan bisa bolak-balik. Nggak harus kamu bawa sekaligus."

Reza hanya mampu tersenyum.

Sebenarnya, ia tidak memiliki fisik yang bagus. Reza memiliki tubuh yang kecil untuk ukuran laki-laki, malah terlihat seperti perempuan. Cowok itu juga tidak yakin apakah ia sanggup bolak-balik menaiki tangga hanya demi pergi ke perpustakaan.

Perpustakaan ada di lantai tiga, sedangkan ruang guru ada di lantai pertama. Sebelum mencoba, Reza sudah ingin menyerah duluan.

Namun, Reza adalah lelaki yang tidak pandai untuk menolak.

"Iya, Bu. Kalau begitu, akan saya bawakan."

"Oke!" Bu Nelly terlihat begitu lega. Dia menepuk-nepuk kedua bahu milik Reza sebagai ucapan terima kasih. "Saya pamit dulu ya. Kalau ada apa-apa, kamu bisa cari saya di ruang TU."

Reza kembali mengangguk. Bu Nelly langsung pergi dari sana, berbelok ke kanan untuk pergi ke ruang TU yang ada di lantai dua.

Reza meringis melihat tumpukan novel itu.

Supaya mudah, Reza berencana menyusun semua novel tersebut menjadi satu tumpukan. Setelah yakin bahwa ia akan baik-baik saja, cowok itu segera mengangkatnya menggunakan kedua tangan.

Reza berjalan pelan-pelan, keluar dari ruang guru yang masih dihuni oleh beberapa orang. Dia melangkah dengan hati-hati, berusaha melihat ke depan agar tidak tertabrak.

Beberapa adik kelas yang melihat keberadaannya tampak tidak peduli, terlalu asyik dengan pikiran masing-masing. Mereka bertingkah seolah tidak melihat apa-apa, bahkan tidak ada niat untuk menawarkan bantuan.

Reza adalah salah satu anak kelas 12 yang tidak disegani oleh adik kelasnya.

Dia pun sampai di depan tangga. Kembali, ia naik dengan pelan. Namun, ada gerombolan kelas 11 terlihat turun dari arah yang berlawanan dan tertawa-tawa, entah sedang membicarakan apa. Salah satu dari mereka bahkan tidak melihat ada Reza yang sedang naik sambil membawa sesuatu di tangannya.

Bug!

Reza terkejut saat salah satu adik kelas itu menyenggol bahunya, badannya langsung oleng ke belakang.

"Ah—" Reza refleks termundur, tidak bisa menjaga keseimbangan. 

Gerombolan kelas 11 itu seketika terkejut kala melihat seorang kakak kelas telah terjatuh berguling-guling dari tangga, terbanting dengan kepala yang menghantam lantai dengan keras.

Seketika, lantai pertama dipenuhi oleh jeritan dari semua penghuninya.

"Anjir! Dia jatuh!"

"Tolongin woi! Tolongin!"

"Goblok! Siapa tadi yang nyenggol!? Ngaku kalian!"

"Dia berdarah!"

"Hah?"

"Jangan 'hah'-in gue! Kepalanya berdarah, Tolol!"

Lantai pertama di SMA Nusantara didominasi oleh anak kelas 10, ruang guru, UKS, dan ruang kepala sekolah. Sedangkan untuk lantai dua dipenuhi oleh anak kelas 11, ruang TU, laboratorium kimia, dan ruang kesenian.

CINTA YANG SAMA [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang