Happy Reading!
***
Selama hidupnya, Rana hanya melihat Giovanni marah sebanyak satu kali.
Kemarahan tersebut dipicu oleh masalah sepele, yaitu perebutan mainan yang terjadi di antara dua anak kecil.
Rana dan Giovanni sudah berteman sejak TK, orang tua mereka pun cukup dekat sehingga sudah saling mengenal saat keduanya belum lahir ke dunia. Saat berusia dua tahun, si kecil Rana mendekati Giovanni lalu menganggapnya sebagai teman pertama dan satu-satunya sahabat yang ia punya.
Waktu kecil, Giovanni termasuk anak yang tidak banyak bicara. Saat guru meminta mereka untuk bermain bebas, anak itu cenderung sendirian. Jika anak-anak lain memilih untuk bermain perosotan, maka ia memilih untuk diam dan membangun kastil kecil yang terbuat dari tanah.
Sebagai teman yang baik, Rana pun rela meninggalkan teman-temannya dan memutuskan untuk bermain bersama Giovanni.
Di sanalah mereka bertemu dengan Clara, si anak perempuan yang dikenal keras dan congkak.
Rana tidak terlalu ingat bagaimana bisa mereka berada di satu tempat yang sama, yang jelas Clara benar-benar gemas dengan Giovanni yang selalu diam dan tidak peduli terhadap keadaan sekitar. Bocah dengan pita di kepalanya itu tiba-tiba menendang kastil yang sudah dibuat susah payah.
Rana merasa itu bukan masalah yang besar, tetapi ia tetap memaksa Clara untuk minta maaf.
Dan kalian tahu apa jawaban yang ia terima? Jelas, Clara tidak mau dan tidak akan pernah mau meminta maaf.
Melihat si-pemilik-kastil yang belum bereaksi, Clara juga merampas sekop kecil yang digenggam oleh Giovanni. Rana melihat itu semua dan amarahnya pun sudah memuncak sampai di ujung kepala. Dia segera berdiri dan ingin mengambil sekop itu agar kembali ke tempat semula.
Namun, ia tidak tahu bahwa Giovanni juga bisa bersikap emosional.
Tubuh Rana ditarik mundur saat Giovanni beranjak berdiri, menegapkan posisi dan menjambak rambut Clara yang saat itu diikat dua dengan pita merah. Jambakan tersebut dinilai cukup keras jika dilakukan oleh bocah berusia lima tahunan.
"Kembalikan."
Hanya satu kata tetapi berhasil membuat Rana merinding seketika.
Clara menangis kencang, ia menjerit sampai guru yang berjaga segera menghampiri mereka. Padahal hanya jambakan kecil yang tidak bertenaga, tetapi berhasil membuat rambut anak itu menjadi berantakan.
"Nak Clara! Astaga, rambutnya kenapa!?"
"G-Giovanni! Giovanni narik-narik rambut akuuu!"
Giovanni hanya mengendikkan bahu, memberikan alasan kecil yang mampu membuat guru tersebut tidak menyalahkan siapapun. Bagi sang guru, permasalahan ini bukan masalah yang besar mengingat semua pelaku hanya dua bocah berusia lima tahun.
Tapi bagi Rana, itu bukan masalah biasa.
Rana sulit berkata-kata, menghentikan Giovanni saja ia tidak bisa. Padahal hanya satu perintah, yaitu kembalikan. Tapi ia tetap tidak mampu menghentikan tangan Giovanni yang begitu keras menjambak rambut Clara.
Meski masalah ini terkesan kecil dan sederhana, Rana tidak akan pernah melupakan itu semua.
Termasuk dengan apa yang terjadi di masa sekarang.
Bel sudah berbunyi dua menit yang lalu, semua siswa mulai kembali ke kelas masing-masing setelah mengisi perut mereka di kantin. Terdengar langkah berisik yang menaiki tangga, cengkrama dari teman-teman angkatan, serta tawa bising yang biasa dilakukan oleh remaja SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG SAMA [BL]
Dla nastolatków[CERITA HOMO] [ 🔞 DI BAB TERTENTU] [DRAMA, TIDAK ADA HUMOR] [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika diperhatikan, Reza Samuel Ivander adalah wujud dari manusia yang sulit ditebak. Dikenal karena kecerdasan dan gaya bicara yang formal, ia memutu...