[3] TRAGEDI DI KANTIN

3.4K 421 51
                                    

Happy Reading!

***

Ketika sampai di dalam rumah, Giovanni segera pergi menuju kamar dan menjatuhkan tubuh di atas ranjang.

Cowok itu terdiam, mata menerawang karena menatap langit-langit kamarnya yang terlihat tinggi dan besar. Dia tidak berminat untuk pergi ke mana-mana hari ini.

Giovanni terlihat sedang memikirkan sesuatu.

Reza.

Reza Samuel Ivander.

Mereka satu angkatan, tapi tidak pernah ditakdirkan dalam satu kelas. Selama ini, tidak ada alasan bagi mereka untuk berteman, atau alasan lain yang membuat keduanya harus bertegur sapa.

Giovanni yakin, hubungan mereka hanya sekedar saling mengenal dan sama sekali tidak pantas untuk disebut teman.

"....."

Siapa sih yang tidak mengenal Reza?

Cowok itu terkenal karena cerdas. Ya, Reza itu cerdas. Dia ini tipe cowok kutu buku yang akan menghabiskan waktu di perpustakaan sampai hari kiamat tiba.

Mungkin kalau meteor datang dan menghancurkan sekolah mereka, hal pertama yang Reza lakukan adalah menyelamatkan buku-buku yang ada di dalam sana.

Reza merupakan salah satu jagoan akademik untuk kelas 12. Jika ada olimpiade Biologi, ia adalah siswa pertama yang direkomendasikan oleh wali kelas kepada panitia. Jika ada olimpiade cerdas cermat, Reza adalah anggota pertama yang akan ditunjuk sebagai ketua.

Apabila lomba tersebut berkaitan dengan otak, maka Reza adalah opsi pertama yang akan dijadikan peserta.

Reza, Reza, Reza—

Tidak ada alasan bagi Giovanni untuk tidak mengenal cowok itu.

Namun, hari ini, untuk pertama kali, ia bertatapan secara langsung dengannya.

Reza memiliki kulit yang putih. Saat melihatnya terduduk di atas ranjang sambil diterpa oleh sinar matahari, Giovanni seperti sedang melihat seorang dewi. Dia memiliki wajah kalem, begitu dewasa dan menenangkan.

Meski Giovanni ada di sana, Reza terlihat tidak keberatan. Dia tetap tersenyum dan menjawab pertanyaan-pertanyaan konyol itu, entah karena apa.

Giovanni bangkit, duduk di pinggir ranjang.

Kok gue kepikiran dia mulu ya?

***

Ketika bel berbunyi, Giovanni langsung diseret oleh Rana untuk pergi ke kantin.

"Gue nggak laper, Ran." Giovanni hanya pasrah saat Rana melotot kepadanya. "Beneran, gue ngantuk. Gue pengen tidur di kelas aja."

"Lo semalem ngapain? Kenapa jadi ngantukan gini?" ujar Rana. Mereka berjalan menuruni tangga. "Tadi kerjaannya bengong. Ditegur dikit, bengong lagi. Diajak ngomong, nggak nyambung. Kenapa sih lu?"

"Nggak."

"Gitu aja terus jawabnya."

"Bodo ah."

"Dih."

Giovanni harus menahan kesal saat melihat Gladis sudah ada di salah satu meja bersama teman-teman satu ekskul basket. Gadis itu terlihat manis dengan rambut hitam yang ujungnya bergelombang.

"Gio! Gio! Giooooo!" Gladis menjerit dari tempat duduk, melambaikan tangan. "Sini sini, duduk di sebelah gue!"

Yang dipanggil Giovanni, tapi yang senang malah Rana. Dia segera menarik Giovanni menuju meja panjang itu.

CINTA YANG SAMA [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang