Happy Reading!
***
Kalian pernah berciuman?
Kalau belum, cobalah. Setidaknya sebelum mati atau kiamat menjelang, kalian harus tahu bagaimana cara berciuman yang baik dan benar. Temukan orang yang kalian suka, lalu ciumlah.
Nikmati bibirnya. Rasakan sensasinya. Temukan kebahagiaannya.
Reza mengalami itu semua. Berciuman dengan Giovanni adalah salah satu mimpi yang menjadi kenyataan. Merasakan bibirnya yang manis dan lembut merupakan kebahagiaan yang mampu membuatnya terbang sampai ke alam semesta.
Meski hubungan mereka bergerak seperti ombak, Reza menikmati setiap detik di mana ia selalu bertemu dengan laki-laki yang ia sayang.
Giovanni melepaskan ciumannya, mengerling manja pada Reza yang menundukkan kepala. Pinggang masih dipeluk, penuh penekanan.
Giovanni sulit untuk melepaskan, Reza pun tidak keberatan.
"Mau jalan-jalan?"
Reza langsung menggeleng. "Kamu harus pulang."
"Ngapain? Di rumah nggak ada siapa-siapa."
Mendengar itu, Reza merasa tertarik. Meski begitu, ini bukan waktu yang tepat untuk mendengar latar belakang Giovanni. "Kaki kamu masih sakit, belum boleh gerak banyak."
"Nggak apa-apa, beneran. Mungkin besok udah pulih."
"Mungkin berarti belum tentu, 'kan?"
Giovanni menyatukan dahi mereka, mengusel-usel manja. "Gue pengen sama lo malam ini."
Reza tersenyum geli. "Besok kita masih ketemu di sekolah."
"Yakin lo nggak ngehindar lagi?"
Senyum itu langsung berubah jadi kekehan. "Tergantung situasi."
Giovanni mendengus. Tangannya terulur, menggenggam tangan lain yang berkulit pucat. "Nggak mau besok, maunya sekarang."
Reza membalas genggamannya. "Memang mau ke mana?"
"Ke mana aja, asal ada lo di sana."
Giovanni tersenyum saat mendengar tawa pelan dari Reza. Terdengar merdu dan menyejukkan. Seperti alunan harpa di tengah kehancuran. Seperti harapan di dalam doa.
Inilah yang ia suka dari Reza.
Tidak banyak tingkah, tenang, dan tidak memaksa. Hanya dengan senyum dan suara yang menenangkan, Reza mampu membuat Giovanni kembali seperti semula.
"Mau 'kan?"
Reza mengangguk. "Tapi pelan-pelan ya, jangan buru-buru."
"Siap, komandan."
Reza menggandeng lengan Giovanni, memastikan lelaki itu tidak terjatuh. Mereka pergi dari kawasan hotel, melewati parkiran, dan melangkah bersama di trotoar di samping jalanan besar kota Jakarta.
Tidak ada yang menatap curiga. Kebanyakan orang yang berjalan-jalan di sana berpikir bahwa mereka hanyalah teman yang saling membantu. Bisa dilihat dari kaki Giovanni yang sedikit pincang, serta Reza yang memapahnya.
Diam-diam, Reza merasa bersyukur karena kondisi Giovanni bisa dijadikan alasan untuk menggandengnya di depan umum.
"Jadi, sudah mau cerita?"
"Lo pengen gue cerita apa?"
Reza melihat ke arah lain, berpikir. "Apa saja, yang penting kamu ada niat mau cerita."
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA YANG SAMA [BL]
Teen Fiction[CERITA HOMO] [ 🔞 DI BAB TERTENTU] [DRAMA, TIDAK ADA HUMOR] [DIHARAPKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Jika diperhatikan, Reza Samuel Ivander adalah wujud dari manusia yang sulit ditebak. Dikenal karena kecerdasan dan gaya bicara yang formal, ia memutu...